Part 1- Pecundang [Revisi]

39.9K 1K 56
                                    

Suasana lapangan basket saat itu begitu terasa mencekam. Di tengah lapangan, tampak seorang gadis hanya diam dengan wajah tertunduk menerima lemparan telur-telur busuk yang diberikan beberapa seniornya.
Untuk kesekian kalinya, gadis malang itu harus menghadapi bullyan yang tidak pernah diinginkan oleh siapa pun itu.

Andai saja, waktu dapat terulang kembali. Adel tidak akan berani menulis surat cinta yang membawanya pada petaka seperti ini. Meski sebelumnya, Adel sudah begitu terbiasa menghadapi bullyan mereka, namun tidak sampai begitu mempermalukannya di hadapan semua orang.

"Rasain lo, cupu! Emang siapa suruh bikin surat cinta buat cowok gue, hah?! Jadi orang itu tau diri! Ngaca lo sana! Nggak usah ganjen godain cowok orang!"

Gadis berambut burgundi kemerahan itu langsung menoyor kepala Adel dengan wajah kesal. Berbeda dari teman-temannya yang sejak tadi terlihat begitu bersemangat mengabadikan video pembullyan mereka dengan kamera ponsel mereka masing-masing.

"Iya, nih. Rasain lo, cupu. Euuww!" ujar Bella melirik Adel dengan wajah meremehkan.

Adel sendiri hanya terisak-isak, tanpa berani menatap lima orang yang sejak tadi menjadi otak pembullyan yang diterimanya. Semua orang yang menyaksikan pemandangan itu hanya bisa terdiam. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani membela Adel atau pun menghentikan tindakan keji mereka.

Bahkan beberapa dosen yang sempat menyaksikan kejadian itu, terlihat tidak bisa berkutik. Mereka hanya bisa diam, meski ada rasa simpati dan ingin sekali menghentikan tindakan kelima mahasiswanya itu. Sekali lagi, saat mereka mencoba melakukan hal itu, mereka tentu akan mengalami nasib yang sama.

Ke enam Mahasiswa-mahasiswi yang membully Adel, adalah Mahasiswa-mahasiswi kampus yang para orang tuanya memiliki pengaruh paling besar di kampus ini. Renata, Bella dan Tristan paling utama. Ayah Renata sendiri adalah penanam dana terbesar di kampus ini. Tidak ada satu pun dosen yang bisa mengusik Renata, karena hal itu sama saja dengan membuat mereka kehilangan pekerjaan.

Kejadian itu bahkan sudah berkali-kali terulang. Mereka tidak ingin menjadi salah satu dari bagian itu. Lagipula, apa yang terjadi saat ini tidak begitu buruk sama sekali. Para dosen yang lebih memikirkan diri sendiri itu hanya beranggapan apa yang Renata dan kelima temannya lakukan saat ini hanya seperti sebuah candaan.

"Hei, lo dengerin gue 'kan cupu?!" teriak Renata sambil mengangkat dagu Adel, hingga wajah Adel kini menatap pada Renata yang menatapnya dengan wajah penuh amarah.

Adel hanya menangis terisak, menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hei, lo budek, ya! Jawab dong! Jangan cuma nangis doang bisanya!"

"A-aku.... "

"Ih, ngeselin banget ya, nih si cupu."

"Bawa guys!" perintah Renata pada Freddy dan Roman yang langsung bergerak menarik tangan Adel, setengah menyeretnya meninggalkan lapangan basket.

"Jangan, Kak! Aku mau dibawa kemana?! Jangan, aku mohon!" pekik Adel yang hanya ditanggapi tawa oleh Renata dan kelima temannya.

"Kasian deh lo, cupu! Habis ini hidup lo nggak akan selamat." ujar Bella sambil terkikik menikmati tangisan Adel yang terlihat ketakutan.

Mereka membawa Adel menuju taman belakang. Freddy dan Roman yang sejak tadi bertugas memegangi kedua tangan Adel, langsung menyandarkan gadis malang itu ke pohon beringin yang ada di sana.

"Kakak mau apa?! Aku mohon, ampuni aku! Lepasin aku, kak!" pekik Adel saat Renata dan Axel mulai mengeluarkan sebuah tali dan pisau cutter dari tas mereka.

"Sayang, enaknya cewek ini diapain, ya bagusnya?" tanya Renata sambil bergelayut manja pada Tristan.

"Terserah kamu, baby. Apapun itu asal cewek cupu jelek ini mendapat hukuman dari apa yang udah dia lakuin." ujar Tristan sambil tersenyum penuh arti, bak iblis yang siap melumat Adel saat ini.

gadis cupu dan pangeran trouble maker [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang