Part 2

364 68 56
                                        

1 bulan kemudian.......

"Gila nih sekolah gede juga ya. Bangga gue masuk sini," Audy menggumam sambil menggelengkan kepalanya.

"Iya Dy, setuju gue sama lo," Dina yang berdiri di samping Audy pun ikut menganggukan kepalanya pertanda setuju dengan Audy.

Langkah mereka terhenti di depan pagar hitam sekolah ini, sekedar untuk mengagumi bentuk sekolah baru mereka yang jelas berbeda dengan bangunan sekolah nya dulu.

"Teet.....teet.....teet!" suara bel yang nyaring menggema ke seluruh antero sekolah. Membuat beberapa anak berlari kalang-kabut menuju lapangan.

Suara bel itu sampai ke telinga dua perempuan ini, tapi Audy dan Dina masih diam di tempatnya seakan dibuat tuli oleh pikiran mereka.

"Husshh neng, neng! Cepetan atuh masuk. Sudah bel itu, murid baru mah gak boleh telat," seorang pria dengan baju satpam yang dilengkapi dengan pentungan menoel bahu Audy.

Audy tersadar dari lamunannya "Oh iya, iya. Makasih pak udah di ingetin," Audy terkekeh pelan dan memberikan senyum nya pada pak satpam.

"Yuk, Din masuk," Audy menarik lengan sahabatnya menuju ke tengah lapangan, tempat para siswa baru berbaris.

⚫⚫⚫

Hari ini seluruh murid baru di jemur habis-habisan di tengah lapangan, sinar matahari yang terasa sangat menyengat sukses membuat keringat mengucur dari atas kepala sampai kaki.

Kapan pidato nya selesai?! Batin Audy dan ia yakin murid-murid yang lain pun berpikiran yang sama dengannya.

"Sekarang kalian naik ke lantai 2 dan cari nama kalian di kertas yang tertempel di depan pintu kelas tersebut. Setelah itu kalian harus kembali ke lapangan dan berkumpul dengan kakak ruang nya masing-masing. Saya hitung 30 detik dari sekarang!" ucap Panji sang ketua osis panjang lebar.

'Gila ni orang! Sumpah, gak mikir banget' Audy masih sempat-sempat nya mendumel di saat teman-temannya sedang berlari menuju ke lantai 2.

Ia pun berjalan santai menuju lantai 2 menggunakan tangga yang ada di sebelah barat.

"Cendrawasih......gak ada."

"11...10...9...."

"Eh buset, udah tinggal 9 detik aja," Audy dengan cepat berlari ke pintu selanjutnya.

"Gak ada, gak ada, gak ada," pintu ke 2,3,4 juga tidak ada namanya.

"5..4...3..."

"Nih dia yang gue cari! Merpati hitam. kakak ruangnya Ghifary Faridya Pratama. Sip," dengan cepat Audy langsung turun ke lapangan dan mencari rombongan merpati hitam lainnya.

"Gotcha!" Kakak ruang Audy yang bernama Ghifary itu terlihat dari kejauhan, name tag besar yang tergantung di leher nya memudahkan Audy untuk menemukan sosok orang tersebut.

Dengan santai Audy langsung masuk ke barisan paling belakang "Eh lo! Gak denger Panji udah selesai ngitung apa? Sini maju lo," ucap suara di depan.

Mata Audy langsung membelalak sambil menunjuk dirinya sendiri "Saya kak?"

"Iya lo, maju sini. Buruan."

Apalah daya, Audy langsung saja menuruti ucapan kakak ruang nya itu.

"Sekarang lo siapin nih barisan, nyampe rapih!" Ucap Ghifary setelah Audy berhasil mensejajarkan posisinya dengan dirinya.

'Untung' Audy mengusap dada nya pelan. Ia sudah biasa menjadi seorang pemimpin. Mengatur barisan seperti ini? Mudah baginya.

"Siap grak!" Audy membuka suara.

Naive [slow update]Where stories live. Discover now