19

3.4K 354 21
                                    

Chapter XIX

" Smile always get better even though it fake "

Author's Point of View

                " Senang melihatmu kembali." Pagi itu teman-teman Soojung langsung mengerubunginya begitu melihat Soojung sudah kembali ke sekolah.

" Kau pasti sangat sedih. Maafkan kami tak bisa menemanimu di saat-saat itu." Sunyoung menatap Soojung dengan mata berkacanya.

" Iya, maafkan kami Soojung-ah. "

" Kami merindukanmu, Soojung-ah. "

" Gwaenchana, walau hanya bisa mendengar suara kalian melalui ponsel, tapi itu sudah sangat menghiburku." Soojung menyisipkan senyum di kata terakhirnya. Itu adalah senyum pertama Soojung pagi itu.

" Kau harus kuat." Amber menepuk bahunya pelan.

" Aku selalu berusaha kuat."

Kemudian Jinri memeluknya, " Tak apa Soojung, kau masih memiliki kami."

Soojung tersenyum ke arah sahabatnya. " Ya, setidaknya masih ada kalian di sini."

Dan mereka berlima berpelukan. Pelukan selalu menghangatkan, menghangatkan setiap hati yang menerimanya. Dan pagi itu, pelukan dari sahabatnya cukup membuat hati Soojung menghangat. Setidaknya dia tahu bahwa masih ada orang-orang yang peduli dan tulus padanya. Dia tak lagi merasa sendirian. Soojung berterimakasih, sahabatnya adalah hadiah berharga yang dia dapatkan dari Tuhan.

Dia sadar, setelah segala hal yang dilaluinya selama ini. Semua itu membuatnya lebih baik dalam menjalani hidupnya. Pada hakikatnya pengalaman selalu menjadi guru yang terbaik. Tidak akan dia mengulangi kebodohan untuk kedua kalinya. Karena kebahagian bukan cuma untuk dirinya, namun juga orang-orang disekitarnya. 

Soojung harus hidup bahagia, maka orang-orang terdekatnya juga akan bahagia.

***

                 Pelajaran pagi itu berjalan dengan normal, seperti biasanya. Hanya saja Sunyoung melihat ada yang aneh dengan sikap Soojung. Bukan, Sunyoung yakin Soojung tidak sedang sedih. Namun Soojung lebih seperti terlihat gelisah. Sunyoung tak tahu kenapa namun temannya itu bolak-balik mengecek ponselnya.

" Ada apa?" Tanyanya penasaran.

Soojung menggeleng, " Tidak."

" Tapi kau terlihat gelisah. Apa kau ketinggalan atau kehilangan sesuatu? " Sunyoung memang bukan tipe orang yang gampang puas dengan jawaban tak pasti seperti itu. Dan jawaban Soojung tadi sama sekali tak dapat dia terima.

Soojung kembali menggeleng, " Tidak. Aku sedang tidak kehilangan apapun. Tapi ada sesuatu yang mengganggu pikiranku," terangnya.

" Apa? Apa ini menyangkut keluargamu? "

Soojung menggeleng. Sunyoung hampir frustrasi melihat gelengan Soojung yang entah kali keberapa dia lihat hari ini. " Sama sekali bukan, tapi ini mengenai Jongin."

" Dia sama sekali tak menghubungiku sejak aku di Amerika. " sambungnya.

Sunyoung tergagap. Dia sama sekali tak tahu harus bersikap seperti apa. Di sini dialah yang paling tahu keadaan Jongin, namun di sisi lain dia tak ingin membebani kembali pikiran Soojung. Demi Tuhan, Soojung baru saja melewati masa sulitnya. Tegakah dia mengatakannya ?

His Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang