my hero

11.6K 691 3
                                    

Aku mendengar suara pelan. Samar-samar. Aku mencoba membuka mataku, namun sangat berat. Kudapati bayangan samar dua orang berdiri didepanku. Seorang pria dan wanita.

"Sebaiknya dia istirahat total terlebih dahulu. Silahkan ditebus obatnya" kata seorang pria.

"Baik dok. Terimakasih" lalu pria itu pergi.

Aku melihat sekelilingku. Dinding putih, kelambu putih, pintu putih. Ternyata benar aku di rumah sakit.

Aku merasa aku sedah sehat. Maksudku aku bisa bernafas lega. Rupanya selang oksigen terselip di hidungku. Tubuhku masih lemas. Bahkan untuk membuka mataku,mengeluarkan suara aku masih tak mampu

"Makasih ya nak, sekali lagi kamu yang menolong Velin" kata wanita itu yang kutahu itu adalah mama.

Rasanya aku ingin membuka mataku lebar. Aku ingin tahu siapa yang menolongkuu.

"saya gak keberatan kok tante. Saya pergi dulu ya tante" kata cowok itu.

Ahhh.... kenapa harus pergi. Aku belum bilang makasih. Ah, bukan itu sih sebenarnya. Sebenarnya gue cuman pengen tanya. Kenapa dia selalu nolongin gue, diwaktu yang tepat.

"Hati-hati ya nak" sahut ibuku. Aku menerka nerka siapa yang telah nolongin gue. Apa itu Gerald. Rasanya aku beruntung, punya teman seperti gerald. Orang kedua penolongku setelah Thata.

Gue bakal bilang makasih ke gerald nanti setelah ketemu. Gue berhutang budi, mungkin lebih dari itu. Gue berhutang nyawa. Mungkin kalo gue gak segera di bawa ke rumah sakit. Gue bakal mati di gudang.

Kepalaku berasa dielus oleh tangan mama. Aku hanya bisa diam merasakan. Lalu mama mencium keningku. Ya tuhan, keningku basah. Mama menangis. Rasanya aku ingin menangis juga. Andai mama tahu aku udah sadar, tapi ga sepenuhnya. Mungkin ini efek obat bius yang disuntikkan padaku.

"Mama minta maaf Vel, gara gara mama kamu menderita seperti ini" kata mama sambil terisak.

Ingin sekali aku menyahutnya. Tapi bibirku terpaku diam

" kalo aja mama gak bertemu papamu, semua tidak seperti ini" isaknya menjadi jadi. "Mama tau kamu pasti menderita disakiti orang, dimaki karena mama"
Dalam hatiku sudah menangis. Menjerit.

Ini bukan salah mama. Mama jangan sedih. Reveline akan selalu bersama mama. Apapun yang terjadi. Karena semenjak Reveline lahir, sepertinya mama gak pernah bahagia. Reveline janji akan temukan papa. Dan buat mama bahagia nanti.

****
"gue bawain kue kesukaan lo !!" Seru Thata sambil cengengas cengengesan.

"Makasih Tha" kataku sembari memeluk thata.

"Kok lo bisa sih sakit gini. Lo tuh bikin kawatir tau gak. Disuruh nungguin depan toilet eh ngilang " lanjut Thata bawel " untung ada orang yang nemuin lo pingsan di lapangan sekolah"

aku menyeringitkan dahi.

Hah, lapangan sekolah dari mana? Gue kan disekap patricia dkk.

"Heheheh... iya" jawabku garing.

"Kalo lo masuk sekolah pake masker deh Ve, masa di lapangan aja asma lo udah kambuh" aku mengangguk mengiyakan .

Aku sebenarnya berfikir. Kenapa Gerald bohong. Mungkin kalo bohong ke mama itu wajar, dia mungkin gak ingin mama kuatir. Tapi kalo dia bohong ke Thata buat apa? Thata lebih tau patricia daripada dirinya. Thata tentunya gak akan kaget kan??!!

Aku mencari cari sosok Gerald. Tidak ada.

"Nyari Ge ? Dia didepan. Ngobrol sama nyokap lo. "Cieeee..." goda Thata

"Apaan sih lo Tha"

"Hey. Gimana keadaan lo Ve?" tanya gerald sambil senyum. Senyumnya yang khas.

