Three

787 84 19
                                    

Marco tersenyum penuh kemenangan ketika Lucile yang baru saja ia tembak, bangun layaknya tidak terjadi apa-apa.

Serum keabadian ciptaannya sungguh luar biasa efektif. Kecepatan regenerasinya sangat mengejutkan, ia sendiri bahkan masih terkejut setiap kali ia melihat serum itu bekerja.

Serum itu tidak bisa dihentikan.

Selain dirinya, tidak ada manusia di muka bumi ini yang mengetahui apa saja yang diperlukan untuk membuat serum itu. Mereka yang mengetahuinya entah sudah mati dibunuh, atau dijadikan tentara abadi Marco.

Meskipun disebut sebagai tentara abadi, sebenarnya tak ada satupun dari tentara Marco yang benar-benar abadi. Mengapa? Karena dosis serum yang diberikan kepada mereka hanya seperempat dosis serum yang mengalir di darah Marco.

Hanya seperempat dosis serum itu sudah cukuo untuk membuat para pemberontak kewalahan. Tentu saja, untuk benar-benar membunuh tentara 'abadi' Marco, mereka butuh senjata yang mampu meledakkan sebuah kota.

Melihat para pemberontak melawan menggunakan senapan kaliber kecil selalu membuat Marco tertawa terbahak-bahak. Sebanyak apapun peluru yang dimuntahkan kearah tentaranya, tidak akan cukup untuk membunuh mereka.

Marco dapat menyembuhkan luka tembakan telak di kepalanya dari sebuah peluru kaliber 50 dalam waktu seperseratus detik. Untuk membunuh Marco, mereka perlu menjatuhkan bom atom yang energinya dua ribu kali lipat bom hiroshima dan nagasaki digabungkan.

Serum itu juga memberikan peningkatan kekuatan fisik, maupun kekuatan mental.

Serum itu begitu kuat sampai-sampai Marco sendiri memusnahkannya setelah pasukannya dirasa cukup.

Mereka yang memiliki serum itu, memiliki dunia.

Hanya ada dua orang yang memiliki injeksi dosis penuh serum itu.

Marco dan Lucile.

Marco 'menciptakan' ulang Lucile yang dia anggap kurang pantas mendampinginya menguasai dunia dalam keadannya terdahulu. Ia mengambil organ-organ tubuh Lucile, mengambil dan merekayasa DNA-nya agar tercipta seorang yang mampu menandinginya.

Lucile adalah sebuah cyborg.

Dua puluh persen manusia, dan delapan puluh persen mesin. Dibalik kulit putih dan wajah cantiknya, terdapat sebuah rangka dari titanium yang mampu menopang dua juta kali berat tubuhnya. Kulit, rambut, jantung, serta sebagian otaknya adalah bagian dari Lucile yang benar-benar miliknya.

Selain itu, dia hanyalah robot mainan Marco, menunggu perintah.

Adrien, di sisi lain, hanyalah manusia biasa. Manusia yang masih bisa kehilangan nyawanya bila jantungnya tertembus peluru.

Sekuat apapun dia, sebesar apapun keberanian yang ia miliki, ia adalah manusia.

Dan kematian adalah hal yang pasti bagi manusia.

------------

Adrien tidak pernah menyangka kalau ia bakal bertemu kakak kandungnya seperti barusan, ia juga tidak pernah menyangka kalau ia masih hidup setelah ditembak dari jarak point-blank.

Seandainya Marco menyadari kalau Adrien masih hidup barusan, ia bakal mati. Untungnya, ego Marco menghalanginya untuk mengecek apakah musuhnya masih hidup atau tidak. Alih-alih, dia malah pergi meninggalkan Adrien tanpa ada niatan untuk menghilangkan mayatnya.

Mau tidak mau, Adrien berutang budi kepada ego Marco.

Peluru itu hanya merobek kulit luar Adrien dan membuat beberapa tulang rusuknya retak. Tapi setidaknya ia tidak kehilangan nyawanya.

SyndicateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang