Eight

9.7K 599 0
                                    

Sampai di Rumah Sakit tempat Nenek Tatsuya di rawat, Takuya dan Gaby langsung menuju tempat perawatan yang biasanya menjadi tempat langganan Nenek Tatsuya bila di rawat. Namun, mereka berdua tidak mendapati Nenek Tatsuya disana. Setelah menanya kepada informasi ruangan lantai tersebut, barulah mereka tahu kalau Nenek sudah dibawa ke ruang ICU karena membutuhkan perawatan yang lebih intensif.

"Takuya!" Seru ayahnya saat melihat Takuya datang bersamaan dengan Gaby. "Kau datang bersama dengan Gaby? Bagaimana bisa?"

"Itu tidak penting, Ayah. Aku hanya bertemunya dalam perjalanan kesini, ketika Tatsuya meneleponku. Bagaimana keadaan Nenek sekarang?"

"Buruk."

Perkataan itu seolah menunjukkan sebuah desiran angin yang dingin dan keras. Baik Tatsuya maupun ayahnya yang berada disana sama-sama pasrah. Ibu Tatsuya berada di rumah, dia menemani Toshiro dan Takehiko tentunya. Karena mereka berdua masih dibawah umur dan tidak diizinkan untuk masuk ke dalam ICU.

"Ginjalnya semakin parah," jawab Tatsuya. "Mungkin keadaan sebenarnya sudah lebih parah lagi. Tapi hanya itu yang dikatakan Dokter yang menanganinya tadi."

"Aku ingin melihatnya!" Seru Takuya.

"Masuklah, Nak," kata ayahnya. "Aku dan Tatsuya sudah melihatnya."

Takuya segera menghilang dari ruang tunggu itu dan masuk ke dalam ICU. Sementara itu, Tatsuya, Gaby dan Ayah Tatsuya tinggal diam. Sejujurnya saja, Gaby lapar, mungkin Tatsuya juga bisa mendengar suara perut Gaby yang mulai memainkan Keroncong Kemayorannya.

"Ekhem..." Deham Ayah Tatsuya. "Ada yang ingin ayah sampaikan kepada kalian berdua."

"Katakan saja, Yah," jawab Tatsuya dengan serius. Begitu pula Gaby yang memerhatikan Ayah Tatsuya dengan seksama. Dia juga ikut penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh calon mertuanya--ekhem, ralat. Calon ayah mertua bohongannya.

"Tapi sepertinya kita harus mencari tempat lain untuk berbicara, Ayah pikir Gaby sudah lapar, dan kurasa kau juga bukan, Tatsuya?" tebak ayahnya.

-----

Di restoran yang ada di lobi Rumah Sakit itu, mereka bertiga sama-sama memesan semangkuk ramen hangat untuk di santap.

"Itadakimasu!" seru Tatsuya di depan ayahnya. Tatsuya tidak pernah mengucapkan ucapan selamat makan dalam bahasa Jepang itu sebelumnya selama tinggal bersama Gaby. Mungkin karena dia selalu pulang malam, dan tidak sempat untuk makan bersama Gaby? Atau hal lainnya?

Selesai makan, ayah pun mulai berbicara tentang hubungan Gaby dan Tatsuya.

"Sepertinya kalian sudah harus menikah. Ayah pun juga ingin kau, Tatsuya, untuk segera menikah dengan pasangan yang telah kau pilih, dan dalam kasus hari ini adalah Gaby," jelas ayahnya. "Kurasa sudah cukup untuk kalian berdua hanya sekedar pacaran dan tinggal bersama dalam satu atap. Bukankah sebaiknya kalian menikah?"

Menikah? Menikah dengan Tatsuya?

Tentu saja Gaby ingin sekali berkata bahwa dia dengan senang hati akan menikahi Tatsuya. Karena memang dia sudah jatuh cinta sepenuhnya dengan laki-laki yang satu ini. Laki-laki yang benar-benar memerhatikannya. Laki-laki yang tetap bangun pagi, dan memberikannya jus hijau yang menjijikan tiap harinya. Laki-laki yang memberinya semangat untuk pekerjaannya sebagai perangkai bunga, dan laki-laki yang memenuhi hari-harinya.

"..." Tatsuya tidak dapat berkata apa-apa, dia hanya menunduk, dan meminum minumannya perlahan. Tatsuya tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia juga tidak mungkin mengatakan kebenarannya yang sebenarnya di depan ayahnya saat ini.

Bayangkan saja, ayahnya sudah cukup terpukul dengan keadaan Nenek yang tiba-tiba kritis, dan harus masuk ke ICU. Bila di tambah lagi dengan pengungkapan kebohongan yang selama ini sudah dilakukannya dan Gaby, mungkin saja ayahnya akan segera memesan kamar di sebelah kamar Nenek untuk menginap disini selama beberapa hari lamanya.

