Hari Tanpanya

7.9K 244 9
                                    

-Beberapa Tahun Kemudian-

*Nayra's POV*

Kupandangi tetesan hujan yang turun dari langit. Membasahi rumput dan pepohonan, menyegarkan mereka.

Mungkin langit pun tau dan merasakan kepedihanku.

Uh, mungkin bahasaku terdengar terlalu melankolis kali ya? Tapi.. itulah yang kurasakan.

Sekarang, baru jam 11.45. Malam.

Ya, sudah selarut ini dan aku tidak bisa tidur. Entah kenapa, tanggal yang biasanya menorehkan kebahagiaan untuk orang lain malah menimbulkan.. kepedihan dan trauma bagiku.

Di tanggal ini, dia telah pergi. Mengingkari janjinya, menorehkan luka yang dalam di hatiku, membawa pergi sebagian jiwaku, dan membuatku.. selalu menunggu kedatangannya.

Aku berjalan menuju ruang tengah tempat grand piano -yang baru dibelikan orang tuaku sebulan yang lalu- berada.

Aku duduk di kursi untuk bermain piano. Jariku mulai menekan tuts-tuts piano dan aku mulai bernyanyi,

Aku yang memikirkan, namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku tersita dengan angan tentangmu

Mencoba lupakan, tapi ku tak bisa
Mengapa.. begini..

Oh mungkin aku bermimpi, menginginkan dirimu

Untuk ada disini menemaniku

Oh mungkinkah kau yang jadi kekasih sejatiku

Semoga tak sekedar harapku

 ~Kekasih Sejati - Monita~

Air mataku mengalir begitu saja tanpa permisi. Kepedihan itu masih belum hilang. Selalu dia, dia, dan dia. Padahal kejadian itu sudah lama sekali.

*PSYUU DUAR BLAM BLAM*

Suara petasan berbunyi, menyambut tahun baru 2013. Ternyata, hujan pun tak menyurutkan semangat orang-orang untuk merayakan tahun baru.

Kalau dihitung-hitung.. sudah sekitar lima atau enam tahun kejadian waktu itu.

Hmm.. presiden aja udah habis masa jabatannya, kok sakit aku karna dia belom habis juga masanya. HAHA.

Aku tersenyum getir mengingat kejadian itu. Jadi itu alasan dia nyuruh aku ke lapangan komplek.

Kenapa dia nggak bilang langsung aja? Kenapa dia pake surat segala? Kenapa aku juga nggak ngeh dengan kode yang dia kasih? Begitu banyak kata 'kenapa' yang masih berkeliaran di otakku.

Ah, setiap pergantian tahun pasti begini. Mengingat kejadian itu dengan satu nama yang selalu menghantui. Arkha. Arkha Satriadhi.

"Hoaahhmm.." suara nguap seseorang terdengar seiring langkahnya menuju kemari.

"Lu nggak tidur? Udah jam seg-- lu nangis lagi?" kata orang itu, Bang Sat.

"Belum. Kayak nggak tau aja kalo aku tanggal segini selalu kayak gini," kataku.

Bang Sat tersenyum getir. "Sori ya, Nay. Gara-gara gue jadi gini deh," katanya.

"Nggak apa-apa kali. Mungkin emang udah takdirnya," kataku berusaha tegar.

Bang Sat terlihat kelelahan. Mungkin dia memang lelah karna mengurus pertunangannya yang akan diadakan beberapa minggu lagi.

Ya, Bang Sat sebentar lagi akan bertunangan dengan pacar, sekaligus calon tunangannya, sekaligus calon kakak iparku. Namanya Kak Kania. Orangnya cantik, baik, pinter, lucu, pokoknya gitu deh. Kak Kania juga bukan tipe cewek yang kecentilan, sok cantik, dan pamer harta gitu.

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang