Bab 2

17.2K 736 2
                                    

Freya

F.A itu adalah label pakaian milikku, akronim dari Freya dan Anita. Label F.A terbagi menjadi dua yakni F.A Eklusive yang merupakan pakaian yang di desain khusus sesuai permintaan klien VIP dan VVIP juga F.A Collection yang merupakan Ready to Wear pakaian yang di desain untuk koleksi tahunan butik dalam setahun biasanya aku mengeluarkan satu kali koleksi yang terdiri dari hampir dua puluh model per sekalinya.

Butik pusat F.A atau aku lebih sering menyebutnya studio terdiri dari tiga lantai yang dimana lantai satu bagian depan merupakan toko butiknya dan bagian belakang merupakan gudang, lantai dua dibagi menjadi empat bagian dengan posisi tangga di tengah ruangan yang menjadi acuan sebagai penyekat, bagian kiri tangga merupakan tempat operator jahit yang terdiri dari 12 orang para penjahit profesional yang punya bagiannya masing masing yang aku percayakan untuk menjahit desain eklusive dan membantu membuat sample atau lainnya jika butik akan mengeluarkan koleksi. Bagian kanan merupakan HRD, Akunting dan Operasional Butik dan bagian depan tangga merupakan kantor Anita dan aku yang bersebelahan, sedangkan lantai tiga sendiri difungsikan sebagai mest karyawan dan ruang rapat outdoor.

Lalu di studio inilah sekarang aku berada, berdiri di dalam kantor sambil menatap kosong keluar jendela.

Sebulan telah berlalu dari peristiwa yang terjadi di pernikahan Yoga, meski aku berusaha melupakannya dan berharap semua itu hanya mimpi tetap saja aku harus mengakui bahwa semua yang terjadi itu adalah nyata karena aku sendiri masih ingat dengan jelas ketika terbangun aku berada di pelukan seorang laki laki yang tak lain adalah Pak Keanu, dengan keadaan gaun sudah berantakan.

Saat itu aku masih berharap tidak terjadi apapun tapi menyadari pakaian dalam yang aku kenakan tergeletak di ujung kaki dan nyeri ngilu dibagian pribadi, aku tahu apa yang telah terjadi.

"Freya" ucap Anita tiba tiba membuyarkan lamunan. Anita sendiri merupakan anak salah satu asisten rumah tangga di rumah ayah, rumah ayah yang seperti rumah orang asing bagiku.

"Iya An ada apa?"

Anita berjalan ke arahku lalu memberikan berkas yang dibawanya.
"Tanda tangan berkas itu"

Setelah berkas itu berpindah tangan dengan malas aku berjalan ke meja. Mulai menandatangani berkas itu tanpa membacanya dan setelah semua selesai dengan segera kukembalikan berkas itu kepada Anita.

"Bagaimana jika berkas ini ada isi yang merugikan kamu" ucap Anita yang tahu aku tidak membaca sama sekali isi dari berkas itu.

Aku hanya tersenyum kecil seraya menatap Anita yang sedang sibuk mengecek lagi berkas tadi. "Aku mempercayaimu Anita"

Aku memang sangat percaya pada Anita karena Anita sudah seperti adikku sendiri. Mungkin Anita tidak tahu jika berkat dia saat itu aku bisa bertahan. Bertahan tidak menjadi stress tinggal di rumah Ayah dulu.

Sejak awal aku memang tidak pernah nyaman tinggal di rumah ayah. Aku selalu merasa seperti orang asing di antara Ayah dan keluarga barunya Bunda Mira, Patricia dan Adik seayahku, Farrel.

Andai saja kecelakaan itu tidak terjadi. Kecelakaan yang merenggut nyawa ibu dan ayah tiri yang sudah seperti ayah kandung sendiri, aku tentu tidak harus tiba tiba tinggal dengan ayah kandung yang sudah tidak aku temui selama sebelas tahun itu.

"Apa ada lagi?"

Anita menggelengkan kepalanya lalu dia memperhatikan Freya. "Kamu sepertinya tidak baik, ada masalah?"

Aku diam sesaat lalu dia menggelengkan kepala. "Aku hanya sedikit lelah lalu apa aku masih punya jadwal hari ini"

Meski Anita hanya putri dari seorang asisten rumah tangga dan hanya lulus dari universitas umum dalam negeri tapi dia sangat kompenten. Di F.A selain sebagai wakilku di butik F.A dia juga merangkap sebagai asisten pribadi yang mengatur jadwal harian.

"Sayang sekali masih, kamu ada janji jam empat nanti dengan klien" Anita terlihat menyesal. "Apa perlu aku cancel?"

"Tidak perlu" aku lalu melirik jam yang menggantung di dinding kantornya menunjukan pukul tiga. Masih ada satu jam lagi.

"Aku lupa bilang karena beberapa hal klien kita ingin bertemu di rumahnya" ujar Anita. Dia nyengir kuda. "Klien kita yang ini VVIP jadi kita harus memberikan pelayanan lebih untuknya"

Ini salah satu lagi kelebihan Anita, marketing handal dari F.A Butik. Jika bukan karena ide strategi pemasaran yang diterapkannya F.A Butik tidak akan secepat ini memiliki 15 cabang yang tersebar di kota besar Indonesia.

Mau tak mau aku akhirnya berkata. "Dimana alamat rumahnya aku akan berangkat sekarang".

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang