1. Gaia's Witness

96 11 2
                                    

Suara langkah kaki yang bergemetar perlahan maju, mematahkan ranting-ranting pohon yang berada di lintasan jalannya dua buah kaki kecil.

Tangannya memegang hangat tubuh mungilnya yang terbalut sweater dengan ukuran lebih besar. Ia terlihat tenggelam dalam pakaian itu.

Frame kacamata yang besar menghiasi wajahnya yang bersih, berwarna biru kehitam-hitaman. Warna favoritnya.

Rok yang ia kenakan menggantung dari pinggangnya, berwarnakan gradasi biru langit dan biru laut. Ia tahu seharusnya tidak memakai rok kesukaannya itu, karena saat ini kakinya kedinginan dan mulai pucat.

Rambutnya yang berwarna coklat dan diikat dengan gaya pigtail menyatu dengan warna pepohonan di sekitarnya.

Dirinya terlihat begitu indah, jika saja ia tidak harus tersesat di dalam hutan dan matahari sudah enggan memberikan pertolongan. Ia ketakutan.

Sepasang mata mengintainya dari balik pepohonan. Gadis itu menoleh, tapi ia tak bisa melihat dengan jelas. Sepertinya ia harus meminta orangtuanya membelikan kacamata baru, jika gadis itu bisa selamat malam ini.

"Auuuuu..." Suara serigala berkumandang, menambah cekaman dalam suasana. dan benar saja, Gadis itu terjatuh tersandung akar pohon karena ketakutan yang luar biasa menyelimutinya.

Ia berusaha membersihkan tangannya dari daun-daun basah yang bertemu dengan hujan beberapa waktu yang lalu. Mungkin itu yang membuatnya tersesat, ia bermain terlalu jauh dan terlambat untuk pulang ketika awan menumpahkan muatannya.

Terdengar ranting yang patah lagi, tapi ia yakin suara itu bukan berasal dari kaki kecilnya. bagaimana ia bisa mematahkan ranting jika sedari tadi ia terdiam dalam posisi duduk sehabis terjatuh tadi.

Ranting patah terdengar semakin dekat, ia segera melirik tempat dimana ia melihat sepasang mata yang mengintainya beberapa menit yang lalu, dan lagi-lagi benar. sekarang ia bisa melihat bulu yang menghiasi kepala pemilik sepasang mata tajam itu.

Hewan berbulu itu mulai berlari menerjang gadis yang tak berdaya itu, namun sebelum sempat gadis itu berteriak, seseorang menabrakkan dirinya ke arah hewan itu, keduanya terpelanting jatuh dengan sangat tidak anggun.

Pada awalnya gadis itu tak bisa melihat apa yang terjadi barusan, tiba-tiba saja seorang anak laki-laki yang berhiaskan daun-daun basah akibat jatuh tadi berdiri dan menarik tangan gadis itu.

"Ayo pergi!"

Ia beranjak menuruti anak laki-laki yang menariknya tadi, ia sadar seseorang telah menyelamatkan nyawanya. Tapi ia tak tahu siapa dan mengapa orang itu mempertaruhkan nyawanya hanya untuk menolongnya.

Mereka berhasil kembali ke 'pintu masuk' hutan dengan sedikit luka-luka akibat ranting pohon yang tidak terlalu bersahabat. mereka berhenti berlari ketika menyadari serigala tadi sudah tidak mengejar mereka berdua.
"Siapa kau?!" Gadis itu melepaskan tangannya dari pegangan anak laki-laki tadi dengan memaksa.

"Hei santai saja, bukankah aku telah menyelamatkan nyawamu?"

Gadis itu tidak berkata, hanya menatap wajah anak laki-laki itu. Ia tersadar, ia terpesona pada pandangan pertama. Luka-luka kecil di sekitar dahi dan pipi laki-laki itu menambah menarik penampilannya.

"Namaku Altair." jawab singkat anak laki-laki berambut pirang itu.

Gadis itu masih terpaku melihat wajah Altair.

"Hei? Ayo, aku antar kau ke rumahku. Kau bisa menginap disana, dan ketika pagi menjelang kau bisa kembali ke rumahmu sendiri."

Aurora, nama gadis itu. jatuh cinta pada Altair dan mereka hidup bahagia setelah pertemuan itu.

Setidaknya begitulah pertemuan mereka dalam khayalan Altair.

Terlalu fiksi?

Memang.

Itu hanya imajinasi di kepala Altair saja. anak itu memang gemar berkhayal.

Realitanya?

Di hari yang indah itu, Altair kecil sedang menjelajah hutan dekat rumahnya. Selain berkhayal, ia juga suka berpetualang.

Dengan sangat tidak hati-hati ia memanjat sebuah pohon yang cukup tinggi, berniat untuk memperbesar jarak pandang, tanpa sadar ia juga memperbesar kemungkinan untuk jatuh dan meretakkan atau bahkan mematahkan salah satu anggota gerak miliknya. . . Dan hal itu terjadi.

Anak itu jatuh tersungkur, tulang kakinya retak akibat terbentur akar pohon. Ia tak akan bisa pulang hari itu. Tidak, setidaknya jika seorang gadis berumur dua tahun lebih tua darinya dengan tidak sengaja menemukan Altair yang meringkih kesakitan.

Aurora, tanpa fikir panjang ia merangkul Altair dan membawanya keluar hutan, karena ia tahu hanya dengan berteriak minta tolong tidak akan menyelamatkan nyawa anak itu.

Gadis itu membawanya ke jalan raya, ia melambaikan tangan ketika ada sebuah mobil yang lewat dan meminta pengendara itu untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit terdekat.

Untungnya orang yang tak dikenal itu setuju, ia juga menawarkan untuk menelepon orang tua Altair, namun Aurora menolak karena anak laki-laki itu sibuk menangis.

Ia memutuskan untuk menelepon mereka menggunakan telepon rumah sakit ketika Altair sudah lebih tenang.

Pohon, ranting, dan daun-daun itu menjadi saksi pertemuan pertama mereka.

Mereka memang tidak hidup bahagia seperti dalam khayalan Altair karena faktanya Altair lah yang jatuh cinta pada pandangan pertama.

tapi setidaknya mereka bersahabat.

Hingga saat ini.


You're CelestialWhere stories live. Discover now