Day 2

46 0 0
                                    

2 November, 2014

Aku terbangun dengan kepala yang amat sangat sakit. Jam berapa sekarang? Ah sial ! Sudah jam 5:30, apakan Leon sudah menungguku? Sebaiknya aku buru-buru mandi dan bersiap-siap.

Aku memandang tampangku di depan kaca 100x40cm di hadapanku. Levi's hitam dan kemeja tartan biru jadi pakaian ku hari ini. kulirik jam sedikit, sudah pukul 6:15. Ya Tuhan, apakah Leon masih menunggu?

Aku berlari di sepanjang trotoar menuju cafè. Langkahku terhenti tiga meter dari tempatnya berdiri. Leon menggosok-gosokkan tangannya sambil meniup niup kedinginan. Tingkahnya yang kikuk makin canggung karena ia menggigil. Berapa lama dia diluar cafè.

"Leon!" panggilku cepat. "Ha..hai..tchimm!" balasnya sambil bersin. Aku lekas lekas melepas syalku dan melilitnya di leher Leon.
"Kamu kenapa cuma pakai t-shirt sama celana linen? Ini musim hujan Leon," ujarku.  "Ca..Cafè nya tutup." jawabnya tergagap.

"Kita ke circle K aja yuk." ajakku. Leon hanya mengangguk menggigil. Kami berjalan beberapa puluh meter untuk sampai ke Circle K terdekat.

•••

Leon menikmati coklat panasnya dengan sepenuh hati. Terang saja, dia kedinginan setengah mati. Aku menyesap perlahan coklat panasku sambil menunggu seduhan mie instant cup. Mie instant saja masih perlu 3 menit. Bagaimana mungkin aku jatuh hati begitu saja sejak pertama Leon masuk ke dalam cafè.

"Sa..sayangnya ngga ada kopi hitam ya disini." ucapnya membuka pembicaraan. "Maaf ya aku terlambat." ucapku merasa bersalah. Bisa saja tadi dia mati karena hypothermia karena menungguku.

"A..aku hanya berharap bisa menghubungimu tadi saat aku tau cafènya tutup" jawabnya atas permintaan maafku. "A..apa boleh aku. Emm..mi..minta nomer mu?" tanyanya. Aku yakin ini pertama kalinya dia meminta nomer telefon seseorang dari caranya meremas tangannya sendiri.

"Kemarikan handphone-mu." ucapku. Dia menyerahkan handphone-nya. Aku tidak terkejut dia mengeluarkan sebuah Iphone keluaran terbaru. Aku mengetikkan nomerku, dan menelepon lewat hpnya. Mengeluarkan hpku yang layarnya berkedip menunjukkan nomor Leon. Dia tersenyum kikuk.

•••

'Drrrt...drrrrttt...' handphone yang kuletakkan di atas meja kerja bergetar. Aku menandai halaman di buku yang akan aku review dan meraih nya. Ada satu pesan dari Leon.

'Selamat beraktifitas.'

Singkat. Namun membekas. Aku tersenyum membayangkan kikuknya dia mengetik pesan singkat ini.

'Terima kasih. Selamat beraktifitas juga'
Message Sent!

"Heh! Eos! Senyam senyum sendiri! Dipanggil Miss Nia tuh keruangannya," Seru Tika menunjuk ke arah ruangan Miss Nia. Aku meletakkan handphone ke dalam laci dan beranjak.

'Tok tok' ketukku "Permisi Miss. Miss manggil saya?" tanyaku dari pintu. "Ah ya Eos silahkan duduk." ucap Miss Nia menurunkan surat yang sedang dibacanya. Membuka kacamata bacanya dan menghela napas. Aku tersentak. Apa aku bakal dipecat?

"Kamu udah berapa lama kerja disini?" tanya Miss Nia. "Dari awal saya magang total sudah 5 tahun Miss." jawabku menunduk. "Kamu tau kan, Bian mengundurkan diri karena melahirkan, dan berniat buat jadi ibu rumah tangga saja?" tanyanya keras. Aku mengangguk ketakutan. "Saya dengar kamu lulusan Bahasa?" tanyanya lagi. Aku mengangguk cepat.

November's StoryWhere stories live. Discover now