CATATAN SHINICHI KUDOU : PEMBUNUHAN PERTAMA

985 82 5
                                    

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Shinichi Kudou adalah pengelana untuk mencari 'rumah' yang diimpikan Shinichi-rumah tanpa kekerasan dan aman-sejak dulu. Pengelana yang anehnya selalu rapi dan wangi tiap keluar pagi, padahal dia tidak masuk ke salah satu rumah warga untuk menumpang mandi.

Beruntungnya, dia selalu dekat dengan Kami-Sama-mampir ke semua kuil yang dia lewati-tiap pagi. Jadi dia tahu akan kekuatan bangkit dari pembunuhan tersebut.

Dia sedang duduk di sebuah bangku taman di Ekoda Park. Sedang berpikir, siapa orang yang sudah menghalanginya mencapai impian dan harapan. Dia merasa kriteria orang yang seperti itu adalah orang tuanya. Ya, orang tua yang sering menyiksanya tanpa ampun.

Sudah dengan kegiatan berpikirnya, Shinichi memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Beika City. Dengan berjalan kaki.

Shinichi perlu memakan hampir 5 jam untuk sampai ke rumahnya. Rumah yang menunjukkan bahwa yang empunya sangatlah kaya, tetapi sebenarnya tidak. Ya, Kudou Mansion. Keluarga Shinichi memiliki rumah yang besar, tetapi sayang orang-orang yang berada didalamnya tidak rukun.

Dibukanya pintu yang sudah lama tidak disentuhnya. Dan sepertinya kondisi rumahnya tidak sebaik dan serapi yang dia ingat. Terlintas di pikirannya ingatan-ingatan buruk yang dia alami di rumah ini.

Ditelusurinya koridor yang mengarah ke ruang tamu. Dilihatnya wanita yang sedang menudukkan kepala, menangis dengan menghadap sebuah dupa yang tidak pernah dia lihat dulunya. Didekatinya wanita itu, dan menyadarkannya dari tangisannya.

"Kaa-san. Doushite?" Tanya Shinichi ragu-ragu saat menyentuh bahu ibunya.

"Shinichi..." Wanita itu menjawab. "Darimana saja kamu?" Menjawab, tetapi dengan nada dingin nan ketus.

"Aku... Aku... " Shinichi bingung menjawab apa.

"Kenapa diam Shinichi?!! Jawab Ibumu?!!" Ibunya beralih mengahadap Shinichi dan menamparnya seketika.

"..." Shinichi tidak tau harus berbuat apa selain berdiam.

"Kamu kemana saja Shinichi? Kalau kamu tidak pergi dari rumah, Ayahmu pasti tidak meninggal sia-sia seperti ini, kau tau?!!" Dengan sedikit membentak lalu memeluk anak satu-satunya tersebut.

"Otto-san meninggal? Kenapa? Bagaimana bisa dia...?"

"Shinichi, disaat kamu kabur, Ayahmu langsung mencarimu..." Sembari menjeda kata-katanya, ibunya menawarkan duduk di sofa didekat mereka. "Dan dia kehilangan dirimu disaat menguntitmu. Dan saat berlari ditengah jalan... Ayahmu..." Ibunya terisak, tidak mampu melanjutkan kata-katanya.

"Ayah meninggal karena tertabrak." Shinichi melanjutkan kata-kata yang hilang dari mulut ibunya.

"Shinichi... Hanya kamu satu-satunya yang kita punya. Jadi kenapa kamu kabur, sayang?" Sambil mengelus rambut anaknya dengan kasih seorang ibu.

"Kaa-san aku sudah muak dengan perlakuanmu dulu, Kaa-san selalu memukulku tanpa ampun dengan sebuah tongkat ataupun barang-barang dengan kategori keras untuk memukulku. Bahkan Ayah sering menjambak rambutku. Jaa, kenapa Otto-san rela mencariku sampai beliau harus meninggal? Hanya karena itukah, karena aku anak satu-satunya di keluarga Kudou?"

"Kita sangat mencintaimu Shinichi meskipun kita dalam kondisi mabuk, kita masih mencintaimu. Seandainya kamu tidak terlalu sering berulah saat kita mabuk, kamu pasti tidak terkena balas dendam dari ketidaksadaran kita, paham Shinichi?"

"Wakata... Okaa-san gomen nee. Mungkin hanya permintaan maaf tidak cukup ya untuk Okaa-san. Maaf, Kaa-san..." Shinichi terisak kecil, masih menahan tangisnya.

"Tidak apa kok, Shinichi, tidak apa. Semuanya sudah lewat. Setidaknya kamu masih selamat dan tidak melupakan orang tuamu."

"Baiklah Ibu. Jaa. Tadaima, Okaa-san."

Bug Eaten PsychedelismOnde histórias criam vida. Descubra agora