Second In My Eyes

4.5K 87 0
                                    

Liam pergi ninggalin gue. “kriiinggg…..kriingg…kriingggg” bell masuk bunyi dikelas…

"Okay, it’s new class. And we have a new student so, My name is Danielle Peazer, I'm a new teacher in this school, maybe Im too young . I'm 23 years old:) introduce yourself ee… from you…" Sapa seorang cewek berumur 23, dengan Dress pendeknya dan celana lagging hitam dipadu sepatu boots panjang warna merah. Untuk menjadi seorang guru. Dia itu masih terlalu muda.

"My name is Mac Kevin" Sapa Mac, yang berdiri dari kursinya

"My name is Elisabeth Cherly" Cewek Berambut keriting, yang langsung memancarkan senyumnya 

" I’m Benni" Sapaan seorang cowok, yang gak pernah mau ngurusin dirinya...

"I’m Cath, not cat" Cewek yang paling feminim dikelas ini, dan diaaa.... terlaluuu berlebihan dengan make up nya

"I’m Clara" Sapa cewek tomboy ini

"Samuel. Samuel Alexander" Cowo cool yang langsung berdiri dan menyapa orang orang disini

"My name is Edward" Sapa cowok 'sok' cool ini.

"I’m Liam James Payne" Sapa Liam, cowok yang gue kenal tadi

"Hey you? hellooo"

"Gue?" Dengan muka kaget tak bersalah...

" What?" Guru itu menampakkan muka herannya...

"Oh sorry, me?" mencoba meyakinkan kalau ini saat nya gue memperkenalkan diri

"Yes you, introduce yourself please"

"My name is Carollia Deasha. I’m from Indonesia… you can call me Asha"

"So, she’s Indonesian bitches? Ahaha" Edward memotong omongan gue, dan seluruh orang dikelas itu ngetawain gue

"Edward… shut up!" Suara marah dari guru gue yang bernama Danielle.

Setelah perkenalan, gue belajar ipa. Guru nya asik tapi gue bener-bener gak dapet apa apa hari ini. Karena gue merhatiin cowok Indonesia terus… Liam… Iya Liam… “Kriinggg…kriinggg…” bell istirahat bunyi

"Liam mau kemana?" Gue narik tangan Liam.

"Ke kantin"

"Gue ikuttt…"

"Gak… Gak boleeeeh"

"Apa iya, mata lo gak kasian sama mata gue?" gue coba megang pipi Liam, dan ngebuat tatapan mata dia ngeliat mata gue

"Ngapain mata gue kasian sama mata lo?" Liam mencoba ngelepas tangan gue yang nempel di pipi dia

Gue narek tangan Liam, dan ngebuat badan dia berhadapan sama badan gue.

"Liat mata gue. Gue cuman butuh temen, dan disini gue cuman punya lo? Apa gue gak boleh ikut lo ke kantin?" Gue pasang muka kasian di depan dia

"Gue gak kasihan sama mata lo… udah deh gue mau ke kantin dulu" Liam nglepasin jeratan tangan gue yang ada di tangan dia. Liam jalan duluan dan gue ditinggal, tapi gue ngekorin dia dari belakang.

"Gue tau lo ngekorin gue" Langkah Liam berhenti tiba-tiba.

"Hehe. Gue kan juga pengen ke kantin sama lo."

"Yaudah, eh… aduhh…" Liam mencoba duduk sambil memegang perutnya...

"Liam? Lo kenapa? Ada yang sakit? Yang mana? Lo gak papa kan?"

"Sha… tolong ambilin obat gue dong di tas boleh gak gue tunggu sini… ya… tolongiin gue please"

"Iya… iya tunggu ya… eh pegangin buku gue nih ya" Gue langsung lari kekelas buat ambil obat Liam saking paniknya.

Waktu gue balik Liam udah gak ada. Gue ditinggal

"Pasti dia ninggalin gue lagi… em… yaudah liat aja nanti…" Gue balik kekelas sambil ngebawa obat Liam

Dan lo tau? Gue gak makan sama sekali. “kringgg….kringg…kringgg” oke gue denger bunyi masuk ke kelas untuk ngelanjutin pelajaran akhir.