"Gue baik Ge. Ge makasih ya" ucapku pelan. Sedikit malu karena mata Thata menatap nakal.

"No problem Ve. Gue temen lo. Ini biasa kok" kata gerlad sembari memberiku coklat.

"Coklat?" Tanyaku

"Yaaah. Mungkin kamu akan tenang makan coklat" aku mengerenyitkan dahi curiga. "Lo kena remidial ulangan matematika kemaren" lanjut gerald sambil ketawa.

"Ya tuhaaaan. Kabar buruk!!" Umpatku.

Matematika salah satu pelajaran yang paling aku benci. Kenapa harus kena remidial.

"Hahaha. Sorry Ve, kita kesini bawa berita buruk" sahut Thata

"Kenapa lo ketawa ?!!" Ucapku geram. Hal ini tidak lucu bagiku.

"Soalanya... gue gak kena remidial !! Hahahah. Lalalalallaala....sorry ya Ve" Thata menari senang.

"Gue menderita kali Ve" kataku cemberut.

"Udah nanti gue bantuin" sahut Gerald menenangkan. Lagi lagi dia jadi pahlawanku, Merebut perhatianku, simpatiku. Aku sampai tersenyum dibuatnya.

Apa ini keajaiban dari dream catcher. Aku memasang dream catcher di kamarku. Memakai gelang dream catcher juga. Dan akhirnya keajaiban datang.
Aku meraba gelangku. Ajaib hilang. hah! Hilang ??!. Aku tersadar dari lamunanku. Ternyata aku gak memakai gelang itu lagi. Gelangnya benar hilang.

Haaah!!! Kenapa bisa ilaanggg!!

Aku langsung panik. Mencari di tempat tidur. Gak ada. Di bawah selimut. Gak ada. Aku benar panik.

"Tha, lo tau gelang gue gak?!" Tanyaku panik

"Gelang apa?"

"Gelang dream catcher...!!" Seruku. Masih panik.

"Gelang dari mbah dukun?" Tanya Thata. Aku bingung, nih orang memang gak tau apa lagi ngelucu sih.

"Bukaaan...!! Gelang yang ada jaringnya terus ada bulunya itu loh tha." Deskripsiku sekenanya.

"Ohh. Ituuu... ilang?!" Kadang thata emang lebih lemot daripada siput.

"Kalo gak ilang kenapa gue cari sih!!"

"Ya sante kali... kita kan bisa beli lagi" jawabnya enteng

" itu ada sejarahnya. Ada kenangannya Thaaa !!" Umpatku sebal

"Kenapa ribut gini" tanya Gerald yang baru datang dari toilet.

"Gelang gue ilang" jawabku cepat.

"Cuman gelang kan?" Gerald makin menyebalkan

"Itu bukan gelang biasa Ge, itu lebih dari jimat" Thata menjelaskan dengan gaya di buat buat.

"Dream catcher?" Gerald kembali bertanya.

"Iyaaah. Lo nemuu ??!" Tanyaku antusias.

"Enggak" jawab Gerald singkat. hampir saja aku senang.

Gak mungkin hal ini bisa terjadi. Aku mengingat ingat, kapan terakhir kalinya aku merasa gelang itu ada. Dari smp gelang itu selalu kupakai. Tanpa kulepas sama sekali. Itu jimat keberuntunganku. Hingga aku gak sadar kalo sekarang sudah tidak ditanganku.
"Mungkin itu tanda kalo lo udah gak butuh jimat lagi Ve" lanjut Gerald

" pertanda burukk !!" Jawabku

"Ve, jangan berlebihan. Itu cuman gelang biasa" Thata menenangkan.

"Ayolah Ve, come on... lo bisa beli lagi"

"Gue gak bisa dengan mudah gantiin gelang kesayangan guee" kataku tetap dengan mencari. Kali ini di kolong tempat tidur.

"Veee..."thata mulai capek melihatku panik. "Lo harus tenang"

Thata benar.aku harus tenang. Satu kemungkinan terbesit dipikiranku. Mungkin saja gelangnya jatuh di gudang. Yah. Mungkin saja.

Gue harus sembuh dan nemuin gelang gue. Gue yakin gelangnya di gudang. Yah. .... gue yakin !! Sembilan puluh sembilan persen !!

Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang