WS 28

3.6K 237 30
                                    

Tersadar, bahwa aku takkan mampu menghapusmu dari kehidupanku...

Aku memfokuskan pandanganku yang sedikit buram, ini benar-benar pagi yang indah. Tertidur bersama Petra benar-benar membuatku seakan berada disamping ibuku, menghangatkanku. Aku pun membalikkan tubuhku, tak urungnya Petra melepaskan pelukannya dipinggangku.

"Petra bangun," ujarku lembut sambil memukul pelan pipinya.

Petra masih tertidur pulas. Aku pun perlahan melepas pelukan Petra, dan bangkit berdiri.
Aku menuju kamar mandi dan membasuh wajahku, perasaan segar lansung menyelimuti seluruh wajahku. Aku pun mengeringkan wajahku dengan handuk kecil yang tergantung disamping cermin kamar mandi. Penat yang semula mengerayapi tubuhku seakan sirna. Kulajukan langkah menuju tempat Petra menaruh lukisan indahnya, Petra sama sekali belum menunjukkan bahwa dia akan tersadar dari tidurnya.

Lukisan ini begitu indah, sangat mirip dengan wajahku. Aku heran, mengapa aku baru sadar jika wajahku patut digunakan sebagai objek lukisan. Dan semua itu disadarkan oleh lukisan Petra. Aku merasa seakan menjadi seorang model, ataupun seorang yang banyak dikagumi. Tapi, aku benar-benar merasa puas, puas bahwa masih ada orang yang rela mengintipku dari jendela dan kemudian mulai mencoret garis halus diatas kanvas, thanks Petra.

Rasanya aku ingin sekali membuat suatu hal spesial yang mampu membuat Petra bersemangat pagi ini, mungkin sebuah Pancake. Karena Natthan biasanya membuat pagiku indah dengan Pancake buatannya. Uhh, aku kembali mengoak luka lama yang hampir sembuh.

Ku langkahkan kakiku menuju dapur, benar adanya, bahwa aku tak terlampau sulit untuk menyusuri ruangan-ruangan dirumah ini. Bermacam-macam pernak-pernik modern tampak menghiasi ruang tengah. Tak dapat dipungkiri, bahwa didapur ini juga banyak terpajang lukisan-lukisan yang sangat artistik, itu lukisan Petra, karena tertulis disudut kiri paling bawah nama orang yang menciptkan karya indah ini.

Aku menggapai kulkas Petra, dan mulai mengkorek-korek isi kulkasnya. Yup, semua bahannya tersedia dengan lengkap. Akupun mengambil wadah pengocok dan mulai memasukkan tepung, telur serta margarin kedalam wadah tersebut.

"Petra, bila kau mampu membuatku terpesona dengan Kopi buatanmu, aku akan membuatmu tergila-gila dengan Pancakeku," ucapku optimis.

Kembali keproses pengadukan. Uhh, aku membutuhkan kekuatan ekstra nih. Bila aku tak mengaduknya secara merata, maka pancake tersebut bakal terlihat sangat hancur, bagian dalamnya pasti nanti berongga, dan tak masak seutuhnya.

Yesss... selesai! sekarang aku tinggal memasukkannya kewajan.

--oOo-

Petra POV

Aroma roti yang dipanggang menyeruak masuk kedalam indra penciumanku. Aku tersadar, aku menggerjap-gerjapkan mataku, Dave sudah tidak berada disampingku. Kemungkinan besar adalah, Dave sedang memasak didapur. Yup, karena Mama benar-benar pergi keluar kota.

Aku pun bangkit berdiri dan membetulkan pakaianku yang sedikit berantakan. Harus keuakui, aku tak dapat tidur nyenyak karena Dave membuat jantungku berpacu sangat cepat. Tapi aku memaksakan diri untuk tertidur, yah sekaligus menghilangkan rasa sakit yang masing menggrogoti hidung dan kepalaku.

Aku berbohong kepada Dave, berbohong bahwa aku benar-benar sudah pulih. Tapi nyatanya, sakit itu sangat luar biasa semalam. Kepalaku terasa mau pecah, dan hidungku begitu perih. Namun syukurlah, pagi ini rasa sakit itu benar-benar sedikit menghilang.

Kamar mandi adalah tujuan utamaku saat ini. Akupun melakukan proses pembersihan diri, aku harus selalu tampil wangi dihadapan Dave.

Kuraih kacamataku dan menggunakannya. Terkadang aku sangat jenuh dengan kacamata ini. Sedikit mengganggu penampilanku (menurutku).

Without SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang