WS 21

3.4K 230 15
                                    

Kembali mataku menangkap sekuntum mawar diatas mejaku, masih terlihat rapi tak tersentuh. Plastik yang membungkusnya tidak terlihat kusut. Sungguh, ini adalah kali keduanya aku mendapatkan bunga mawar setelah hari Valentine. Aku tersenyum sambil berjalan kearah mejaku.

Akupun menyentuh pelan plastik pembungkus mawar tersebut, hanya sentuhan pelan agar tak merusak plastik pembungkus itu. Aku pun tak sabar untuk merengkuhnya kedalam tanganku, menggenggamnya, dan menyium aroma segarnya.

Aku tersenyum, ya, masih bunga dari si penggemar rahasia itu, tepatnya bunga kedua darinya. Mataku pun menangkap secarik note kecil yang diikatkan ditangkai kurusnya yang berduri itu. Akupun meraihnya dengan sangat hati-hati, agar tidak merusak keindahan bunga itu sekaligus agar durinya tidak menusuk jemari indahku.

MENGAPA WAKTU KITA SELALU TIDAK TEPAT??

_MASIH DARI PENGGEMARMU_

Aku membaca tulisan yang terukir dikertas putih itu. Mengapa waktu kita selalu tidak tepat?? Apa maksudnya??

6 kata yang terukir disana sukses membuatku bingung. Aku sulit mencerna kalimat diatas. Apa artinya? Sungguh, aku tak mengerti. Aku semakin penasaran dengan sipengirim bunga ini. Tolong beri aku sedikit petunjuk. Aku menggigit bibir bawahku. Perasaanku bercampur aduk, antara bingung, penasaran, dan bahagia karena mendapatkan bunga indah ini lagi.

Ingin rasanya aku memasang sebuah kamera pengintai disekitar wilayahku ini, agar aku dapat menangkap siapa yang sukses membuatku penasaran seperti ini.

Aku pun duduk, dan mulai memperhatikan seisi kelasku. Kelas tampak begitu lenggang, pasti karena ujian telah selesai, jadi semua murid pasti akan melakukan bolos atau semacamnya. Aku pun kembali memperhatikan seisi kelasku lagi untuk melihat siapa yang mempunya potensi menyelipkan bunga diatas mejaku. Tidak ada.

Semuanya terlihat biasa saja. Itu berarti yang memberikan mawar ini adalah penduduk dari luar kelas ini, entahlah. Tapi, thanks banget atas bunga indah ini, i like it!

Ehh, tapi tunggu??!!

Mengapa Oscar sudah datang jam segini?? Bukankah biasanya Oscar terlambat, dan berita bagusnya lagi Oscar tidak membawa wanita iblis itu. Karena aku melihat bangku disebelah Oscar terlihat kosong. Karena bisanya Jeje sudah duduk disitu bila Oscar sudah duduk pula. Begitu juga denganku, sedari tadi aku tak melihat penampakan Nindy. Apa Nindy tidak hadir? Ahh, Nindy sangat kejam!

-oOo-

Hari ini tidak ada yang dinamakan belajar, karena memang ujian sudah lewat. Dan hari ini jam pulang sudah dipercepat. Karena untuk apa pula para guru menyekap kami disekolahan ini tanpa ada istilah yang jelas. Jadi keputusan yang diambil oleh kawanku untuk bolos adalah ide dan keputusan yang briliant. Termasuk si gadis cantik, Nindy. Nindy juga tak hadir. Uhhh, Nindy membuatku sangat kesepian.

Aku pun menenteng tas selempangku, dan menyeretnya bersama tubuhku. Sengaja aku tidak membawa buku hari ini, ya, karena aku sudah mengetahui bahwa hari ini tidak akan ada pelajaran yang berlansung.

Aku pun keluar kelas dan mulai memperhatikan sekelilingku. Sudah terlihat sepi. Lapangan sekolah terlihat sangat lenggang, hanya terlihat beberapa kakak pemain basket sedang sibuk memperebutkan bola coklat bundar yang terpantul dilapangan. Salah seorang pemain basket yang terlihat sangat lihai menggiring bola nampak begitu bersemangat, seolah tak mempedulikan sudah berapa kilogram dia menghasilkan peluh.

Lian terlihat sangat bersemangat. Aku sekilas berhenti untuk melihat wajah pria tampan itu sejenak. Sepertinya Lian sadar akan tatapanku yang tertuju kearahnya, Lian tersenyum kearahku, ya kearahku, karena tak ada lagi orang lain yang berada disekitarku. Lagian mana mungkin Lian melambai kearah tong sampah yang ada disampingku kan??

Aku pun mengacungkan jempolku, membuat kakak tampan itu semakin melebarkan senyumannya. Aku rasa aku tak bisa berlama-lama disini. Aku harus meninggalkan sekolah ini sekarang juga. Karena, ya karena memang aku tak melihat sosok teman yang dapat membuatku bertahan untuk tetap stay disini.

Lian?? Apa aku baru saja mendengar kalian bertanya tentang Lian?? Oh ayolah, aku tak ingin mengganggunya. Basket adalah hidupnya, bagaimana mungkin Lian mau berhenti bermain basket hanya untuk menemaniku termenung dipojokan. Itu mustahil kawan...

Aku pun melambaikan tanganku mengisyaratkan bahwa aku harus pulang segera, Lian tersenyum dan kembali fokus dengan bola yang sekarang ada dihadapannya.

Aku pun melanjutkan langkahku yang sempat tersendat, namun hanya beberapa puluh meter aku menyeret kakiku, kembali lagi tersendat. Oh Dear...

Suara yang dulu mampu membuatku menangis meraung-raung ditengah lapangan. Suara yang dulu mampu membuatku memberi sedikit gumpalan senyum bahagia. Suara yang sangat indah. Suara yang sangat aku rindukan.

"You are my sunshine, my only sunshine..." suara Oscar begitu indah berpaduan dengan petikan gitarnya yang tak perlu diragukan lagi. Oscar tolong berhenti!!!

Suara itu berasal dari lab musik, sama seperti kejadian yang lalu. Mengapa Oscar sangat kejam?? Mengapa Oscar memainkan lagunnya itu?? Lagu tidurku..

"You make me happy, when skies are gray..," sambung Oscar.

Aku tak dapat mencegah kakiku untuk masuk kedalam lab.

'Kaki bodoh!! berhentilaahhh!!!' makiku dalam hati.

Tapi kakiku egois, kakiku hanya mau mengikuti keinginannya saja.

"You'll never know dear, how much I love you.... please don't..." Oscar berhenti bersenandung setelah menyadari aku berada diambang pintu, aku ketahuan.

Oscar menatap dingin, tepatnya itu tatapan jijik, mungkin. Namun Oscar tak kunjung beranjak dari duduknya. Oscar masih menatapku dingin, pandangan itu sulit diartikan.

"Maaf, aku, aku... aku akan pergi," suaraku terdengar sangat gugup, sedikit serak.

Aku pun mulai melangkah menjauh dari lab itu, aku berharap Oscar menghentikan langkahku. Tapi itu hanya impian gilaku saja. Salahkah aku mencintainya?? Salahkah aku memendam rasa akannya??? Salahkah aku bila memang kenyataannya Oscar lah cinta pertamaku??

Oscar lah cinta pertamaku, dimana aku merasakan sesak yang luar biasa saat berada didekatnya, merasakan degupan jantungku yang tak karuan saat Oscar menatapku, merasakan deman sesaat saat mencium aroma tubuhnya.

Aku sadar, dan aku harus mengerti. Banyak kasus yang bercerita tentang cinta pertama yang endingnya sangat menguras air mata. Jarang sekali sesorang dapat menjalin hubungan istimewa dengan cinta pertamanya. Karena kau tahu sendiri, cinta pertama adalah sosok yang paling sempurna yang membuat kita nervous gila-gilaan saat berhadapan dengannya pertama kali.

Bibirku begetar.

"Oscar, I will always love you," ujarku perih.

Setitik air mata jatuh membasahi pipi putihku. Mataku terasa panas, dadaku terasa sesak. Air mataku sudah mulai gerimis, akupun terduduk dilantai parkiran. Aku tak sanggup lagi menopang tubuhku. Terasa sangat berat. Semua ini membuatku sangat kacau. Wajahku memanas, air mataku sukses berjalan lancar membanjiri pipiku. Aku menunduk.

"Please dont take my sunshine away," aku melanjutkan lirik terakhir dari lagu yang tadi sempat terhenti. Aku memeluk lututku dan membenamkan wajahku diantaranya. Hatiku pilu. Rintihan suaraku terdengar sangat memilukan hati.

"Tolong, hapuslah air matamu itu , jangan jatuhkan air matamu lagi. Sekarang aku disini, menemanimu." ujar sesorang dengan suara yang sangat lembut dan tak asing ditelingaku sambil menyodorkan sebuah sapu tangan putih kearahku.

***

TBC


Without SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang