Chapter 42

16.8K 891 55
                                    

Prilly mengetukan pulpennya pada berkas yang ada didepannya, dia meneliti dengan hati hati isinya.

Sudah sepuluh hari ini dia membantu mamanya mengerjakan sebagian pekerjaan perusahaan, tujuannya agar mamanya tidak terlalu kecapean.

Ricky sudah melarang Prilly untuk membantunya, tapi bukan Prilly jika tidak bisa melakukan apa yang ia inginkan.

Dia tersenyum sendiri, besok dia berangkat ke indonesia. Kaia sudah pulang dari rumah,hanya empat hari kaia berada disana. Ali juga sedang berada dirumahnya ia izin syuting selama beberapa hari karena tidak enak badan.

"Sebaiknya Kamu mempersiapkan diri kamu, kamu besok ke indonesia jangan terlalu cape"

Entah sudah keberapa kali Ricky berucap seperti itu, memang setengah pekerjaan mamanya yang super banyak dia serahkan pada Prilly membuat Prilly mau tak mau terkadang bermalam dikantor. Sedangkan Ricky mengurus perusahaan di pusat lain, walau jaraknya tak jauh.

Tapi dia tak lupa tetap berkomunikasi dengan Ali, apalagi Ali sekarang mempunyai waktu lebih. Terkadang Prilly bekerja ditemani Ali skypean.

"Udah jam 10 lo, nanti kamu kecapean"

Prilly melirik jamnya, ternyata benar. Ali sudah tertidur, dia bilang sedang tidak enak badan.

"Iya ka sebentar lagi" ucapnya membulak balikan berkas berkasnya.

"Kamu yakin ke indonesia sendiri? Ga mau kaka antar?" Ricky bertanya dengan nada khawatir.

"Kaka perlu nanya berapa kali lagi sama Prilly soal itu? Lagian ada pa pram, bi inah yang udah mama suruh pulang duluan ka"terangnya.

Ricky menghela nafas nya, sifat keras kepala Prilly tidak pernah berubah.

"Oke, jaga diri kamu kalo gitu" pesannya. Prilly mengangguk, membereskan kembali berkas berkasnya.

"Ka.. aku pengen tidur sama kaka"

Ricky mengeriyatkan dahinya dan tersenyum mengangguk.

"Ayo sayang, kita tidur. Kayanya keponakan om pengen bobo sana omnya' ucapnya, menggiring Prilly keluar dari perusahaan.

Prilly hanya tersenyum malu, ini keninginan anaknya.

***

Prilly baru saja sampai diindonesia, tepatnya dibandara Soekarno-Hatta.

Dia menyelipkan kaca matanya keatas kepala, menyeret koper nya dan tas kecilnya. Walaupun hanya beberapa hari diindonesia tapi tetap dia harus ada persiapan.

"Hallo pa.. dimana?"

"..........."

"Oh iya, ga pa. Saya kesana sekarang"

Prilly mematikan sambungannya, dia kembali berjalan mencari Pak Pram, sopir yang tetap bersamanya.

"Non, langsung berangkat?"

"Iya, kita ke rumah Papa Fauzi ya"

Prilly memasuki mobilnya, menyandarkan punggungnya. Dia memeluk boneka pemberian dari ali yang ia bawa, ia menonaktifkan handphonenya sengaja ingin memberi kejutan pada Ali.

Prilly benar benar bahagia tak sabar ingin melihat reaksi Ali jika tau dia datang hanya untuk menemuinya apalagi saat ini pasti ali sedang membutuhkannya.

"Pa.. berhenti sebentar"

Prilly keluar dari mobilnya, menuju toko kue. Dia ingin membelinya, entah itu keinginannya sendiri atau buah hati didalam perutnya.

Prilly keluar dari toko kue tetap membawa boneka doraemonnya, ditangan kirinya ada kue dan tas kecilnya.

"Serahin tas lo atau lo mati" dua orang berbadan sedang tepat dibelakang Prilly menyodorkan pisau pada pinggang Prilly. toko kue dan parkir yang agak jauh membuat Prilly harus berjalan menyusuri pohon pohon kecil. Apalagi keadaan sedang tak ramai.

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang