~epilogue~

535 45 23
                                    

Zero Point, Atlantis - Summer 675 A.E. Calendar

"...minggu ini, kami mendapatkan laporan orang hilang oleh Black Mist sebanyak...," prajurit aliansi yang bertugas mengawasi Zero Point itu menguap dan mengganti channel berita yang sedang tayang.

"Gru, kenapa kau ganti channelnya?" gerutu prajurit yang menyetir. Televisi bermonitor holografik yang terpasang di dashboard mobil diganti acara komedi oleh prajurit yang dipanggil Gru.

"Apa kau tidak bosan, John? Setiap hari beritanya cuma orang hilang gara-gara fenomena kabut hitam," Gru balas menggerutu.

"Oh, ayolah, setidaknya aku ingin memastikan keluargaku baik-baik saja dan tidak tertelan kabut hitam itu," John berniat mengganti channel menjadi berita lagi. Gru mencibir halus.

"Oke, silahkan nikmati saja beritanya."

Saat satu tangan John sedang sibuk mencari channel berita, dia tidak melihat ke arah depan, John tidak khawatir menabrak karena Zero Point merupakan sabana luas yang jarang ditumbuhi pepohonan.

"Stop!!" tiba-tiba Gru memperingatkan. John kaget hingga mendadak menginjak rem, roda mobil selip hingga tidak langsung berhenti.

"Aaaaaahh!" John menginjak pedal rem sangat dalam, Gru ikut berteriak karena sebentar lagi mereka akan menabrak kabut abu-abu aneh yang tiba-tiba muncul di jalur perjalanan mereka.

"A-ah ha... haha... hahahahaha! Kita selamat!" Gru bersandar lega, bagian depan kap mesin mobil jeep mereka tertelan oleh kabut abu-abu hingga hilang. Tangan John yang memegang kemudi bergetar hebat, matanya melotot, hampir saja mereka lenyap tertelan kabut itu. John dan Gru keluar, dengan hati-hati mereka menjauhi kabut.

"Apa ini Black Mist yang menelan orang-orang?" tanya Gru.

"Mana kutahu, tapi kenapa abu-abu, bukan hitam?" John menyipitkan mata.

"He-hey, apa itu...," Gru mundur ketakutan saat kabut itu perlahan membesar dan menampakkan sesosok anak kecil berusia empat tahun yang keluar dari pekatnya kabut. Anak itu sangat tampan dengan rambut hitam dan mata yang membelalak indah.

John terpaku di tempat, celananya basah saat merasakan aura bening yang luar biasa kuat muncul dari anak itu. Gru bergetar hebat sampai tidak mampu berlari, Gru tersandung kakinya sendiri hingga jatuh terguling. Anak itu menunjukkan senyum polosnya yang menawan.

John dan Gru tambah ketakutan saat ada dua siluet mahluk yang menyusul keluar dari kabut, salah satunya punya tanduk besar seperti salib namun berbadan manusia, satu lagi seperti penampakan wanita serba putih. Gru pingsan saking takutnya, sedangkan John bagai patung manusia yang menjadi batu gara-gara mata Medusa, tak bergerak sama sekali dari tempatnya berdiri.

"Hey, ada yang menyambut kita," suara wanita terdengar, siluet wanita berambut putih kini terlihat sepenuhnya. Wanita itu masih sangat muda, rambutnya perak dan memakai gaun terusan serba putih.

"Sepertinya bukan sambutan, kurasa mereka hanya prajurit pengawas yang tak sengaja lewat sini," suara lain dari seorang pria terdengar. Pria itu bukan monster melainkan seorang pria yang memanggul salib raksasa, wajah tampannya tertutup kumis dan jenggot tebal, sebatang rokok terselip di bibirnya yang kering.

John melotot lalu ambruk dengan posisi tubuh tegak berdiri, celananya yang sudah basah kuyup membuat penampilan prajurit itu sangat menyedihkan. Si anak kecil keheranan sedangkan si gadis berambut perak cekikikan, pria perokok hanya menghela nafas dan nyengir. Kabut abu-abu di belakang mereka sirna.

###

Sahara Desert, Egypt, Africa – same time at Atlantis

"Hey Zet, kenapa kau bersikeras kembali, tidak ada apapun di tempat itu," salah satu dari tiga pemuda yang berada di dalam mobil van bicara.

"Ash benar, tidak ada gunanya ke tempat itu, lagipula kemarin kita sudah melewatinya," pria satunya mendukung. Si sopir yang dipanggil Zet hanya menjawab.

"Percayalah dengan kemampuan Tracking-ku. Ash, Ron."

"Oke, tapi traktir aku makanan jika kau salah," pria yang bernama Ron malah bertaruh.

"Aku juga!" Ash ikut-ikutan.

"Bersiaplah kecewa," Zet memberikan seringai optimis.

Setelah van mereka berjalan cukup jauh, Zet mulai merasa bingung, benar-benar tidak ada apapun yang mereka temukan sejauh ini. Padahal Zet sudah sangat yakin dengan aliran kekuatan yang sangat besar muncul di sekitar situ.

"Hehe, sepertinya aku akan makan banyak di Kairo nanti," Ash menggoda. Ron menahan tawanya, tapi saat Ron ingin ikut bicara, dia melihat sesuatu di kejauhan.

"A-apa itu!" Ron menunjuk sesuatu yang terlihat cukup jauh. Zet dan Ash langsung melihat ke arah yang ditunjuk Ron. Dengan cepat Zet mengarahkan mobilnya menuju 'sesuatu' itu.

Ash enggan keluar dari van karena terlihat badai gurun dari kejauhan. Zet dan Ron menghampiri apa yang mereka lihat tadi.

"Cepat! Bawa mereka ke mobil!" Ron memberi arahan yang langsung disanggupi Zet. Mereka bergegas kembali ke mobil sebelum badai gurun menerjang. "Ash, kemudikan van langsung ke kota terdekat!"

"O-oke," Ash segera berpindah ke jok pengemudi, Zet dan Ron segera masuk dalam van lalu menutup pintu dan seluruh jendela.

Ron dan Zet saling bertatapan, mereka tidak menyangka akan menemukan dua anak kecil di tengah gurun yang sangat panas tanpa sehelai benangpun. Keadaan si anak lelaki yang usianya ditaksir sekitar empat atau lima tahun cukup parah, sebagian besar kulitnya melepuh karena panasnya pasir gurun dan terbakar cahaya matahari. Keadaan lebih baik dialami anak perempuan cantik yang lebih kecil sekitar setahun dari anak lelaki, anak perempuan itu sedang berada dalam perlindungan dekapan si anak lelaki ketika mereka ditemukan tadi.

Si anak perempuan membuka mata perlahan lalu langsung melihat sekitar, anak perempuan itu menengok lalu tersenyum saat melihat si anak lelaki berada di sampingnya, sebelum kembali tidak sadarkan diri dia bergumam, "Eir...."

~ F I N ~

finally done!
satu arc yang menjadi kunci dan penyambung cerita antara original CoE dan Mirror series, Sacrifice Boy

jadi beginilah sejarah Eir yang mendapat julukan 'Sacrifice Boy'

thanks for read this story so far :D

;metz

19 10 15



Chain of Eclipse: Sacrifice BoyWhere stories live. Discover now