Chapter 3

44 5 17
                                    

Taylor mengambil antrian di belakang orang terakhir yang mengantri. Aku sedang malas mengantri, jadi kuputuskan untuk mencari tempat duduk. Aku melihat meja kosong di dekat pintu keluar. Saat hendak beranjak, Taylor menahan tanganku.

"Temani aku mengantri. Jangan kemana-mana" katanya santai

"Ayolah Tay.. aku hanya duduk di sebelah sana" kataku seraya menunjuk meja di dekat pintu tadi

"Tidak. Kau harus menemaniku" Taylor mempererat pegangan tangannya. Dasar keras kepala

"Okay fine!" akhirnya aku menurutinya. Dengan terpaksa. Kami bediri berdempetan, membuatku terlihat pendek karena tinggiku jauh beberapa cm dibawah manusia setengah jerapah ini.

Setelah beberapa menit mengantri tanpa pembicaraan, akhirnya tiba giliran kami.

"Tolong 1 hazelnut frapucino dan 1 caramel mocha" pesan Taylor. Dia pasti sangat faham diriku sampai pesanan biasaku di starbuck saja dia hafal

"Okay. Dan siapa namamu?" tanya pelayan starbuck seperti biasa

"Aku Taylor. Dan ini Ashley" Taylor menunjuk ke arahku, "Caramel mocha itu miliknya" tambahnya

Taylor menyerahkan beberapa pounds pada pelayan beramut pirang yang ku ketahui bernama Jack. Itu orang yang menyebabkan aku menelan green tea bodoh itu karena tulisan abstraknya kemarin.

Aku hendak mengajak Taylor untuk duduk sambil menunggu pesanan kami. Tapi ada sesuatu menahanku. Seorang pemuda memasuki ruangan, menyita semua perhatianku. Aku kembali menutup mulutku yang hendak melontarkan ajakan untuk duduk pada Taylor. Dan aku mulai berfikir. Aku terus menatap pemuda itu memperhatikan wajahnya.

Dia melangkahkan kakinya ke arah Jack. Dan memulai pembicaraan dengan senyuman di wajahnya.

"Hai Jack! apa pesananku sudah siap?" katanya dengan suaranya yang agak cempreng. Rambut curlynya yang sedikit panjang menjuntai itu cukup menyolok mata, dan kaos hitam polos yang di pakainya membuatku berpikir ia adalah orang sinting sangat jelas salju sedang menghampar di depan sana. Dan itu berarti udara hanya beberapa derajat saja, dan cukup gila untuknya berkeliaran di jalanan hanya dengan kaos tipis. Wow.

"Tentu saja. Tunggu sebentar" Jack membalas senyumannya lalu masuk ke dapur untuk mengambil pesanan pemuda itu, belum ada 5 menit Jack kembali dengan sebuah gelas di tangan kanannya. Dan Jack menyerahkan gelas itu pada pemuda berambut coklat curly tadi.

"Thanks, Jack" kata pemuda itu lalu membuka tutup gelas itu. Ia terus memperhatikan isi gelas itu

"Apakah ada yang salah?" tanya Jack karena perilaku anehnya

"Tidak, aku hanya memastikan pesananku benar kali ini. Karena kemarin pesananku salah. Aku mendapat caramel mocha kemarin. Dan green tea ku entah kemana" jelasnya sambil terus memperhatikan minumannya itu

"Oh, pasti pesananmu tertukar dengan Ashley kemarin" kata Taylor tiba-tiba. Sontak aku melayangkan tatapan tutup mulut pada Taylor

"Oh, maafkan Jamie. Dia masih baru disini. Kemarin dia yang melayani para pelanggan" kata Jack meminta maaf bukan untuk kesalahannya

"Iya. Tidak apa apa" jawabku singkat, berharap cepat pergi dari tempat ini supaya masalah ini tidak bertambah panjang. Pemuda itu tersenyum miring sesaat sambil menatapku. Aku hanya membalas tatapannya tanpa ekspresi.

Beberapa detik berlalu...

"Hekmm," Taylor -berpura pura- batuk untuk membuyarkan moment awkward ku dan pemuda itu. Lantas aku menoleh padanya, dan pandanganku beralih pada 2 buah gelas di genggamannya. Aku mengambil salah satu dari gelas itu yang kupastikan itu pasti caramel mocha ku "Ayo kita pergi, Ash" sambung Taylor dengan logat yang aneh dan sambil tertawa kecil. Karena bingung aku tidak berkata apapun. Hanya memberi Taylor tatapan 'apanya yang lucu?' dan karena itu, Taylor tertawa semakin keras.

The Clan - IrwinWhere stories live. Discover now