Gaby pun tak berani memberikan komentar apapun. Dia memang mencintai Tatsuya, tapi dia yakin bahwa dimata Tatsuya, dirinya hanyalah seorang adik perempuan baginya.

"Kenapa diam? Ayah ingin kalian menikah, agar setidaknya Nenek dapat melihat cucu kesayangannya sudah memiliki istri," kata ayahnya lagi.

"Tapi Yah, pernikahan itu bukan hal yang mudah..."

"Kalian berdua sudah tinggal bersama, dan Ayah yakin kalian berdua juga sudah mengenal sifat satu sama lain lebih baik lagi," tambah Ayah. "Selain itu, ini bukan di Jepang, Tatsuya. Kau harus memposisikan dirimu di lingkungan tempatmu tinggal sekarang. Kau berada di Indonesia dengan budaya timur yang bisa dibilang masih terjaga. Adalah suatu hal yang janggal apabila orang-orang melihat kalian berdua tinggal bersama tanpa adanya ikatan pernikahan."

"Tapi kami belum memikirkan tentang itu, Ayah. Kami baru akan--"

"Tatsuya, kau sudah dewasa dan begitu pula denganmu, Gaby," potongnya. "Kalian berdua tidak akan selamanya hanya pacaran dan tinggal satu atap tanpa ikatan yang jelas bukan?"

Ingin sekali rasanya Gaby meneteskan air matanya, karena tak mampu lebih lama lagi berbohong di depan Ayah Tatsuya. Tatsuya sendiri melirik ke arah Gaby yang sudah menundukkan kepalanya ke bawah, dia bahkan tidak tahu apa yang Gaby rasakan saat ini ketika ayahnya berkata demikian.

"Beri kami waktu untuk memutuskannya, Yah," kata Tatsuya. "Kami ingin membicarakan ini terlebih dulu, sebelum mengambil keputusan berikutnya."

"Baiklah, kalian berdua boleh berpikir. Tapi ingat, jangan lama-lama! Mengerti?" Seru Ayah Tatsuya.

-----

"Ya, aku menyukainya," kata Carlos ketika Tatsuya selesai menidurkan Gaby di kamarnya. Kala itu, Carlos berdiri di depan kamar yang di pilih oleh Gaby. Dia langsung melontarkan pernyataan itu ketika Tatsuya keluar dari kamar Gaby. "Dan aku yakin kau pun juga mulai menyukai gadis itu bukan?"

Tatsuya harus mengakuinya.

Walaupun hanya menganggap Gaby sekedar adik perempuannya, tapi kesehariannya bersama Gaby, dan hari-hari yang dilaluinya bersama dengan Gaby semakin membuatnya sadar kalau dia memang menyukai Gaby, mungkin dia sudah jatuh cinta kepada Gaby sebelum dia sendiri sadar kapan cinta itu sudah tumbuh dan ada di tengah-tengah perasaannya kepada Gaby.

"Apa yang kau harapkan memangnya kalau aku juga menyukainya?" tanya Tatsuya.

"Tentu saja aku pengakuan tentang perasaan Gaby yang sebenarnya," jawab Carlos.

"Kau ingin yang sebenarnya?"

"Ya, tentu saja. Apa kau pernah melihatku serius seperti ini?"

Tatsuya akui kalau selama ini memang Carlos tidak akan pernah serius terhadap perempuan manapun. Termasuk dengan mantan-mantan pacarnya. Namun kali ini berbeda. Tatapan Carlos saat membicarakan Gaby memang menyatakan kalau dirinya menyukai Gaby.

"Baiklah, kita lihat nanti..."

-----

Pikiran akan percakapannya dengan Carlos minggu lalu berdengung begitu saja di pikirannya, sejujurnya saja, Tatsuya tidak ingin untuk mengakhiri kebohongan yang terlalu baik menurutnya ini. Dia sudah menyukai gadis itu tanpa sadar. Dan kini, dia benar-benar sudah jatuh cinta kepadanya.

Orang bilang salah satu hal yang menandakan bahwa kau positif jatuh cinta adalah, kau akan sangat bersemangat bila melihatnya, dan kau akan membuatnya menjadi hal yang paling sulit untuk kau tinggalkan.

Dan bisa dibilang, seperti itulah yang sedang Tatsuya rasakan. Dia tidak ingin kehilangan Gaby, tapi disisi lain, dia juga tidak bisa selamanya meminta Gaby untuk tinggal bersamanya, disisinya.

"Gaby," panggil Tatsuya saat Gaby hendak masuk ke kamar yang biasa menjadi kamar tidur mereka berdua. "Sepertinya, lebih baik kita akhiri saja semua permainan dan kebohongan ini."



Mr. Lawyer and The Flower GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang