10

4.1K 460 19
                                    

CHAPTER X

"I am truly, madly, deeply, crazy, desperately in love with you"

Autor's Point of View

"Kau tidak merindukanku, Kim Jongin?" Jongin menghentikan langkahnya namun masih dalam posisinya, tidak berbalik sama sekali.

"Tidak" kemudian dia melangkahkan lagi kakinya sebelum sepasang lengan menghalanginya.

"Tapi aku merindukanmu, Jongin" Jongin menatap sepasang tangan yang melingkar di tubuhnya.

Soojung menyandarkan kepalanya pada punggung Jongin. Jongin ingin melepaskan tangannya namun Soojung semakin menguatkan pelukannya. Dia tak ingin Jongin pergi. Dia hanya ingin bersama Jongin. Setidaknya untuk saat ini. Dia membutuhkan Jongin.

Jongin membalikkan tubuhnya, menatap gadis di depannya yang menundukkan kepala. Tangannya terangkat untuk memegang wajah gadis itu. Sekali lagi dia membuat gadis itu menangis.

Ibu jarinya bergerak untuk menghapus airmata gadis itu. Berharap semua kesedihan juga ikut tersapu.

"Maafkan aku"

Soojung hanya diam. Bukankah tidak ada yang perlu dimaafkan disini. Soojung hanya berharap Jongin tidak meninggalkannya. Hanya itu yang diinginkannya. Apakah Jongin masih tidak mengerti?

"Jangan tinggalkan aku" Soojung menggenggam tangan Jongin yang mengusap pipinya.

Jongin berusaha membuang mukanya. Soojung menarik lengannya, mencoba membuat Jongin menatapnya.

"Tapi jika ini akan melelahkan?" tanyanya pada Soojung.

"Maka itu akan melelahkan"

"Jika ini akan sulit?"

"Maka itu akan sulit" Jongin masih tak mengerti akan jawaban Soojung. Dia menatap gadis itu, dan dia memberikan seulas senyumannya pada Jongin.

"Sesulit atau semelelahkan apa nanti, tapi jika aku bersamamu aku yakin kita dapat menghadapinya"

"Aku tak ingin men-"

"Sejak awal bukan kau yang menarikku, tapi kakiku sendirilah yang berjalan ke arahmu. Dan ini adalah pilihanku, Jongin"

"Cause I'm truly, madly, deeply, crazy, desperately in love with you, Kim Jongin"

***  

Flashback

Seorang gadis terlihat menangis dibawah pohon maple yang tak lagi rindang. Airmatanya jatuh membasahi selembar kertas usang yang masih digenggamnya. Dia kesepian, benar-benar kesepian. Kakaknya yang sangat diandalkannya pergi meninggalkannya beberapa bulan yang lalu. Dia sudah berjanji untuk berjuang bersamanya, namun semua itu seperti uap kopi di pagi hari yang hilang begitu saja.

Pagi tadi ayahnya baru saja kembali dari Kanada. Dan dia sangat bahagia, sebelum adegan melempar piring itu dimulai. Soojung tak pernah tahu apa yang sebenarnya mereka permasalahkan. Dan mereka tak pernah berniat untuk menjelaskan padanya. Dan akhirnya ayahnya pergi lagi. Bahkan tak sempat memberi pelukan hangat untuknya.

Dia putus asa. Ditatapnya pergelangan tangannya yang masih berbalut kain putih. Semalam dia mencoba untuk melakukan cutting namun Han Ahjumma mengetahuinya dan segera membawa Soojung ke klinik.

Dan hari ini dia tetap berangkat ke sekolah dengan tujuan soal-soal yang diberikan gurunya dapat membuatnya lupa akan masalahnya. Tetapi sepertinya itu tak sesuai rencana karena dia justru membolos dari jam pelajaran pertama.

His Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang