Part 8

7.2K 206 49
                                    

"Proses itu apa pak?" Bapak masih diam. Ketika dari tadi aku memaksa bapak untuk menjawab pertanyaan yang dulu belum pernah bapak jawab. Rasanya aku terlalu lama menunggu untuk bapak menjawab pertanyaanku itu, tubuh kecilku saja saat ini sudah membesar. Berarti aku memang sudah sangat lama menantikan jawaban bapak mengenai pertanyannku yang pernah aku lontarkan padanya disuatu sore ditaman dulu.

Perlahan bapak mengusap rambutku, wajahnya bersinar. Awalnya aku merasa silau karena pancaran sinar dari wajah bapak. Namun perlahan sinar itu redup dan hanya menyisakan sebuah senyuman dari wajah bapak.

"Fiyan.. Bapak gak perlu jawab pertanyaanmu itu. Mengenai proses. Ya lebih tepatnya proses kehidupan. Karena kamu pasti mengalaminya sendiri, dan jika kamu sudah melewati proses itu. Bapak yakin, jawaban bapak sudah tak dibutuhkan. Karena kamu sudah cukup mengerti dengan menjalaninya sendiri. Dan lihatlah sekarang? Bukankah kupu-kupu jantan milik bapak kini sudah melewati proses itu? Sebuah proses dalam kehidupan yang setiap manusia pasti mengalaminya. Bukan hanya itu, Kupu-kupu jantan bapak kini terus bermetamorfosis didunia ini. Dan akan terus seperti itu sampai menemui titik keabadian.."

Aku diam mendengar penjelasan bapak. Rambutku kembali di usapnya dengan jari-jarinya. Tapi baru saja aku ingin memeluk bapak. Bapak malah bangkit dan pergi meninggalkanku lagi seorang diri. Kali ini aku tak berteriak memanggil bapak. Aku hanya diam melihatnya pergi meninggalkanku dengan senyuman. Tak lama, terdengar suara adzan subuh berkumandang yang akhirnya membuka kedua kelopak mataku dan mengembalikan alam sadarku.

**

Cut Aisyah...

Pagi-pagi sekali Aisyah sudah mengunjungi rumah Kyai Fatwana. Meskipun kedatanganya adalah untuk bertemu dengan putri bungsu kyai itu, Nurfatma Khoirunissa. Fatma sedang merajut sebuah pakaian bayi ketika aisyah mengetuk pintu rumah. Perlahan ditaruhnya alat-alat rajutnya lalu ia bangkit untuk membukakan pintu rumah yang dari tadi terus diketuk. Dalam hatinya terus bertanya, siapa pagi-pagi begini sudah bertamu. Sampai dihadapan pintu fatma tak langsung membuka pintu, dilihatnya arah luar dari lubang kecil yang dipagari sebuah kaca. Nampak seorang wanita berjilbab sudah berdiri disana. Fatma tau, wanita itu Aisyah, sahabat karibku. Perlahan dia mulai membuka pintu rumah. Kedua wanita itu saling memandang ketika pintu sudah terbuka lebar. Aisyah langsung inisiatif untuk mengulang salam yang ia sudah ucapkan beberapa waktu tadi. Fatma menjawab salam wanita dihadapanya. Mereka saling cium pipi kanan dan kiri, lalu fatma membawa aisyah kedalam rumahnya. Aisyah sudah tak mau basa-basi, dia langsung menyampaikan maksud kedatanganya karena ia yakin fatma juga sudah faham maksud kedatangan dirinya.

"Fatma.. aku ini sahabatnya. Aku cukup kenal dengan sofiyan. Aku bisa tau dari dua matanya ketia ia bicara jujur atau tidak. Semalam dia mencurahkan isi hatinya padaku, dan aku yakin seyakin yakinya suami-mu itu tidak bersalah. Dia tidak melakukan tindakan keji itu fatma. Walaupun sofiyan dahulu pernah berbuat dosa dimasa lalunya, tapi aku yakin kali ini suamimu tidak salah fatma" Aisyah bicara dari hatinya dengan penuh kesungguhan. Sementara fatma sebagai istriku, dihatinya paling dalam ia merasakan iri dan cemburu. Ya.. Aisyah sepertinya sangat mengenal diriku, Sofiyan Prawira, yang tak lain adalah suaminya. Bahkan aisyah bisa tau ketika diriku sedang berdusta atau tidak. Sedangkan dia sendiri?

"Apa sofiyan yang menyuruhmu datang kemari?"

"Jujur memang dia yang memerintahku untuk mengunjungimu. Dia khawatir keadaanmu fatma. Dia mencemaskamu dan dia sangat mencintaimu. Semalam aku bilang sama sofiyan harusnya yang dia yakinkan bukan aku, aku hanyalah sahabat kecilnya. Tapi ada seseorang yang harusnya dia yakinkan. Dan itu adalah kamu fatma, istirnya. Tapi fiyan bilang bagaimana dia menjelaskanya padamu. Sementara kamu saja tak mau melihatnya lagi, tak percaya akan ucapanya. Jadi dia kehilangan kepercayaan dirinya sendiri untuk menemuimu fatma. Fatma, saat ini sofiyan butuh dukungan kita, terlebih kamu istrinya. Sofiyan itu hanya korban fitnah, dia hanya korban atas kejahatan Anwar"

KUPU KUPU JANTANOn viuen les histories. Descobreix ara