Hari - Diharapkan vs Tak Diharapkan

10.4K 551 18
                                    

Kehidupan itu tak selamanya senang, tak selamanya bahagia, tak selamanya tersenyum ataupun tertawa. Kehidupan itu tak selamanya disinari mentari yang cahayanya menghangatkan.

Kehidupan itu tak selamanya sedih, tak selamanya terpuruk, tak selamanya menangis ataupun merintih sakit. Kehidupan itu tak selamanya segelap langit malam yang minimnya cahaya bulan tak mampu menghangatkan.

Kehidupan itu kombinasi dari keduanya. Membuat kau mengerti sisi terang dan gelap. Tak selamanya sisi terang itu selalu baik begitu pula sisi gelap yang tak selamanya buruk. Tapi begitulah teorinya, Terang untuk baik dan gelap untuk jahat.

Dia tidak pernah tau kenapa semua orang menatapnya benci. Dia salah apa. Dia bahkan tak tau masa kecilnya. Yang dia tau, dia sebatang kara, seseorang yang dibenci, bahkan menatapnya saja tak sudi.

Naruto lupa sejak kapan iya menginginkan menjadi seorang hokage. Selalu menyerukan cita-citanya pada semua orang. Saat itu dia menganggap hokage adalah posisi dimana semua orang bisa mengetahui dirinya. Mengakui keberadaannya.

Ia sangat bersyukur ia memilih jalan ini. Menjadi hokage yang melindungi orang-orang yang menatapnya hina. Bukan menjadi penjahat yang ingin memusnahkan mereka.

Ketika kesendirian menjadi hal yang paling menyedihkan dan tak diingikan, dia selalu membuat onar. Membuat semua orang memarahinya. Tak masalah toh dia mendapatkan perhatian dari mereka.

Dan ketika kesendirian menyerang sahabatnya, ia tak bisa menyelamatkannya. Sehabatnya pergi. Pergi menjadi penghianat desa. Seorang penjahat. Padahal dahulu sahabatnya adalah orang yang dipuja.
Kehidupan itu pilihan.

Dia memilih untuk tak menyerah menyelamatkan sahabatnya dari kegelapan. Dan tak sia-sia. Usahanya membuahkan hasil. Sahabatnya kembali. Berada disisinya.

Tapi ketika dia ingin kembali melakukan kebiasaanya sebagai penyelamat seseorang. Menyelamatkan Hinata dari kegelapan. Kenapa semua terasa berbeda?

Benarkah Hinata menuju kegelapan hidup? Atau Hinata sudah berada di dalamnya?

Jurus kata-kata yang dikeluarkannya pada musuh bahkan berhasil membuat mereka sadar dan kembali ke jalan yang benar. Menjadi orang baik. Musuh menjadi kawan.

Tapi kata-kata yang dikeluarkannya untuk Hinata sepertinya hanya menambah orang yang dianggapnya teman tersebut semakin jauh darinya.
Jauh darinya?

Bukan tenggalam dalam kegelapan?

Bagaimana jika selama ini persepsinya salah?

Bagaimana jika selama ini tingkah Hinata tak berhubungan dengan kegelapan hidup?

"Ackh! Kumohon lupakan dulu tentang Hinata! Usai acara kau bisa berbicara baik-baik dengannya Naruto!!" Ucap Naruto pada diri sendiri sambil memukul kepalanya.

Dia terbangun dari tidur indahnya. Karna tadi malam dia bermimpi indah, bermimpi mengobrol ringan dengan seorang wanita yang dia tak bisa melihat wajahnya dalam mimpi tapi tau bahwa orang itu adalah Hinata.

"Aduh.. duh.. Sakit. Sasuke keterlaluan sekali memukulku hingga memar begini." Naruto di depan kaca. Menyisir rambut blondenya dan terkena memar hasil ulah bocah Uciha bahkan tangannya agak susah diangkat karna luka dibahunya.

Ia sedang bersiap. Hari ini adalah hari yang dinantinya. Impiannya sejak kecil. Kurang dari tiga jam maka ia akan menyandang status Rokugaime Hokage.

#di kediaman Hyuga#

Semua orang baik dari klan bunke ataupun souke sibuk mempersiapkan acara sakral bagi klan mereka. Hyuga.

Penentuan pemimpin klan hyuga. Acara yang tidak bisa dikatakan mendadak karna mereka telah menyiapkan diri mulai jauh hari. Tapi tadi malam tetua hyuga tiba-tiba memutuskan untuk melakukan acara tersebut hari ini.

End Of War, Start For EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang