Chapter 9 ~ Rush

373 49 8
                                    

Tidak ada satupun kata yang keluar dari bibir Ikou, pria itu bahkan tidak membalas pelukan Sophie yang erat di punggungnya. Olle memalingkan muka, dirinya merasa bersalah karena memanfaatkan keadaan Sophie yang waktu itu sedang berada dalam kondisi depresi. Nemea juga terdiam, pria yang baru datang itu mempunyai kekuatan dua kali lipat lebih besar darinya, pria yang tercipta dari Ultima kesetaraan tertinggi alkimia, tercipta dari ribuan nyawa manusia, perwujudan Philosopher Stone yang dibangkitkan melalui Pandora Box, sang malaikat pendosa Azazil.

"Maaf," untuk kesekian kalinya, hanya terdengar kata maaf yang lirih dari Sophie. Ikou sendiri membiarkan Sophie memeluknya tanpa berniat menjauhkan gadis itu.

Detik demi detik berlalu, hanya kesunyian yang ada di tempat itu. Olle tidak tahan, meski hatinya serasa diremas karena kata-kata maaf Sophie yang terus meluncur namun tidak diperdulikan Ikou, akhirnya Olle angkat bicara.

"Apa tujuanmu kemari hanya untuk membuat Sophie menangis?"

Ikou tetap diam, matanya berubah seperti mata orang biasa, sayap dan cincin berduri hitam di atas kepalanya lenyap. Ikou menjadi seorang pemuda tampan seperti sebelumnya. Tubuh Ikou yang kurus namun berotot itu terlihat jelas tanpa tertutupi pakaian, Ikou menjauhkan Sophie dari tubuhnya.

"Aku kemari untuk mendapatkan kembali putraku," ucap Ikou dingin, tangannya bergetar setelah lepas dari bahu Sophie. Bukan karena takut, tapi karena Ikou berusaha menahan perasaannya yang tercabik-cabik oleh kenyataan.

Sophie menunduk, matanya terpejam erat hingga tangisnya menetes semakin deras. Sophie sangat menyesal dan sadar akan kekhilafannya, Sophie tidak bisa menyalahkan Olle maupun mencari alasan atas kelakuannya. Memang Ikou kini berdiri di depannya, tapi Ikou menganggap dia tidak ada.

"Mari tuan Ikou, kutunjukkan jalannya," tiba-tiba Nemea menawarkan bantuan. Ikou melihatnya tanpa ekspresi, Ikou memang belum mengetahui siapa gadis berambut perak yang mirip Sophie itu, tapi Ikou merasakan kekuatan yang sangat besar darinya.

"Akulah... yang akan menyelamatkan putra Sophie!" Olle mencabut tombaknya yang ditancapkan di pasir pantai. Ikou memang memasang wajah datar, tapi ada amarah dibalik tatapannya pada Olle.

"Kau sudah tidak punya urusan lagi disini, pergilah."

"Aku tidak mau mundur setelah sampai sejauh ini untuk menyelamatkan Schveir," Olle menolak dengan tegas untuk membalas usiran Ikou. Nemea menggeleng pelan, lagi-lagi konflik dimulai.

"Jangan sebut nama anakku seenaknya," mata Ikou mulai menghitam.

"Memangnya kenapa?" Olle mendekati Ikou tanpa rasa takut, ditunjuknya wajah Ikou yang setara tinggi dengannya, "lalu kemana kau selama ini saat Sophie membutuhkanmu? Apa yang kau lakukan hingga tidak segera menyelamatkan anakmu?"

Ikou mengepalkan tangan, kata-kata Olle memang menusuk namun benar adanya. Ikou marah pada dirinya sendiri, begitu marah hingga tidak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba Sophie menghampiri Olle dengan cepat, secepat telapak tangan Sophie untuk menampar pipi Olle.

"Lalu apa yang kau lakukan saat perang dulu? Kenapa kau menyalahkan orang lain yang seharusnya paling menderita!"

"Hentikan...," ternyata tindakan Sophie malah tidak didukung Ikou. Dengan memalingkan muka, sudah sangat terlihat jika Ikou tidak lagi percaya pada Sophie dalam hal apapun.

"Cih," Olle membuang ludah lalu menatap Ikou. "Kita teruskan pembicaraan kita setelah semua ini selesai!"

"Aku setuju," Ikou menyanggupi permintaan Olle tanpa basa-basi seakan ingin segera pergi menjauhi Sophie. Nemea mengangguk.

"Mari berangkat," ajak gadis itu. Ikou mengikutinya dan meninggalkan Sophie yang terpaku.

"Soph...," Olle ingin menyentuh bahu Sophie. Hanya ada sedikit gerakan, tangan Olle tidak mampu menggapai bahu Sophie yang menyingkir. Olle menggigit bibirnya, Olle yakin Sophie kini membencinya. "Aku berjanji, aku akan membawa Schveir kembali padamu."

Chain of Eclipse: Sacrifice BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang