Chapter 02 - Sean Kingston

26.9K 1.2K 2
                                    

Sean membuka pintu ruangan kerjanya dengan kasar lalu mulai duduk di kursi halus tempatnya biasa bekerja. Kemarahan terlihat jelas diwajah tampannya. Merasa sesak dia membuka jas dan melonggarkan dasi yang berada di kerah kemeja.

"Grey, cepat bawa dokumen-dokumen yang harus aku kerjakan!" Sean berteriak lantang pada sekretarisnya melalui interkom.

"Baik Tuan Muda. Akan segera saya antarkan." Jawab Grey Maier yang merupakan sekretaris pribadinya.

Setelah menutup panggilan intercom, Sean memijit pelan pelipis yang terasa berdenyut-denyut, kepalanya langsung terasa sakit setelah mendengar perkataan Ibunya tadi siang. Bagaimana bisa Ibunya membicarakan tentang pernikahan. Umurnya masih dua puluh tujuh tahun, dan dia tidak menyangka akan secepat ini mengalami pernikahan keluarga yang memang sudah sejak dulu keluarga Kingston mengalami pernikahan seperti ini. Seperti Ibu dan Ayahnya.

Keluarga Kingston merupakan salah satu dari tiga keluarga terkaya di kota N. Saat ini yang memegang saham terbesar adalah kakeknya, Alton Kingston.

Sean belum menemukan bagaimana cara menolak tradisi turun temurun tentang perjodohan ini. Lebih tepatnya kakeknya yang ingin dia cepat menikah. Namun sebenarnya Sean punya alasan tersendiri kenapa dirinya tidak ingin perjodohan seperti ini. Ketukan pintu terdengar dari pintu masuk, mengembalikan lamunan Sean.

"Masuk."

Pintu ruangan terbuka menunjukkan sekretarisnya yang membawa banyak dokumen. "Ini dokumen yang perlu anda kerjakan, Tuan Sean."

"Taruh saja dimeja."

Grey menaruh dokumen yang dibawa nya ke atas meja didepan Sean.

"Kalau begitu saya permisi, Tuan Sean."

Sean hanya bergumam sebagai balasan. Mengerti maksudnya, Grey segera berjalan keluar dari ruangan.

Setelah kepergian sekretarisnya, Sean masih merasakan sakit dikepala membuat pria tampan itu berdecak kesal. Saat situasi seperti ini Sean membutuhkan seseorang untuk melepas rasa penatnya. Memikirkan seseorang Sean langsung mengambil ponsel yang berada di kantung celananya.

"Syaile."

"Ada apa?. Sean tersenyum tipis mendengar suara wanita yang disukainya.

"Datanglah ke kantor, aku membutuhkanmu sekarang".

"Kebetulan aku berada dekat dengan kantormu, aku akan segera kesana."

"Jangan terlalu lama, aku merindukanmu."

"Aku juga merindukanmu."

Lalu telepon terputus. Ekspresi wajah Sean berubah setelah selesai menelepon orang yang sangat disukainya. Syaile adalah satu-satunya wanita yang selalu Sean perhatikan. Walaupun umur wanita itu lebih tua tiga tahun darinya, Namun Syaile sebenarnya bukan kekasih Sean. Wanita itu tidak ingin terikat dengan siapapun.

Syaile tahu bahwa Sean sangat memanjakan dan menyukainya, perasaan Sean terhadapnya sangat membuat Syaile terlihat seperti wanita paling beruntung di dunia. Namun ada satu hal yang Syaile selalu bingung. Mengapa Sean tidak pernah memaksanya untuk menjadi kekasihnya. Dengan kekuasaan sebenarnya Sean bisa saja memaksa Syaile, namun Sean tidak pernah melakukan itu.

Beberapa waktu kemudian pintu terbuka menampilkan wanita cantik yang anggun dengan tampilan mewah. Seperti wanita dari keluarga terhormat, namun sebenarnya semua barang mewah yang dikenakan Syaile adalah pemberian Sean.

Bahkan wanita itu mempunyai wewenang khusus dimana dia bisa masuk kedalam kantor dan ruang pribadi Sean tanpa izin.

"Kemarilah." Dia menatap Syaile yang berada didepan pintu sambil menyuruhnya untuk duduk dipangkuannya.

Never Ever [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang