PROLOG

83 4 9
                                        

---

PART 1

---

Kalau ada yang bilang hidup mahasiswa itu cuma soal tugas, skripsi, dan drama percintaan yang receh tapi bikin nangis semalaman, mungkin mereka belum pernah ketemu seseorang bernama Zayendra Sadewa—atau yang di alam semesta kampus Dharma Pratama dikenal sebagai Zayyen.

Cowok tinggi 185 cm, rambut hitam messy tapi estetik kayak habis difoto majalah, wajah ganteng yang seharusnya bisa bikin dia jadi idol, tapi sayangnya cuma dipake buat ngomel-ngomel tiap kalah game. Suaranya? Berisik. Hobinya? Berisik. Kepribadiannya? Dua koma lima kali lebih berisik.

Dan malam ini, kebisingan itu mencapai level “tolong, Tuhan, turunkan meteor”.

---

“GUE SUMPAH YA, KALAU GUE MENANG RONDE INI, GUE BAKAL BIKIN TUTORIAL BAGAIMANA CARA JADI JAGO TANPA TOP-UP!”

Suara Zayyen menggema dari kamarnya yang sempit tapi penuh LED strip warna ungu-biru ala gamer estetik. Chat streamingnya meledak:

[kurcaci_molor]: “LU KALAH MULU ZAYYYY”

[akucintabocil]: “NGAKAK SUARANYA SAMPE KE DAPUR”

[nanas_berduri99]: “CEPET MENANG WOI DARURAT ADRENALIN”

Zayyen tergelak sambil nge-tap layar HP-nya secepat anak kecil rebutan permen.
Game MOBA itu lagi intense banget—tinggal sedikit lagi musuhnya tumbang.

Dan BOOM

GEDOR! GEDOR! GEDOR!

Pintu kamarnya dipukul kayak lagi mau dirazia narkoba.

“ANJENG—SIAPA SIH?!!”

Itu bukan gedoran biasa. Itu gedoran yang vibra-nya berpotensi merusak mental.

Dia melotot ke arah pintu, lalu ke layar HP.

Musuh balik badan.

Tim musuh ulti.

Layar menyala merah.

DEFEAT.

Chat langsung meledak kayak pasar malam.

[loklipop]: “HAHAHAHAHA PADAHAAAALLLL”

[cicak_kurus]: “SIAPA YG NGEDOR?? BAN DIA ZAY BAN DIAA”

[buburayam_memanggil]: “FIX TETANGGA LU GAK SAYANG NYAWA”

Zayyen bengong tiga detik. Lalu napasnya naik. Kepalanya panas.
Dia tekan tombol mute mic.

“Oke. Siapa pun elu, siap-siap mampus.”

Kalimat itu keluar sebagai monolog lirih penuh dendam.

Dia bangkit, langkah keras menuju pintu.
Dibuka—

Dan di sana berdiri seseorang.

Cowok.

Tinggi sama—185 cm.

Berkaos putih oversized, rambut acak-acakan kayak habis keluar pesawat, mata setengah ngantuk, koper kecil masih nongkrong di depan kakinya. Aroma parfum mahal sisa-sisa Bali vibes.

Cowok itu mengetuk pintu lagi sekali—tok—padahal pintunya udah kebuka.

Dan Zayyen kehilangan kesabaran.

Verbal vs VisualWhere stories live. Discover now