Chapter 10 ~ Armageddon

386 50 9
                                    

"Mereka berjalan tanpa beristirahat sama sekali," ucap Naoe yang sedang berjongkok untuk melihat lebih dekat jejak kaki dari orang-orang yang sebelumnya melewati tempat itu.

"Benar, tidak ada jejak apapun selain jejak kaki mereka," Pachi mengangguk setuju.

"Sejauh apa mereka berjalan?" Rainy menyipitkan mata melihat ke depan, cahaya mentari mulai muncul dan menerangi hutan sunyi ini.

Mendadak terjadi getaran hebat di tanah yang mereka pijak, tidak ada yang mampu berdiri karena efek gempa itu sangat besar. Beberapa pohon di sekitar mereka tumbang, lalu secara serentak mereka dapat merasakan aliran kekuatan luar biasa yang lewat seperti angin.

"Kalian baik-baik saja?" Gradine melihat sekitar setelah gempa reda.

"Okay, aku tak apa-apa," Rainy berdiri dibantu Van Rider.

Naoe berdiri sendiri setelah menolak uluran tangan Nagiri. Gradine membantu Aghna, Pachi dan Ouza sama-sama memfokuskan indera mereka.

"Hey hey... kau pasti bercanda...," Rainy menelan ludah dan melotot melihat ke arah timur. Sesuatu yang luar biasa besar muncul. Arah tatapan Rainy kini menjadi arah semua orang menatap.

###

Bahkan seorang penjelajah waktu seperti Nemea hanya bisa ternganga mendengar tiga kalimat yang disebutkan Sophie. Drops of God, sesuatu yang bisa dibilang hanya sekedar kata, tidak mungkin ada di dunia yang hampir semua memungkinkan ini.

Drops of God merupakan satu hal yang tabu menurut semua orang. Drops of God adalah perwujudan dari sesuatu yang mutlak, absolute tanpa sanggahan. Satu Drops of God bisa di umpamakan gabungan dari empat Ultima, padahal satu Ultima saja dapat merubah dunia secara keseluruhan.

"Ini adalah secuil fragmen sekecil sub-atom dari kekuasaan Tuhan yang sebenarnya," Ikou merasa nafasnya sangat berat. Apa yang terlihat adalah sesuatu yang tidak mungkin, bahkan bisa dibilang tidak seharusnya ada.

Olle mendongak saat matahari pagi tertutup sesuatu yang tiba-tiba menghalangi cahaya, sebuah daratan super besar muncul di atas kepala mereka, jaraknya sangat dekat dekat dengan bumi, tidak lebih dari seratus kilometer dari permukaan tanah.

"Limbus Patrum?!" Olle tercekat.

Dalam keadaan yang sangat menengangkan itu, suasana di sekitar mereka berubah-ubah seperti channel televisi yang diganti secara cepat. Tiba-tiba mereka berada di tengah-tengah bangunan kota yang padat oleh penduduk, lalu berganti di tengah hutan belantara aneh dengan tumbuhan yang bisa berjalan, kemudian berganti ke sebuah reruntuhan dari gedung-gedung pencakar langit, bahkan mereka sampai di tengah padang gurun tandus tanpa kehidupan dan sangat panas.

"Distorsi dunia!" Ikou mendesis lirih.

"Dan kurasa itu bukan Limbus Patrum," Nemea meralat sambil menunjuk daratan yang muncul di atas mereka. Permukaannya penuh pasir seperti bulan, kawah mati menyelubungi sebagian besar dari daratan yang muncul.

"Bulan... tidak mungkin!" Olle melotot.

"Tidak, bulan masih ada," Nemea menunjuk siluet bulan sabit di pagi hari yang masih terkena cahaya matahari. "Kekuatan Eir menciptakan bulannya sendiri, ukurannya lebih kecil dari bulan sebenarnya."

Dalam potongan pemandangan yang ada di sekitar mereka, salah satunya merupakan keadaan di dunia mereka berasal. Tentu saja hal itu tidak luput dari mata Nemea.

"Sepertinya bulan baru ini tidak hanya muncul di dunia Seribu Satu Malam saja," Nemea bergidik ngeri. "Bulan baru ini terlihat di dunia kita dan Underworld, juga beberapa dunia yang tersambung dengan dunia kita."

Chain of Eclipse: Sacrifice BoyWhere stories live. Discover now