Part 4

7.3K 190 14
                                    


"Aisyah?"

"Sofiyan..."

Aku menghampri Cut Aisyah sahabat kecilku itu. Badanya kini makin besar saja. Sudah cukup lama aku tak melihatnya. Aku jadi ingat masa masa sekolah dan kuliah dulu yang selalu kuhabiskan bersama aisyah.

"Tumben.. ada apa?"

"Ia yan. Aku kangen udah lama gak main kepondok menulis kamu. Wah sekarang berjanggut nih ye. Mentang mentang jadi mantunya kyai. Udah kayak ustadz aja kamu sekarang yan"

"haha bisa aja kamu. Kamu sekarang makin gemuk aja"

"kamu kira kamu gak makin gemuk juga?"

"Haha berarti skor kita seimbang. Kamu sendirian?"

"Ia.. Mas Ridwan ada tugas keluar kota. Andi lagi ikut pelantikan pramuka disekolahnya. Dan sikecil Sheila lagi dirumah neneknya udah dua hari ini. Neneknya lagi kangen sama cucu katanya. Jadi dari pada dirumah aku kesepian dan gak ngapa ngapain mending aku kesini ketemu si kupu-kupu bujang.. eh maaf sekarang udah nikah ya jadinya kupu-kupu kawin dong ya"

"kamu tuh masih aja inget inget julukan itu. Ayok masuk"

Aisyah masuk kedalam pondok menulisku. Didalam anak anak sedang mengerjakan tugasnya, ya aku tengah memberi tugas mereka untuk membuat sebuah pantun. Aku tak mau mereka hanya pandai membuat cerpen, cerbung atau puisi. Tapi anak didiku harus serba bisa. Banyak mereka yang tak tahu jika pantun juga termasuk kedalam salah satu sastra. Menurutku membuat pantun letak kesulitanya cukup susah dibanding membuat cerpen atau puisi. Dalam pantun, imajinasi saja tak cukup tapi kemahiran logika juga sangat penting.

"Sekarang murid muridnya makin banyak ya yan? Apa kamu gak kewalahan. Coba mas Ridwan masih izinin aku ngajar disini kayak dulu"

"Sudahlah, Ingat perintah suami itu hukumnya wajib dituruti.Apalagi jika perintah itu bersifat positive demi kebaikan. Dulu kan andi belum punya adek. Sekarang aku yakin pasti kamu lebih repot karena harus ngurus andi, adeknya sama bapaknya. Ia kan?"

Aisyah tertawa..

"kamu itu gak berubah ya yan. Selalu bisa bikin aku ketawa"

"Ia kadang aku heran jika melihat kamu tertawa mendengar kata kataku, dimana letak lucunya"

"Yan..."

"Kenapa?"

"Sebenarnya aku kesini bukan Cuma mau ketemu kamu dan main kepondok saja. Tapi aku mau memberikan ini" Aisyah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang ternyata adalah sebuah surat.

"Dua hari yang lalu anwar datang kerumahku. Dia menitipkan surat ini untuk kamu. Aku udah bilang kenapa dia gak memberikanya secara langsung sama kamu. Padahal jarak rumah kyai dan rumahku kan tak terlalu jauh. Tapi katanya dia buru buru"

Aku menerima surat itu. Dan memasukanya di saku celanaku.

"Anwar bilang apa saja?"

"Dia Cuma cerita kalau sudah sebulan ini dia kembali keindonesia"

"Ohh.."

"Apa kalian ada masalah? Yang aku tahu dulu kalian sangat dekat"

"Gak ada kok. Ia kamu betul syah, kami memang dulu sangat dekat tapi semenjak dia hilang gitu aja, aku sama dia lost kontak. Tapi syukur kalo sekarang dia sudah kembali ke indonesia. Kita bisa menyambung kembali tali silaturahim yang sempat terputus itu"

"Serius gak ada apa-apa yan?"

"Serius.."

"Syukur kalo begitu. Mereka lagi buat apa sih yan?"

KUPU KUPU JANTANWhere stories live. Discover now