Chapter 4 - The Dream

Start from the beginning
                                    

Tapi kenapa?

Rasa marah dan sakit hati karena penolakan langsung menyelimutiku. Membayangkan belahan jiwa yang sudah kutunggu seumur hidupku ini menolaku begitu saja. Apakah aku layak ditolak seperti ini?

Mungkin entah bagaimana ia sudah tahu tentang kutukanku, jadi ia hanya melakukan pencegahan agar tidak patah hati di belakang nanti. Menyakitkan memang, tapi sepertinya itu adalah ide yang brilian. Lebih baik aku yang terluka sekarang, daripada harus melihatnya terluka kelak. Aku tidak akan pernah layak untuk memilikinya. Aku tidak akan pernah layak untuk memiliki siapapun.

*************************************************                                                         

Beberapa menit mengikutinya dari kejauhan, aku mulai menyadari sesuatu yang ganjil. Noura terlihat semakin cemas. Sejak tadi aku menunggunya untuk berubah wujud, berburu atau apapun. Tapi ia hanya terus berjalan tanpa tujuan yang jelas. Aku mulai ragu kalau dia memang setengah binatang. Kalaupun ia memang binatang, seharusnya ia dapat mendengar langkah kakiku atau setidaknya mencium aromaku. Dan seharusnya ia terlihat waspada, bukanya ketakutan.

Mungkin ia memang bukan binatang. Mungkin ia hanya berjalan-jalan dan tersesat di hutan ini.

Aku pun bermaksud memastikan kemungkinan ini.

Tanpa berpikir aku pun mendekatinya. Ia membeku ketika melihatku. Untuk beberapa saat kami berdiri dengan jarak beberapa meter, hanya memandang satu sama lain. Ia melihatku. Bukan dalam wujud manusiaku, tapi serigalaku. Ia sama sekali tidak bergerak. Aku bisa mendengar jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Ia ketakutan. Jelas sudah.

Bukan, ia tidak sama sepertiku. Aku salah karena mengira ia juga manusia serigala dan berpikir ia sengaja menolak ikatan ini. Tapi tidak seperti itu. Entah karena ia bukan manusia serigala, atau karena darah serigalanya yang terlalu resesif, aku tidak tahu. Ia memang tidak bisa merasakan tarikan ini. Hanya aku yang merasakanya dan ia tidak akan bisa membalas perasaan ini.

Aku sadar telah melakukan hal bodoh. Astaga, apa yang kulakukan? Aku baru saja memperlihatkan wujud serigalaku pada seorang manusia yang tidak tahu apa-apa tentang manusia serigala. Dan aku membuat Noura ketakutan.

Selama beberapa detik ini Noura hanya menatapku dengan tatapan ketakutan tanpa bergerak. Ah, ini salah. Tidak seharusnya semua berakhir seperti ini. Noura adalah belahan jiwaku. Seharusnya ia tidak mentapku dengan rasa terancam. Aku ingin ia merasa aman bersamaku. Aku tidak tahan  melihatnya ketakutan seperti ini.

Aku maju satu langkah dengan hati-hati.

Ia berbalik dan lari menjauhiku.

Aku merasa seperti monster yang tidak layak hidup di dunia ini. Tidak berguna. Satu-satunya wanita yang ditakdirkan sebagai belahan jiwaku justru  berlari menjauhiku, seolah nyawanya bergantung pada kecepatan larinya.

Konyol rasanya melihatnya berlari seolah-olah ia dapat mengalahkan kecepataku. Aku bisa saja dengan mudah mendapatkanya hanya dengan sekali lompatan, tapi aku tidak ingin membuatnya merasa semakin terancam. Jadi aku hanya mengikutinya dengan hati-hati dari belakang, memastikan dia aman di hutan ini. Aku ingin ia pulang dengan selamat.

Setiap malam aku berpatroli di hutan ini, dan aku tahu pasti dimana arah pemukiman. Aku tahu dimana letak rumahnya, tapi Noura tidak berlari kearah itu. Ia benar-benar tersesat. Jadi aku pun memanfaatkan larinya untuk menggiringnya kearah yang benar. Lucu sekali rasanya seperti berburu kelinci.

Aku pun mendesah dalam hati. Dasar gadis yang rumit. Ia tidak mengenal hutan ini dengan baik, tapi memutuskan untuk berkeliaran didalamnya. Ia tidak tahu bahaya apa saja di luar sini. Aku bukan satu-satunya monster yang ada. Dadaku teremas membayangkan apa yang dapat terjadi padanya jika aku tidak menemukanya tadi.

The Curse [on hold]Where stories live. Discover now