12 - Kejujuran

364 46 6
                                    

"Janji sama gue?" ucap Daffa sedang memikirkan sesuatu.

"Apa?" Daffi menatapnya dengan serius.

Setelah beberapa jam kemudian mereka menyudahi pembicaraan. Daffi keluar dari rumah sakit dengan langkah agak terhuyung-huyung yang memikirkan sesuatu tiba tiba sebuah mobil hampir saja menabraknya, mobil tersebut berhenti dengan cepat namun Daffi hanya mematung. Ia meneteskan air matanya ketika pengemudi keluar dari mobil yang wajahnya tidak asing "Alena," ia berjalan lalu memeluk Alena.

"Kenapa Daff ?"

"Gue udah nyakitin banyak orang,"

"Siapa?" namun Daffi hanya mengabaikan pertanyaannya dan terus menangis seperti anak kecil.

Setelah puas menangis ia mulai berbicara kembali "Gue laper," lalu Alena tertawa karena mendengar ucapannya itu. Mereka pergi ke sebuah kedai mie.

Setelah beberapa jam perjalanan dari rumah sakit ke kedai mereka akhirnya sampai. Kedai mie ini memberikan varian rasa dari original, hot, keju, dan bawang. Mereka memesan mie rasa bawang, mie pun di lahapnya dengan cepat. Setelah kenyang mereka memutuskan pergi ke pantai.

*****

"Gue suka pantai ini Daffa." senyum menghiasi wajah Alena.

"Gue nggak terlalu suka pantai" tiba tiba Alena memutar matanya dan menatap tajam Daffi.

"Kenapa?" tanya Alena heran.

"Dulu waktu kecil gue pernah tenggelam di pantai klayar yang padahal airnya lagi surut hahaha."

"Daffa.. terus ngapain waktu malam itu lo aja gue kesini?"

"Malam it..." belum selesai Daffi mengucapkan, kalimatnya terhenti dan mencari kalimat yang tidak akan membuat rahasianya terbongkar "Oh iya malam itu gue kadang kadang suka pantai. Jadi kalo malam kadang ke pantai iya kadang kadang." lanjutnya dengan gugup.

"Astaga kenapa gue keringetan gini, omongan acak acakan segala. Daffa tolong gue!" batinnya.

"Iyaiya deh lain kali kita nggak usah ke pantai." jawab Alena santai.

Setelah berjalan di pesisir pantai dengan angin dan suara ombak yang membuat sore hari terlihat lebih indah.
Tiba tiba suara Daffa memecahkan keheningan "lo lebih suka Daffa... Eh maksudnya gue yang dulu atau gue yang sekarang?" tanyanya.

"Kenapa?"

"Jangan balik tanya!"

"Sama aja sih," jawab Alena acuh.

"Serius gue!!"

"Hm... Mungkin Daffa yang dulu emang ngeselin, sok banget, tapi dia kaya pahlawan yang membuat gue lebih ceria dan nggak sendirian lagi,"

Alena menatap Daffi,

"Kalo Daffa yang akhir akhir ini kaya anak kecil, bawel, sok imut, dan banyak tingkah tapi itu bikin gue nyaman kok. Intinya sih dari dulu sampai sekarang lo tetep yang terbaik." sambungnya.

"Gimana kalo misalkan di dunia ini ada Daffa Daffa yang lainnya?"

"Daffa? Ada yang lain? Gue nggak ngerti!"

" 2 bulan lalu saat kita wisuda seharunya Daffa operasi. Tapi..."

"Tapi apa? operasi? operasi apaan? Daffa lo jangan becanda gini deh ini udah nggak lucu!!" ia menatap bingung.
Daffi menjelaskan semuanya bahkan janjinya kepada Daffa. "Gue janji kalo gue harus jagain lo sampai kapan pun," suaranya lirih tapi masih terdengar. Daffi tidak sanggup berbohong lagi karena saat itu ternyata Daffa tidak melakukan operasi "Gue udah capek, cukup berakhir disini semuanya." ia mengingat ingat ucapan Daffa.

Alena hanya diam yang kemudian matanya meneteskan air mata kemudian ia pergi dengan cepat dan meninggalkan Daffi sendiri.

Beberapa jam kemudian Alena sampai di rumah sakit dan pergi ke resepsionis lalu ia menanyakan dimana kamar Daffa, ia berlari dengan cepat lalu memasukin kamar. Alena terkejut melihat kamarnya kosong dan ia mencari suster "Suster pasien disini mana yaa?" tanya Alena khawatir. Pertanyaan itu belum terjawab kemudian Daffa muncul dibalik ruangan, Alena berlari dan langsung memeluk Daffa.

*****

"Sudah malem. Pulang gih!" kata Daffa.

"gue nggak mau!" ucapnya dengan kesal.

Karena Daffa merasa bersalah atas kebohongannya selama ini, ia membiarkan Alena tidur di kamarnya.

"Waktu lo turun dari panggung gue liat lo sama Da..." kalimatnya terhenti.

"Gue nggak mau ngabahas dia."

"Namanya Daffi,"

"Gue nggak peduli!" tanpa mereka sadari Daffi mendengar percakapan mereka dari balik pintu. Ia pergi meninggalkan rumah sakit dengan langkah gontai.

****

The Last SunshineWhere stories live. Discover now