Bradley Abrams

2.6K 91 13
                                    

Sialan.

Lama-kelamaan orang-orang munafik dan bermuka dua ini benar-benar mulai membuat ku muak dengan kebusukan yang mereka tunjukan didepanku, rasanya aku ingin langsung mendepak mereka keluar saja dari perusahaan ini kalau saja aku tidak memikirkan resiko yang akan terjadi jika aku bertindaj gegabah.

Mereka memasang topeng seakan-akan mereka berada di pihak ku tetapi sebenarnya mereka hanya menunggu waktu untuk menusukku. Dan menjatuhkan ku, mencari titik kelemahan ku dan menggunakannya sebagai alat untuk menghancurkanku.

Sudah seminggu ini semenjak proyek terbaru ku dipresentasikan ada saja perdebatan perdebatan yang tidak masuk akal dan mereka bekerja tidak becus agar proyek ini tidak terlaksana. Karena proyek ini akan menyulitkan mereka untuk bertindak semaunya.

Argh... sialan memang hanya ada satu cara menghilangkan kemarahan ku malam ini.

Instead of stay all night long at the office tonight untuk mengerjakan beberapa pekerjaan kantor yang belum terselesaikan aku lebih memilih pulang membawa pekerjaan yang belum selesai dan mwngerjakannya dirumah. Nanti, setelah aku melihatnya.

Sudah dua bulan ini, akhirnya aku bisa dengan bebas melihatnya, memandangnya dan tentu saja bisa menjaganya.

Melihatnya dan merasakan amarah ku yang langsung menghilang saat melihatnya. Melihat wajah yang entah kenapa selalu menyedot segala kemarahan, kekesalan yang ku rasakan.

Siapalagi kalau bukan pengurus apartment-ku yang baru, pengurus apartmentku yang lama bawa sekitar dua bulan yang lalu untuk mengurus apartment ku, menggantikannya mengurus apartment yang aku tinggali sekarang.

Miranda Ann.
Gadis polos bermata cokelat terang. Dia, gadis kikuk yang begitu menggemaskan, setiap kali aku mengajaknya berbicara dia seakan-akan tidak menyangka bahwa aku akan berbicara kepadanya. Begitu menggemaskan. Dia begitu polos dan apa adanya. Tidak berubah disaat pertama kali aku melihatnya.

Miranda. Wanita pertama yang begitu membuatku terpesona akan kepolosan dan keluguannya.

*****

Aku menunggu di dalam keheningan lift seorang diri menuju lantai 22, tubuh lelahku rasanya tidak bisa menahan lagi untuk diisi energi.

Aku berdiri sampai didepan pintu apartment ku merasa tidak pernah sebegini membahagiakannya, kubuka pintu apartmen dan aku melihatnya. Entah apa yang sedang dia lakukan, tapi seperti biasanya semua kemarahan, kekesalan, dan lelah yang kurasakan seakan hilang begitu saja.

Tidak seperti biasanya aku akan mandi terlebih dahulu sebelum menghampirinya, hari ini adalah pengecualian aku butuh dirinya saat ini juga

"Duduklah dipangkuanku"

Wajahnya seketika pias karena terkejut, wajah nya benar-benar lucu. Andai aku bisa merekamnya it will be awesome! Aku benar-benar tidak bisa menahan suara tawa ku, dan wajah gadis itu berubah kesal. Dan memilih untuk memandang ku dengan tatapannya yang dia coba untuk terlihat menakutkan.

Wanita ini benar-benar ajaib.

"Kenapa anda tertawa Tuan Muda?" Dia sepertinya benar-benar tersinggung dengan permintaan ku barusan. Dia bahkan menekan kan dua kata terakhir untuk menunjukan kekesalannya.

"Wajahmu. Benar-benar menghibur Miranda." Balasku dengan senyum yang masih tertinggal di wajahku

"Oh senang rasanya bisa menghibur anda Tuan."

Wanita ini benar-benar. Kadang dia bisa menjadi gadis pemalu dan lugu tapi terkadang dia bisa juga menjadi gadis penarah, yang baru aku tahu belakangan ini, dan itu menambah pesonanya berkali kali lipat.

"Kumohon, kemarilah duduk dipangkuanku sebentar saja" balasku lagi, gemas melihatnya masih juga menampakan wajah kesalnya

"Tuan apakah anda sedang mabuk?" Wajahnya tiba-tiba diliputi rasa khawatir, dan berjalan mendekati ku untuk menyentuh keningku.
Aku tidak bisa minum alkohol, entah kenapa tetapi saat aku meminum alkohol aku akan meriang menggigil, dan keesokan harinya aku akan jatuh sakit dan Miranda tau akan hal itu.

"Tenanglah, aku tidak habis minum" aku meraih tangannya lalu merengkuh tubunya hingga dia jatuh terduduk dipangkuanku.

"Tuan..."
"Kumohon sebentar saja." Aku meletakan kepalaku pada punggungnya, mencoba menghirup aroma tubuhnya yang begitu menenangkan. Wangi bayi. Persis seperti yang aku bayangkan.

Part 2 selesai sudahhhhh. Sedihnya tidak ada yang memberikan bintang yang indah huhuhuhu..... Tapi tidak papa tunggu part selanjutnya yaaa

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 05, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Dream ManWhere stories live. Discover now