"Ah sudahlah, ayo kita pergi" kata Taylor menghentikan tawanya lalu menarik tanganku keluar starbuck. Aku sempat melihat pemuda itu tersenyum sebelum aku keluar. Dia cukup cute juga. Wait.. What?!

Kami tiba di halte bus tepat saat bus jurusan kampusku berhenti. Kami segera naik kedalam bus dan mencari tempat duduk yang nyaman. Karena masih banyak kursi yang kosong, maka aku dan Taylor bebas memilih tempat duduk. Pilihanku jatuh di kursi nomor 16, dan Taylor duduk di sebelahku.

"Apa kau mengenalnya?" Tanya Taylor memulai percakapan

"Apa?"

"Dia tadi yang di starbuck? Pandanganmu padanya s-"

Belum selesai Taylor berkata, aku sudah menentang kalimat Taylor, "Tidak. Tidak. Apapun yang kau pikirkan, aku tidak" aku menggeleng pelan

"Memangnya apa yang kupikirkan? Kau kan tidak tau" Taylor kembali memberiku ekspresinya saat di starbuck tadi yang lama-lama membuatku jijik. Ewh.

"Aku tidak peduli tapi tetap, Tidak, Tay. Ti. Dak. Ti-"

Deringan i phone Taylor menghentikan perkataanku. Taylor memberiku isyarat untuk diam lalu ia mulai bercakap pada orang yang tadi meneleponnya.

Beberapa menit berlalu, tapi bus tak kunjung mencapai tujuan. Selama di bus terjadi boring moment. Tidak ada yang harus kulakukan. Aku hanya menatap pepohonan yang tertutup salju berlalu menjauh ke belakang dan menghilang dalam kabut tipis musim dingin.

Bus tiba di sekolah saat upacara pengenalan siswa sudah dimulai. Masih banyak mahasiswa dari berbagai jurusan yang berlalu-lalang, jadi keterlambatanku tidak diketahui oleh para senior ku di kampus ini.

Aku segera menerobos gerombolan mahasiswa dan mencari barisan jurusanku. Taylor tak bersamaku karena kita berbeda jurusan. Aku sastra dan dia psikologi. Aku menemukan barisan sastra di ujung sebelah barat kampusku. Aku pun segera bergabung tanpa diketahui senior ku yang sedang mengatur barisan.

"Baik, kurasa kalian bisa masuk kedalam kelas sekarang atau kalian bisa istirahat 5 menit dulu, kita akan melanjutkan kegiatan 10 menit lagi. Jadi kalian bisa istirahat dulu" ujar seniorku. Wah gila, aku baru datang barisan sudah bubar saja. Huh, tapi baguslah, aku tidak harus berdiri disini dan mendengar ocehan senior itu.

Rombongan mahasiswa membaur ke berbagai penjuru. Aku mengedarkan pandangan ke segala penjuru, aku tidak tau dimana letak kelasku, tbh. Jadi, aku bertanya pada senior berambut pirang berwajah asia yang tadi memimpin barisan.

"Maaf Nona, apa kau tau dimana kelas sastra?" tanyaku sedikit ragu

"Uh, Ya, tentu aku tau. Biar ku tunjukkan padamu-" katanya terpotong dengan nada bicaranya yang terdengar bingung "hey, kau tidak memakai kartu nama!" lanjutnya berseru

"Hah?" jawabku sedikit bingung

"Ayo, akan ku tunjukkan kelasmu dan akan ku beri kau kartu nama" dia berjalan mendahuluiku, dan aku segera mengikutinya

Senior berambut pirang tadi masuk ke dalam ruangan dengan nuansa biru, yang kuyakini adalah kelasku. Aku berhenti di depan pintu untuk memperhatikan detail kelasku.

Senior tadi berbalik dan merentangkan tangan seperti mempersembahkan sesuatu.

"So, Welcome in the Class" katanya dengan senyuman lebar di wajahnya

Aku membalas senyumannya, "Thanks" lalu aku duduk di salah satu bangku.

Tidak ada orang di kelas, hanya aku dan senior yang tak ku ketahui namanya. Dia memberiku secarik kertas bertuliskan 'Hey, i am..' dan ada sebuah garis di bawahnya yang kuyakini adalah tempat untuk menulis namaku. Oke, ini aneh.

"Tulislah nama mu di situ. Dan masukkan kertas itu di sini. Lalu pasang di bleizermu" jelasnya panjang lebar sambil memberiku sebuah plastik laminating seukuran dengan kartu nama ini dengan sebuah pengait bross di balik sisinya. Wah ternyata benar! sungguh! ini benar benar aneh.

Aku memaksakan senyum, "Okay. Terima kasih, ..?"

"Panggil aku Eva"

"Okay. Terima kasih, Eva" ulangku yang kali ini menyebut namanya

"Dan, siapa namamu?"

"Ashley"

"Okay, Ashley. Aku harus pergi. Senang bisa berkenalan denganmu" katanya masih dengan senyuman lebar

"Baiklah"

Lalu dia pergi meninggalkan kelas ini dan sekarang aku sendirian.

Aku kembali menatap kertas tadi, lalu mengeluarkan bolpoin dari tas ku dan menuliskan namaku di kertas itu. Aku melihat kertas itu lagi, yang kini sudah tertulis namaku, yang membuatnya berkali lipat lebih aneh. Menurutku, ini seperti anak SD. Maksudku, jika itu hanya namamu, tak apa. Tapi, dengan kata bodoh 'HEY, I AM..' itu terkesan kekanak-kanak an. Dan,menjijikkan juga, sih. Bodoh juga University ini memakai seperti ini. Well, ini kewajiban MOS. Jadi mau tidak mau,aku memasangkan kartu nama ini ke bleizerku.

Belum ada seperkian detik setelah itu, ada hal aneh terjadi. Hal yang benar-benar aneh. Dan entah itu hanya mataku yang salah tangkap atau apa, tapi aku berani sumpah aku melihat sesuatu di sebelah meja dosen yang letaknya di depan kelas. Ada sesuatu berdiri disana tadi. Memang bentuknya seperti manusia, tapi bukan, dia bukan seorang manusia. Manusia tidak bertangan 6 kan? Dan pastinya, manusia tidak hilang secepat kilat saat aku mengusap mataku karena merasa ini sangat salah.

***

Hay :D
Maap ini aneh :'v late banget lagi duh :'v maap deh pokonya :<

Vomments yah ;3

Byebye. Gdnite. Muah :*

-Sal

The Clan - IrwinWhere stories live. Discover now