chapter 122

81.9K 1.6K 19
                                    

Ali mengangkat kepalanya,ia menatap Cemal datar.

"Ini beda,ini kehidupan pribadi gue. Ini menyangkut nyawa istri dan calon anak gue. Dan lo ngomong gitu tanpa mikir gimana perasaan gue,maksud lo apa?!". Bentak Ali yang tak terkontrol emosinya.

Cemal pun tersentak,tujuannya untuk menyemangati sahabatnya mendapat respon di luar dugaan Cemal.

Niat baiknya di salah artikan oleh Ali.

"Maksud gue apa? Maksud gue lo nggak usah nangis. Nggak ada gunanya!! ngerti lo! Lo cowok apa bukan ha? Kenapa lo jadi banci gini cuihh". Kini Cemal menjawab ucapan Ali dengan nada tinggi yang di sambut sahutan tangan Ali menarik kerah baju Cemal dan bersiap mengepal tangan terarah pada wajah Cemal.

"Apa? Lo mau pukul gue? Mau bunuh gue silahkan!!". Tantang Cemal,tujuannya hanya satu. Ia ingin sahabatnya bangkit.

"Kurangajar lo...". Umpat Ali dan bersiap memukul Cemal .

"Stop!". Teriak Kaia menghentikan tangan Ali.

"Gue sahabat lo,dan akan terus menjadi sahabat lo. Dan selama gue sahabatan sama lo,gue tau Ali yang gue kenal adalah laki-laki yang hebat,yang tangguh. Nggak seharusnya lo marah-marah dan nangis doang,apa gunanya buat kesembuhan Prilly? ". Kali ini Cemal menyembur Ali dengan omelan-omelan yang cukup membuat hati Ali bergetar.

Rasanya ia tersadar,benar kata Cemal.
Jika ia hanya diam dan menangis tidak asa gunanya bagi Prilly.

Perlahan ia melepaskan cengkraman tangannya dari baju Cemal.

Ia menundukkan kepala,sontak saja Cemal merangkul Ali dan memeluknya.

"Mending lo bersihin badan lo yang udah berantakan ini,lo doa supaya Prilly bisa sadar. Biar gue ama Kaia yang jagain Prilly".

"Iya Li,kakak setuju sama dia. Nanti kalau ada perkembangan sedikit aja pasti kakak kabarin kok". Timpal Kaia meyakinkan Ali.

"Baiklah,tolong jagain Prilly". Ucap Ali lalu bergegas menuju parkiran rumah sakit.

Semenjak Prilly masuk rumah sakit,Raja dan nenek Sri kembali ke Jakarta.

Ali pun kembali ke rumahnya.

****

"Nek,Kak Prilly kok nggak pernah ke sini ya. Udah hampir tiga bulan kakak nggak jengukin kita". Tanya Raja saat ia dedang sarapan bersama nenek Sri.

Yah,Raja dan Nenek Sri memang tidak di beri tahu oleh Ali jika Prilly masih di rawat di rumah sakit dalam keadaan coma.
Ia tak ingin mereka khawatir.

Ali hanya mengatakan kalau Prilly baik-baik saja.

"Nenek juga bingung,kenapa kakak kamu nggak pernah kesini. Setiap nenek telphone pasti Ali yang nerima telphonenya". Jawab Nenek Sri yang mulai khawatir.

"Terus?".

"Kalo nenek tanya kakak kamu dimana pasti Ali alesan terus".

Raja kembali berpikir,perasaannya mulai tak karuan. "Apa kita nggak ke rumahnya aja Nek?". Usul Raja yang langsung mendapat persetujuan dari Nenek Sri.

Raja terdiam,hatinya mulai takut. Entah apa yang membuat perasaannya kalut.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang