Awal.

28K 465 15
                                    

"Kamu harus nulis terus ya!" ucapnya kala kabut semakin meninggi, membuat kami saling berusaha menatap mata lebih dalam lagi.

"Semangat, Ta!" sambungnya lagi dengan tatapan tulus dari kilau matanya.

Aku terisak.

"Gimana bisa kak?" tanyaku tanpa melihat sosoknya. Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis, tapi bagaimana caranya? Aku tidak tahu. Dengan sialnya air mata sungguh lolos dengan mudahnya dari pelupuk mataku.

"Pasti bisa, itu kan cita-citamu." Ia tersenyum sembari menepuk pundak kananku, seakan menyalurkan kekuatannya padaku.

"Gimana bisa aku gapai cita-citaku kalo inspirasi dan penyemangatku hilang?" tanyaku sendu.

Ia meraihku dalam dekapnya. Membiarkan air mataku meluruh dalam dadanya. Membasahi kaus hitam pekatnya.

Dalam dekapnya. Hangat. Dan tak akan ada kehangatan ini lagi.

Sebelum dia pergi, aku bahkan yakin bahwa aku sudah merindukannya.

***

Karena hanya kamu.

***

Kamu.Where stories live. Discover now