"Pokoknya, gue mau cuekin Liam.." Hati gue berkata.

Liam dateng dan dia duduk di kursinya

"Lo kenapa sha?"

"Lo jahat banget sih nipuin gue gini."

"Bodo amat." Liam langsung duduk di kursi dia.

"Guys, open your book page 12. Exercise 1. Please do it yourself!" Mam Danielle dateng kekelas dan langsung ngasih tugas

"Liam masih gak ngerasa bersalah kalik ya. Pffttt" gue ngacak-ngacak rambut gue sendiri

"Woi...Woi…" Liam manggil gue

"Hah? Gue? Kenapa?"

"Open your book page 12. Exercise 1. Do it yourself! And btw, where’s your book?” Liam berteriak di kelas.

"ASHAAAA!!! Where’s your book?" Mam Danielle dateng ke meja gue

"Em… mam… omg Liam where’s my book?" gue bisik-bisik sama Liam

"No. No with me, Ashaaa" 

" E... I forget to bring my book" Melemparkan senyum manis ke Mam Danielle

"Oh okay, you can be with Liam"

"Mam? With me? No." Acuh Liam.

"With Liam? I don’t want." Acuh gue yang gak mau belajar bareng Liam.

"Okay, Asha if you don’t be with Liam. Get out!" Mam Danielle memukul meja gue. dan gue kaget, ketika gue disuruh keluar dari kelas

"GET OUT!!!!" Hentak Mam Danielle lagi.

Ini hari sekolah pertama yang siaaaalll bangeetttt. Sampe pulang sekolah gue diluar kelas. Waktu pulang, hujan deres banget. Terus si Liam duduk di depan ruang guru. Gue ngeliat dia megangin perutnya terus, gue samperin deh...

"Liam? Lo kenapa?" Megang bahu Liam

"Gue sakit Sha… Ginjal gue…" Liam mencoba meyakinkan kalau dia itu benerbener ngerasain sakit. dia megang tangan gue

"Ginjal lo kenapa?"

"Sakit lagi… Obat gue gak ada lagi duh…"

"Ini kan obat lo? tadi gue ambil dari tas lo, tadikan lo nyuruh gue katanya lo sakit, terus waktu gue balik ternyata lo ninggaliin gue…"

"Sini dong obatnya…"

"Eiittsss, gak boleh. Salah sendiri sih tadi ninggalin gue weekkk" 

"Sha… maafin gue kejadian tadi, tapi gue bener-bener butuh obat itu…" Liam menderih... Gue masih gak percaya dia itu sakit beneran

"Gak mau. BYEEE" Gue pergi dan baru 5 langkah gue jalan dari Liam. Liam berdiri dan dia jatuh…

"ASHAAA!!!"

"Eh… ini anak orang kenapa pingsan? Eh matiii duuhhh, guys. Please help me?"

"Asha? What’s going on with Liam?" Datang seorang cewek, itu Elisabeth. 

"Elisa, Liam was so sick and he… duh bahasa inggrisnya pingsan apaan sih ya-_- he was like this…"

"What? Okay. We can go to school healthy unit"

Gue sama Elisa gendong Liam berdua. Disana rasa panik gue makin bertambah tambaaaah. Gue seperti gak mau ditinggal dia. Bahkan anehnya gue ngerasain deg-deg-an sakit ketika Liam menjatuhkan badannya. Apa ini namanya cinta di hati? bukan dimata? em... entahlah gue hanya takut Liam kenapa-napa, gak lebih. 

"Duh, entar kalau mamanya Liam dateng gue harus ngomong apa ini. Ya Tuhan... Ini kesalahan gue. pfftttt" hati gue berkata panik

------------------------------------------------------------

Keep Calm And Read This Fanfiction Untill end!!! .xx

Love With The Heart Not The EyesWhere stories live. Discover now