Part 7 - The Wedding (1)

Începe de la început
                                    

       "Ayo turun sekarang, Mbak." Tiba-tiba Rendra sudah berada di belakangnya dan memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikannya.

       "Mama sama Papa udah di bawah?" Tanya Olin setelah berhasil menguasai keterkejutannya.

       Rendra hanya mengangguk mendengar jawaban dari Olin. Kemudian pria itu mengajak sang Kakak untuk ikut turun bersamanya. Rendra menggenggam tangan Olin dengan sangat erat, seakan-akan keduanya sedang berada di antara kekacauan yang dapat membahayakan nyawa kakak satu-satunya itu.

       "Ren..."

       Rendra hanya bergumam tak jelas seolah-olah tidak mendengar panggilan dari Olin. Tapi genggaman tangannya sama sekali tidak tidak mengendur.

       "Ren..." Olin memanggil adiknya sekali lagi sambil memandang tangannya yang digenggam dengan erat. Melihat Rendra yang masih tetap dengan genggamannya, membuat Olin mau tak mau berhenti melangkah saat keduanya sudah akan turun tangga.

       Melihat Olin yang menghentikan langkahnya membuat Rendra mengernyitkan keningnya bingung. "Ada apa?"

       "Apa yang ada di pikiran kamu saat ini?" Akhirnya Olin menanyakan sesuatu yang sudah ingin ditanyakannya saat melihat adiknya itu menggenggam tangannya begitu erat.

       Tanpa sadar Rendra membuang napasnya pelan. Kakaknya ini pasti sangat sadar dengan apa yang ditakutkannya. "Aku nggak lagi memikirkan apapun," elaknya.

       Olin memicingkan matanya. "Kamu yakin?"

       Lagi-lagi Rendra membuang napasnya. Kali ini lebih keras. "Aku cuma lagi takut, Mbak," ucapnya sambil memeluk Olin. "Takut melepaskan kamu bersama dengan laki-laki yang nggak kamu kenal sama sekali. Takut kamu menangis dan hancur, sedangkan aku nggak bisa melakukan apapun," lirihnya sambil memeluk Olin semakin erat.

       Olin membalas pelukan Rendra dengan sama eratnya. Terharu karena adik kecilnya ini sudah menjelma menjadi pelindungnya. "I'll be fine, kalau itu yang mau kamu dengar. Percaya sama aku, Ren. Aku pasti bisa menjaga diriku dan nggak mengulangi kesalahan yang sama."

       Mendengar itu, Rendra melepaskan pelukannya lalu berkata, "Kalau dia sampai menyakiti Mbak, aku akan buat dia hancur sehancur-hancurnya." 

       Olin tersenyum manis mendengar anacaman dari adiknya itu. "Nggak nyangka kalau adik Mbak yang dulu manja banget ini, udah bisa jadi Kakak buat Mbak," kekehnya sambil mengacak-acak rambut Rendra.

       "Ya ampun, Mbak! Ini rambutnya udah rapi tahu!" gerutu Rendra sambil berusaha menjauhkan kepalanya dari tangan Olin.

       Melihat tingkah adiknya itu, Olin hanya tertawa lebar. Setelah itu, Olin menggandeng tangan Rendra untuk ikut turun bersamanya.

+++++

      "Saya kira kamu nggak akan keluar dari kamar," bisik Arjuna pelan pada Olin saat perempuan itu sudah berada di sampingnya.

      Olin hanya mendelik tajam saat mendengar kalimat dari Arjuna yang ditangkap oleh telinganya seperti sebuah sindiran halus.

      "Tadinya bahkan saya mau lari dari acara ini, nggak peduli kalau nantinya keluarga saya harus menanggung malu." Olin membalas dengan nada sinis.

       Arjuna tersenyum miring saat mendengar perkataan dari Olin. "Kamu nggak akan berani melakukannya," ucapnya dengan nada sangat yakin.

       Dan lagi-lagi Olin hanya dapat mendelik tajam saat mendengar kalimat dari pria itu.

       "Ayo masuk ke mobil. Mereka udah menunggu kita daritadi." Arjuna menarik tangan kanan Olin pelan dan membawa perempuan itu masuk ke dalam mobil yang akan membawa keduanya ke Gereja.

       Olin terdiam di tempatnya sambil melihat tangannya yang digengggam oleh Arjuna. Ini pertama kalinya dirinya dan pria itu melakukan sebuah kontak fisik. Kali ini matanya pindah memandang punggung tegap Arjuna yang berada di depannya. Arjuna terlihat semakin tampan dengan jas putih dan juga celana yang warnanya senada dengan jas yang dipakai pria itu. Tatanan rambut pria itu yang biasanya terlihat sedikit berantakan pun, kali ini terlihat sangat rapi. Sehingga membuat pria itu terlihat semakin maskulin dan seksi.

      Wait... apa tadi dirinya baru saja menyebut pria itu seksi? SEKSI?!

      Astaga! Tanpa sadar Olin menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tangan kirinya bahkan sudah memegang dadanya yang berdebar terlalu kencang. Debaran itu bukan karena rasa suka yang sudah mulai tumbuh di hatinya untuk Arjuna. Bukan. Olin sangat yakin bukan karena itu. Karena saat ini yang sangat diyakininya adalah debaran itu merupakan bentuk rasa takutnya akan pesona pria yang sedang menggandeng tangannya ini. Pesona yang sebenarnya dari awal sudah membuat kebimbangan di hati Olin.

+++++

#1 | Love in Chaos [Sudah Terbit]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum