WS 23

3.4K 220 6
                                    

"DAVVVEEE!!!! Lama banget lo mandinya!!" teriak Nindy yang tengah berada dimeja makan sembari melakukan ritual sarapan pagi.

Aku terbelalak. Nindy menggunakan pakaian sekolah full set. Apakah dia benar-benar akan kembali kesekolah??

"HEIII! Itu sarapanku," ujarku sambil duduk berhadapan dengan Nindy dimeja makan.

Nindy kemudian menyendokkan satu suap nasi goreng special dan memasukkannya kedalam mulutnya.

"Gue kangen banget sama lo, Dave." ujar Nindy sambil mengunyah nasi goreng tersebut, pipinya terlihat terisi penuh.

"Jangan mengalihkan pembicaraan," ujarku sambil meengangkat gelasku yang berisi susu putih dan meminumnya secara perlahan.

"Gue serius. Ayolah, percaya sama gue." kali ini Nindy menyakinkanku dengan ekspresi wajahnya.

Aku memutar bola mataku.

"Oke, mari kita berangkat," ujar Nindy sambil bangkit berdiri dan meraih tisue kemudian menyapu bagian mulutnya yang sedikit berminyak.

"Aku bahkan belum memasukkan sesendokpun," ujarku.

Nindy memutar bola matanya. Nindy memang sangat beruntung. Walaupun Nindy sangat intens dalam hal ngemil tapi pinggang terlihat sangat ramping, badannya sangat profesional. Aku jamin, bila suatu hari nanti bakal banyak manusia yang akan menawarkan Nindy menjadi model iklan.

"Oke, kalau begitu gue kasih kesempatan untuk masukin 2 sendok nasi goreng kedalam mulut lo," ujar Nindy layaknya Ibu tiri.

"Kamu terlihat kejam," ujarku kemudian memasukkan satu sendok pertama kedalam mulutku.

"Satu," Nindy menghitung.

"Kamu bergurau," ujarku lagi. Kemudian kembali memasukkan sendok kedua kedalam mulutku.

"Dua," ujar Nindy.

Aku gerah.

"Ayo kita pergi," ujarku kemudian dan bangkit berdiri dan melangkah keluar dari rumah.

Kami berjalan menuju mobil putih Nindy yang terlihat sedang terparkir dengan leluasanya dihalaman depan rumahku.

"Silahkan masuk princess," canda Nindy sambil membukakan pintu untukku.

"Sialan," umpatku sambil masuk kedalam mobil Nindy. Nindy terkekeh.

--oOo--

"Apa lo dapat bunga lagi pagi ini?" ujar Nindy mengejek karena mendapatiku sedang mengobrak-abrik isi laciku untuk menemukan bunga mawar yang biasanya diletakkan disini.

"Aku rasa hari ini toko bunga tutup, jadi kemungkinan penggemar itu gak memberi bunga mawar itu karena alasan tersebut," belaku.

Nindy terkekeh.

"Berhenti tertawa. Kamu terlihat seperti kucing yang sedang sakit gigi," ujarku.

"Dan berhentilah berharap lo akan menerima bunga mawar pagi ini," ujar Nindy tak mau kalah.

Aku mendengus.

"Pagi anak-anak," Ibu Shinta berjalan memasuki kelas.

"Pagi Bu," ujar kami dengan nada bingung, heran.

Lohh??? Kok ada guru yang masuk??? Ini kan sudah selesai ujian??? Mengapa masih ada proses belajar?

Nindy pun tak kalah heran dengan ku. Begitu juga kawan kami yang lainnya.

"Hari ini, Ibu hanya akan mengumunkan beberapa pengumuman penting," ujar Ibu Shinta.

Kami pun bernafas lega.

Without SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang