Chapter 7

213K 3.9K 41
                                    

"Kamu dengerin aku ya,aku harus pergi sekarang..".

"Tapi...tapi.."potongku.

Ali menggelengkan kepalanya tanda tak setuju jika aku membantahnya.
"Aku nggak mau kamu terluka karena aku,aku harus pergi. Kamu baik-baik disini oke? Jangan telat makan,kalau kamu sakit aku pasti akan ngerasain sakit itu. Jaga kesehatan kamu,selepas aku pergi kamu jangan keluyuran sendiri,apalagi malam-malam,kamu..."

"Ssstttt....". Ucapku seraya memberhentikan ocehan Ali dengan satu jariku yang menempel di bibirnya.

"Engga,engga..aku bisa jaga diri. Seharusnya kamu,kamu yang harus janji untuk menjaga diri kamu agar nanti kamu bisa menepati janjimu untuk kembali padaku". Lanjutku menangis dan memeluk tubuh kekar Ali.

Ali menatapku,mengangkat kepalaku agar bisa menatap matanya.

"Aku janji". Terlihat kesungguhan serta ketulusan di matanya membuatku mencoba ikhlas jauh darinya saat ini.

Mengingat pesan papanya Ali pun tak ingin membuang banyak waktu,ia pergi meninggalkan Prilly yang terpaku menatap punggung kekasihnya itu yang perlahan menghilang dari penglihatan.

****

Ketika Ali akan mengambil motornya yang terpakir si parkiran sekolah,ia melihat seseorang di balik gerbang sekolah yang cukup membuat ia mencurigai orang tersebut.
Ali merasa ada yang memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan.

"Kurangajar ni orang,mau nyolong start". Umpat Ali menggertakan gigi-giginya.

Situasi seperti ini mengharuskan ia mengulur waktu,ia juga teringat sesuatu .

Ali merogoh saku celananya mengambil handphone dan mencari konrak Prilly.

"Halo sayang". Ucap Ali ketika Prilly menjawab telphonnya.

"Halo,ada apa honey?".

"Kamu ntar pulangnya harus sama Cemal ya,nanti aku sms dia. Jangan pulang sendiri oke".

"Iy..iya. ada apa sih honey".

"Udah,kamu ikuti aja ya. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ingat pesanku . Love you".

"Love you to". Jawabku lemas,masih tak percaya. Satu-satunya orang yang perduli kepadaku,pada hidupku kini harus jauh terpisahkan jarak dan waktu. Kehilangan.

Ali pun dengan sigap mengirim pesan pada Cemal untuk mengantar Prilly pulang. Hanya dia satu-satunya sahabat Ali yang bisa dia percaya untuk menjaga kekasihnya itu.

"Gue harus cabut". Ucapnya pelan.
Tak mau waktunya terbuang,ia meraih jaket kulit hitamnya dan menarik gas motornya dengan cepat.

"Sial !!". Gerutunya melihat spion motornya.

Aku dan Kamu.Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang