CHAPTER 8

5.4K 209 4
                                    

MAMA CALLING...
Cukup lama aku hanya melihat layar ponsel ku yang terus berbunyi. Aku tahu hari ini mama dan papa sudah pulang dari Belanda. Dan tak ketinggalan dengan orang tua Juna. Mama pasti ingin membahas tentang pertunangan itu.

Tanpa menjawab telepon dari mama, aku masih sibuk memikirkan perasaan ini. Perasaan menyesal dan kecewa. Tapi siapa yang akan memperdulikan perasaanku?? Aku hanya dituntut seperti boneka yang harus bahagia didepan umum.

Eza, maafkan aku...

"Tita...kamu lagi apa sayang?" Teriak seseorang diluar pintu.

Sayang??? Apakah itu Eza?? Hanya dia yang memanggilku seperti itu. Dengan antusias aku membuka pintu. Aku sangat merindukannya.

Dimana otak dan logikaku? Aku melihat Juna yang tersenyum manis menatapku ketika aku membuka pintu. Kenapa aku mengira yang memanggilku adalah Eza??

"Ada apa??" Tanyaku malas.

"Mama tadi telepon aku katanya kamu nggak angkat teleponnya?"

"Mama??" Aku bingung dengan ucapannya. Setahuku yang menelepon tadi mama ku bukan mama Juna.

"Iya mama. Mama Ana"

Aku terkejut mendengar ucapannya, jadi dia sekarang sudah memanggil mama ku dengan sebutan mama?? Dan dia juga memanggilku dengan kata Sayang. Mengapa hatiku terasa perih menerima kenyataan ini.

"Oh, iya tadi mama telepon. Aku masih tidur." Jawabku bohong.

Juna menghela nafasnya. "Sepertinya kamu kecapean. Mama cuma bilang malam ini mama akan mengajak kita makan malam di Hotel Jakarta."

Aku mengangguk malas mendengar ucapannya. Senyuman Juna tak lepas dari bibirnya, walaupun dia tahu aku menanggapinya dengan setengah hati.

"Maaf ya...." ujarnya lirih.

"Maaf untuk??" Aku mengerutkan dahiku mendengar permintaan maaf darinya.

"Maaf untuk semuanya. Maaf untuk air mata kamu yang selalu menetes setiap malam."

Dia tahu??? Setiap malam aku menangisi takdirku.

Aku hanya mengangguk pelan, tanpa mengucapkan apapun. Aku melihat raut wajahnya yang berubah sendu, apa aku harus berdamai dengan kenyataan??

Cinta tak harus memiliki...
Sepertinya aku harus belajar memahami kalimat itu. Kalimat yang menggambarkan sejuta perasaan kesedihan.

***

Juna memegang erat tanganku ketika kami tiba di Hotel daerah Jakarta. Kami menempuh perjalanan yang lumayan panjang menuju ke Hotel ini, mengingat aku sudah menetap diBogor.

Dilihat dari kejauhan para orang tua kami sedang berbincang dengan penuh raut kebahagiaan. Aku tersenyum miris melihatnya. Berbanding terbalik dengan yang aku rasakan.

"Hai sayang, mama kangen sama kamu." Mama memelukku ketika aku tiba didepan mejanya.

"Tita juga kangen mama.." aku membalas pelukannya dengan erat. Betapa aku mencintai wanita yang melahirkanku ini, hingga aku merelakan perasaanku sendiri.

Aku tidak boleh egois, hanya kata-kata itu yang aku patenkan diotakku agar aku bisa berdamai dengan kenyataan.

"Papa Tita kangen...baru ketemu tapi Papa sudah pergi lagi." Aku cemberut ketika papaku tertawa melihat sikapku. Bahkan semuanya menertawakanku.

"Maaf sayang, ini semua demi masa depan kamu."

Masa depan?? Ya, masa depan yang kalian tentukan. Tugasku hanya selalu tersenyum di depan semuanya. Oh Tita, mengapa dirimu menjadi sangat labil?? Bahkan sebelumnya kau ingin mencoba berdamai dengan kenyataan...

PRINCE IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang