Part 5 - Kelas 10 -2

26.7K 1.9K 41
                                    


Bab 5 – Kelas 10-2

Selamat datang di kelas 10-2, jangan kaget bila masuk kedalam kelas super hiperaktif ini. Terlihat dari bangku paling keramat atau tepatnya bangku depan meja guru yang tak pernah ditempati. Bayangkan saja duduk dibangku itu seperti sedang disidang oleh guru, bertatapan langsung.

"Woy!! Piket woy!!!" Teriak Rebeca menarik kerah baju Anton yang berlari darinya.
"Piket duluuu!!!" seraya memberikan sapu lengkap dengan pengkinya.

"Gue buru-buru ... ada les nihh" ucap Anton memberikan alasan.

Rebeca tersenyum sinis, "G.U.E. G.A.K. P.E.R.C.A.Y.A!!!" sambil melipat tangannya dan mengamati gerak-gerik dari pintu.

"Ca, itu Arnold nyariin loe!!" Tunjuk Anton kebelakang Rebeca.

Rebeca melirik kebelakang dan wuuuzzz ... secepat kilat Anton hilang dari kelas.
"Antonnn!! Kampretttt!!!" Teriak Rebeca kesal.

Rachel yang masih duduk di bangku belakang terusik, ia bangkit dan mengambil tas di atas meja lalu keluar dari kelas. "Selamat piket ibu sekertaris ..." ledek Rachel membuat Rebeca semakin ngamuk menjadi-jadi.

Rachel berjalan sendirian menuju kantin. Satu alasan kenapa Rachel niat sekali kembali ke kantin sepulang sekolah, jawabannya adalah Rezky.

Rachel sering sekali melihat Rezky melewati kelasnya saat jam pulang sekolah, sehingga ia sangat mengetahui kebiasaan Rezky di sekolah.

Sesampainya di kantin, mata Rachel langsung menyisir setiap sudut, mencari keberadaan Rezky yang biasanya ada dibangku belakang kantin. Ini menjadi kebiasaan yang Rachel lakukan setiap pulang sekolah demi melihat Rezky.

Gotcha!!

Benar saja Rezky sedang menikmati segelas ice cappucino sambil mengobrol bersama teman-temannya, dibangku kantin paling pojok.

Rachel yang sudah menemukan keberadaan Rezky, hanya duduk, berpura-pura sibuk dengan handphonenya, sesekali melirik kearah Rezky yang tertawa lepas disana.

"Haiii Rachel ..." sapa Anton dan duduk di depan Rachel.

Rachel memandang Anton sinis, "Woy!! Bukannya loe ada les? Jangan duduk disitu dong, ngalangin pemandangan!!" Rachel menggeser Anton dengan tangannya.

Anton memutar kepalanya, "Buset! Ada pemandangan apa sih?" Anton mencoba mencari apa yang disebut pemandangan indah oleh Rachel. "Gak ada yang indah perasaan?"
Dan berbalik kearah Rachel lagi yang ternyata sudah tidak ada di depannya.
"Sial!! Rachel!! Tunggu!!" Teriak Anton mengejar Rachel.

"Mau apa sih loe?" Tanya Rachel saat Anton mencegat tangannya.

Anton masih mengatur nafas dan melepaskan pegangan tangannya,
"Bantuin gue ... deketin Amara anak 10-3 dong ..." rayu Anton mencolek lengan Rachel.

"Ogah ah!! Deketin aja sendiri!!" Jawab Rachel acuh, kembali berjalan.

"Plisss ... gue mohon" pinta Anton mengekori Rachel dengan memasang wajah memelas.

Rachel memutar bola mata, "Tapi kalo loe berdua sampe jadian terus putus jangan pernah bawa-bawa gue!!" Ancam Rachel.

Anton mengangguk setuju. "Oke kita mulai besok!!" Jawab Rachel dan pergi menuju gerbang sekolah.

***

Rachel Pov -on-

Aku berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu abangku yang super ngaret jemput. Kakiku sudah pegal berdiri disini.

Ini ketujuh kalinya aku melihat jam dilayar hp dan Abangku yang super Ganteng belum juga menampakan diri.

Dari kejauhan aku melihat Rezky keluar dari parkiran motor sekolah dengan menaiki Ninja hitamnya.

Tidit ...

Rezky membunyikan klakson motor tepat didepanku berdiri saat ini dan itu mampu membuat jantungku tagonian.

"Yoii Brooo!!" Teriak Cowok dibelakangku sambil melambaikan tangan.

Sial!! Ternyata dia klaksonin temennya!! Gue udah baper aja!!

Tidiitttttt!!!

Kali ini benar klakson untukku, di dalam mobil jelas ada Dodit, abangku yang super jail sedang tertawa melihat ekspresi kagetku saat ini.

Aku membuka pintu mobil dan buru-buru masuk. "Poless!!" Ucapku menjitak kepala Dodit.

Dodit menepak tanganku, "Eh, main jitak pala orang!!"

Aku mengerucutkan bibir, "Ayoo pir ... jalan!!" Ucapku menepuk pundak Abangku.

Dodit mengerutkan kening, mencerna ucapan yang tadi keluar dari mulutku,
"Sialan gw dikata supir!!"

Dodit mencubit pipiku sampe merah lalu menacapkan gas mobilnya membuatku kaget setengah mati karena badanku terpental.
"Dodit!!! Gue belom mau mati!!" Teriakku yang sibuk memasang sabuk pengaman, sedangkan Dodit hanya tertawa licik melihat penderitaanku saat ini.
"Gue aduin Papah ya biar nih mobil dirampas lagi!!" Ancamku.

Dodit melirikku, "Kalo gitu nanti gue aduin balik kalo loe kerjaannya ngecengin cowok-cowok kece di sekolah" balasnya merasa menang.

"Mana buktinya?" Tantangku.

Dodit mendecak, "Buktinya baru aja, gue liat pala loe muter pas liat cowok pake motor Ninja tadi" tebaknya, dan sialnya itu benar.

Aku memutar bola mataku, berpikir berbagai cara agar mampu membuat mulut abangku ini diam. "Atau gue aduin sama pacar loe yang sekarang kalo loe itu--"

"Oke ... oke ... kita damai ya" potongnya sebelum aku melanjutkan kata-kata tadi.
Sepertinya Dodit menyerah melawan mulut pedasku.

Rachel Pov -off-

***

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now