vers. HURT - End of War, Start for Everything

Magsimula sa umpisa
                                    

[ Naruto POV end ]

Karna suasananya yang sudah terkendali. Naruto mendekati Hinata. Menyebut nama Hinata saja membuat hatinya bergetar.

'Deg deg deg' jantungnya berdebar.

Getaran yang sama ketika ia memikirkan Hinata. Debaran yang sama ketika ia berbicara dan bertemu dengan Hinata.

Debaran yang ia sukai.

"Hinata!" Naruto mendekat.

"Naruto-kun!" Ucap Hinata. Menghadapkan dirinya kepada pemuda yang memanggilnya.

Naruto sangat senang mendengar suara Hinata yang memanggilnya dengan suara itu. Suara yang penuh kehangatan.

Sekarang Naruto dan Hinata berhadapan.

Saling tukar pandang. Membaca mata akan menjadi kebiasaan mereka sepertinya. Sorot mata yang saling merindukan.

"Hinata..." Naruto satu langkah kedepan. Mendekati Hinata. Sungguh rasanya ia ingin langsung memeluk gadis di depannnya ini.

DEG. Jantung Naruto berdetak kencang. Debaran yang berbeda. Ini menyakitkan.

"A..aku.." Ucapan Naruto terputus.

'Uhuk!' Naruto terbatuk.

'Hoak' Darah kental keluar dari mulut Naruto. Tubuhnya limbung. Menubruk Hinata yang didepannya.

Hinata dengan sigap menangkap tubuh Naruto.

"Naruto-kun!!" Hinata panik.

Mata Hinata melebar. Jantungnya berdegub sangat kencang. Air matanya langsung keluar dari bola mata yang masih mengaktifkan byakugan. Air mata yang sudah lama tak keluar.

Hinata hilang kendali.

Dia menyadari apa yang terjadi pada pemuda yang berada dalam pelukkannya ini. Pemuda ini kehilangan nyawanya karna dirinya.

Bukan pelukan seperti ini yang diinginkan keduanya.

Cakra biru tua milik Hinata menghantam dan menghancurkan apa saja yang ada disana. Semua orang yang berada di lapangan berlindung. Angin kencang yang awalnya berhembus dan ikut memporak porandakan kini hilang. Digantikan petir-petir yang menampakkan diri dilangit segelap malam yang muncul di siang hari.

Hinata sepertinya sudah tak berada di di alam sadarnya. Dia sangat terpukul.

"Aku yang membunuh Naruto-kun!"

Cakra alami hinata adalah petir dan api. Cakra biru yang mengamuk itu membentuk bola api biru, membakar. Sungguh cakra yang tak terkendali.

"Aku yang telah membunuh Nejii-niisan!"

Warna di ujung rambut Hinata mulai berubah. Warna putih mulai terlihat di ujung rambut indigo miliknya.

"Aku yang membunuh paman Hizahi!"

Warna putih itu makin naik. Sudah setengah warna rambut Hinata berubah. Warna rambut milik Kaguya.

"Gawat! Dia akan berubah menjadi Kaguya!" Ucap Sasuke masih dengan sikapnya yang tenang.

"Apa?" Respon Sakura.

Juin Jutsu di dahi Hinata hilang muncul.

"Aku juga yang membunuh ibu!" Teriakan Hinata bisa didengar.

Ingatan hinata terbuka. Ia ingat dia juga pernah mengeluarkan cakra besar. Dan sang ibu lah yang melindungi dirinya. Karna cakra itu menyerang Hinata sendiri.

"Aku pembunuh!" Teriak Hinata frustasi.

"Hinata-neesan! Hentikan! Kau akan menghancurkan dunia" Hanabi mendekati posisi Hinata.

Hinata sudah tak bisa mendengar suara dari luar. Dia hanya berkecamuk dengan perasaan bersalahnya.

Cakra biru mengarah ke Hanabi.

"Dunia yang Naruto-niisan lindungi akan hancur!" Teriak Hanabi. Dia sudah pasrah terkena cakra api biru milik Hinata.

Kata 'Naruto' menyadarkan Hinata.

Terkejut dengan keadaan yang terjadi.

Hanabi membuka pelopak matanya. Api biru didepannya yang berbentuk kepala singa berhenti tepat didepan wajahnya.

Hinata menghentikan cakra itu.

"Ha..hanabi menjauh dari sana! Sekarang!" Teriak Hinata.

Hanabi langsung menjauh dari posisinya.

"Ini.. perbuatan ku?" Gumam Hinata sendu melihat ke keadaan sekitarnya. Ia masih memeluk Naruto.

Hinata menormalkan cakranya kembali. Tapi percuma. Cakra itu sudah mengamuk tanpa kendali.

Hinata menaruh Naruto pelan-pelan ke tanah. Warna kulit tan Naruto sudah terlihat pucat.

"Aku tak akan membiarkan ini. Dunia perdamaian yang diinginkan Naruto-kun. Tidak akan ku hancurkan!" Ucap Hinata.

Memfokuskan byakugan. Mengarahkan tangannya keatas. Kearah bulan. Semua cakra tak terkendali itu berusaha Hinata kendalikan. Tak jarang tubuhnya sendiri yang terkena cakra tersebut.

Semua cakra biru tua terserap menjadi satu. Mengarah ke bulan. Bulan menjadi cermin. Dan semua cakra penuh jutsu itu kembali ke tubuh pemiliknya. Hyuga Hinata. Menghantam dengan telak sang pemilik tanpa ampun.

Hinata merasakan tubuhnya bergetar. Tersetrum dengan kuat oleh cakra petirnya dan terbakar didalam oleh cakra api miliknya.

Hinata tersenyum. Melihat bulan dan langit malam yang mulai menghilang. Matahari muncul dan langit biru menyertai. Mereka terlihat bersama. Matahari dan bulan bersampingan. Langit malam disisi kanan dan langit biru terlihat di kiri.

"Indah.. Sayang sekali kau tak bisa melihatnya Naruto-kun.." Hinata berucap pelan. Tubuhnya terbaring disamping Naruto.

Semua orang berlarian ke arah mereka.

"Maapkan aku Naruto-kun.." air mata Hinata berlinang.

Waktunya tinggal sedikit.

"Aku.. aku sangat mencintai mu. Naruto-kun.." ucap Hinata merona. Menatap wajah pucat Naruto disampingnya. Menggenggam tangan Naruto erat. Menutup matanya.

Menutup mata untuk selamanya.

***
Hari ini semua warga konoha berkumpul. Bukan di alun-alun kantor Hokage untuk menyambut pemimpin desa mereka yang baru. Tapi mengantarkan calon pemimpin. Calon pemimpin desa konoha, Uzumaki Naruto dan calon pemimpin klan Hyuga, Hyuga Hinata ke pembaringan akhir mereka.

Yang kita tau. End of War, Start for Everything.

Last Chapter..
Huhuhu... sedih deh..

Eits... Ayo Next Chapter. Kalian bisa nemukan ending vers lain di halaman berikutnya.

Please vomment!!
*ngga maksa tapi berharap. Kekeke

End Of War, Start For EverythingTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon