eleven

8.5K 380 1
                                    

"Waktu itu, sempat beredar rumor akan ada seseorang yang akan memenangkan ini. Seseorang yang masih keturunan elf-peri penjaga-dari gunung semenanjung utara. Tak ada yang tersisa, hanya kau dan Lilly. Kau ada disetiap jendela di gereja Anna." Ada satu yang mengganjal disini. Aku masih memikirkan topik pembicaraannya mengenai seirenes itu. Mereka begitu menakjubkan sekaligus menyeramkan. "Tunggu, saat kau bilang mereka seluruhnya betina, dan mereka menyukai jenis mereka sendiri, lalu bagaimana cara mereka berkembang biak? Itu tidak masuk akal, Gave." Ia terkekeh. "Mereka tetap membutuhkan jantan. Kita. Manusia. Dan setelah mereka selesai...sang jantan mati dan jika mereka beruntung mereka dapat bertahan. Mereka menghisap seluruh energi si jantan untuk kekuatan mereka. Ini terdengar menyakitkan untukku." Katanya. Wajahnya bergidik ngeri. Satu-satunya hal yang membuat ini terasa begitu menjijikkan adalah, mereka penyuka sesama jenis dan berhubungan dengan manusia hanya untuk meneruskan perbuatan menjijikkan mereka. Aha, ini buruk. "Lalu aku dan Lilly? Aku...aku tidak mengerti." Aku melipat kedua tanganku diatas paha ku. Aku akan mendengar ceritanya lagi. Gavin menarik nafas panjang. "Saat itu, kau dan Lilly adalah putri dari Lord Bolger dan Ratu Wilde. Mereka raja dan ratu elf murni dari utara. Mereka bertanggung jawab penuh tentang apa yang terjadi di dunia ini. Mereka peri penjaga kami. Dan saat ibumu mengetahui kedatangan mereka, ibumu mengubahmu menjadi manusia normal seperti kami. Dahulu, semua makhluk di dunia ini begitu menghormati kaum peri terutama peri penjaga. Termasuk seirenes itu. Semua berubah saat seirenes itu menyihir semua orang menjadi batu. Yang tersisa hanyak kami, manusia. Lalu kami membawamu dan Lilly pada Josh dan Maria. Mereka sangat pantas menjadi orangtua mu. Sangat cocok. Hanya itu satu-satunya cara agar kalian bisa terselamatkan." Setelah semua perkataannya, ini begitu mengejutkanku. Aku menganga dengan lebarnya. Gavin tidak melanjutkan ceritanya, kurasa ia merasakan keterkejutanku. Aku tertawa miris sambil memegang kepalaku yang tiba-tiba pusing. "Ini tidak lucu Gavin. Kau bisa saja mengarang tentang seirenes atau peri penjagamu itu. Tapi tidak dengan orangtuaku." Aku masih tertawa dan memegangi kepalaku. Gavin meringis. "Terserah padamu. Jika kau menerima ini. Kau akan mengerti dengan mudah. Tapi sungguh, nenekku yang menaruhmu dan Lilly dirumah itu. Saat kau masih berusia 2 tahun. Aku tidak berbohong. Sungguh." Aku melemas. "Maafkan aku, Anna. Aku tidak bermaksud...aku hanya mengatakan kebenaran padamu. Aku mohon percayalah." Gavin memelukku. "Aku tidak apa-apa. Tapi mereka sangat baik pada kami. Mereka selalu khawatir tentang kami, tentang aku dan Lilly. Mereka sangat peduli. Ya tuhan, bagaimana mungkin aku bukan anak mereka?" Aku menutup kedua mataku. Menyembunyikan kesedihan yang tiba-tiba tak terbendung. Memori berputar di otakku. Wajah ibu dan ayahku sangat berbeda padaku. Mereka sangat Italian dan aku tidak. Aku dan Lilly tidak pernah sakit selama ini dan aku tak pernah tahu golongan darahku. "Apakah mereka tahu siapa aku?" Kataku. Baiknya aku dapat menyembunyikan airmataku. "Mungkin iya. Mereka pasti menyadari perbedaan kalian. Elf tidak menangis saat bayi. Dan Lilly tidak menangis. Kalian sangat putih bercahaya. Meskipun ibu elf-mu sudah mengubahmu, semuanya tetap mempunyai bekas. Seperti daun telingamu yang sedikit lebih lancip dibagian atas dan kulit kalian bercahaya. Meskipun tidak begitu tampak. Aku yakin kau pasti mengerti." Aku sadar. Semua yang Gavin katakan benar. Aku juga merasa agak berbeda pada teman-temanku. Aku tak pernah menguncir rambutku, aku selalu mengurainya agar daun telingaku tidak begitu terlihat.

Aku takjub sekaligus menyesal dengan apa yang terjadi padaku dan Lilly dan siapa sebenarnya kami. "Jadi yang kau maksud dengan 'orang yang akan memenangkan ini' adalah aku?" Gavin mengangguk penuh keyakinan. Aku menggeleng. "Kau pasti sudah gila. Aku bahkan selalu tersandung. Bahkan dengan kaki ku sendiri." "Semua butuh proses, Anna." "Kau benar, semua butuh proses." "Yeah." "Apakah ini akan buruk?" "Semua perang mengakibatkan hal buruk." "Kau benar. Aku tak akan pernah bisa tidur sampai ini berakhir. Kau juga kan?" Ia mengangguk.

Sesekali aku menguap saat Gavin menceritakan tentang dirinya, seperti betapa tuanya dia. Dia bilang bahwa umurnya akan genap 400 tahun lima tahun mendatang. Aku tak begitu paham tapi sungguh, aku berjuang melawan kantuk ku untuk mendengar Gavin. Hal terakhir yang kuingat adalah, ia bertanya padaku apakah aku mengantuk. Dan sepertinya aku tertidur. Lalu Gavin mengatakan selamat malam padaku.

AWAKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang