Pacaran?

270 9 0
                                    

Istirahat ini seperti biasa gue bareng Mega di kantin. Kami berdua sedang membicarakan novel inspiratif yang akan diresensi sambil makan Indomi goreng.

Mega akan meresensi novel The Kite Runner, sedang-kan gue masih belum tahu, belum kepikiran sama sekali. Padahal tugasnya dikumpulkan hari Senin besok.

"Gimana kalo kita ke toko buku aja habis pulang sekolah, Rez. Mau nggak?" usul Mega.

Gue hanya mengangguk. Mega di sana mengukir senyum. Sedangkan gue masih sibuk memasukkan mi goreng ke dalam mulut.

"Rez, lo beneran nggak tertarik buat pacaran?"

Gue yang tadinya sedang enak-enaknya makan tiba-tiba tersedak. Segera gue mengambil botol air mineral dan meneguknya.

"Eh, maaf ... maaf. Ada yang salah, ya, dengan kata-kata gue?" Mega menyengir. Dan otak gue mulai diisi dengan tanda tanya penuh.

"Tumben-tumbenan lo ngebahas ginian. Ada angin apaan, Meg? Lo lagi naksir cowok, ya?" selidik gue.

Mega malah mendengus. "Huh, emang nggak boleh ngebahas topik ini? Lagian gue bosen, Rez, yang kita omo-ngin tuh soal pelajaran mulu." Mega memanyunkan bibir, rasanya gue ingin tertawa.

"Bukannya gue udah bilang, ya, Meg, kalau gue nggak mau pacaran dulu?"

"Emang sampai sekarang belum ada cewek yang lo taksir gitu?" tanya Mega membuat gue gemas. Sebenarnya apa maksud Mega membahas ini?

Gue hanya berkomentar pendek. "Belum."

"Kalo lo sendiri gimana?" tanya gue balik.

Mega masih bergeming, cewek ini sepertinya sedang sibuk memikirkan sesuatu. "Dari dulu gue udah suka sama dia, tapi—" Mega nggak melanjutkan kata-katanya lagi. Ini adalah topik menarik yang membuat gue penasaran siapa cowok yang ditaksir Mega.

"Tapi apa?"

Mega masih bergeming, belum mau menggerakan bibirnya lagi. Cewek itu malah bangkit dari kursi dan membayar makanan ke ibu kantin, setelah itu dia mening-galkan gue tanpa permisi.

Eh? Kok gue dikacangin?

Mega ... Mega, bikin gue penasaran aja nih cewek.

**

Pulang sekolah gue nggak jadi ke toko buku bareng Mega. Semenjak kejadian tadi di kantin dia jadi aneh. Ah, mungkin Mega suka sama seseorang terus cowok itu nggak suka sama Mega kali, ya? Atau mungkin si Mega-nya belum siap pacaran.

Alhasil hari ini gue pergi ke toko buku bareng si Bule. Awalnya gue nggak ingin mengajak si Bule, secara dia adalah makhluk yang paling anti sama yang namanya buku. Kalau diajak ke toko buku, belum ada lima belas menit saja dia sudah pamit pulang duluan, tapi sekarang ... sepertinya ada yang aneh dengan seorang Bule. Entahlah, apa yang akan direncanakan sohib gue itu.

Gue sudah ada di depan gerbang sekolah, seketika mata gue membelalak melihat si Bule dengan seorang cewek yang nggak asing lagi di penglihatan gue.

Mirna?

Bule juga membawa satu cewek lagi, sepertinya itu ceweknya yang bernama Gita.

Gue berjalan menghampiri mereka. Lalu si Bule pun mengenalkan gue ke ceweknya.

"Hei, Gita." Gita mengulurkan tangan.

Cewek ini punya rambut lurus seperti Mirna dan poninya ditata ke samping. Tapi yang membedakan Mirna dan Gita adalah kulit dan perawakannya. Gita punya kulit yang putih dan badan nggak kurus banget, sedangkan Mirna punya kulit sawo matang, perawakannya kecil.

Cewek HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang