PROLOG

137 28 15
                                        


“Kau bisa mulai bicara, Loury.” Mastuarna bergumam tak jelas karena terhalang satu barang rokok yang terselip di antara bibir.

Suasana makan malam dua keluarga ini tak berakhir sesuai harapan. Pasalnya, kedatangan mereka di kediaman Mastuarna hanya untuk menyampaikan hal mendesak. Bisa dipastikan, bukan hal baik.

“Sekretaris pribadiku, Tisha, mengirim laporan perihal salah satu batch berlian yang dipesan untuk lini new series datang dengan hasil menyimpang 0,2 derajat dari spesifikasi design yang sudah disepakati. Dugaan sementara terjadi karena kesalahan pada setelan software pemotong laser yang baru mereka kalibrasi, menyebabkan selisih titik fokus. Tapi aku tak benar-benar yakin. Investor kami tak mentoleransi penundaan, dan aku tak menyukai ketidaksempurnaan.” Jelasnya panjang lebar.

Tiap wajah di ruangan itu menunjukan raut tegang yang sama, kecuali Mada yang malah melempar tawa remeh. Loury tak tahan melihat tingkah angkuh laki-laki yang duduk berseberangan dengannya. Ingin sekali meludahi wajah yang sok tampan dan berkuasa itu sekarang juga. Namun, Loury mengurungkan niat demi menjaga harga diri di depan sang ayah dan tuan rumah, Mastuarna.

“Jadi, apa rencana mu?”

“Menunda pernikahan dan terbang ke Belgia besok.” Putusnya tanpa ragu

Mada menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kiri, punggungnya dibiarkan bersandar di area empuk sofa. “Apakah begitu cara seorang Zanquami menyelesaikan masalah?” Nadanya makin angkuh.

Laki-laki ini seolah tidak peduli siapa yang ada di sekelilingnya. Mengabaikan lirikan Mastuarna yang meminta Mada bicara lebih sopan di depan keluarga mitra setianya.

Zanquami.

Teman bisnis Mastuarna sejak hari pertama mereka merintis di bidang yang sama. Kedekatan mereka dipengaruhi oleh ikatan mutualisme kental. Mastuarna muda akan mencari batu mentah yang berkualitas, sedangkan Zanquami menawarkan harga pantas untuk membeli bahan mentah itu dan menciptakan bentuk baru yang lebih sempurna. Sudah banyak badai dan darah yang mereka lalui. pengkhianatan dan kegagalan pun sering mereka saksikan di depan mata selama ini. Terlalu banyak duka yang harus diingat dalam proses kesuksesan mereka, sehingga menikmati titik tertinggi sekarang ini adalah keputusan yang tepat.

Mada menarik laci di sampingnya, mengambil satu map dan membuka lilitan bagian depan.

“Pernikahan akan dilakukan dengan syarat panti Grace of Roses tetap berdiri, tepat di atas tanah yang sudah berubah kepemilikan menjadi milik pihak keluarga Mastuarna.” Ssalah satu persyaratan pernikahan dibacakan lantang, hanya satu yang menurutnya paling penting. Tertulis jelas pada kertas perjanjian yang Mada genggam.

Manik cokelat gelap miliknya menantang Loury, “harus ku ulangi?”

Loury tak menjawab, antara tak bisa, dan tak mau. Karena jauh di dalam hatinya, mungkin saja ada rasa syukur yang menguar begitu kabar terjadinya masalah pada proses design sampai di telinganya. Ia memang berharap ada cara lain agar bisa pergi sementara waktu dan menghindari pernikahan konyol ini.

Hari di mana ia menandatangani kontrak itu, bertepatan dengan rasa sesal yang menguar di dadanya. Jiwanya seperti saling menyalahkan. Tapi apa daya, hanya ini satu-satunya cara. Harus ada yang berkorban untuk mendapatkan satu hal jika harus memintanya dari seorang tentang Mada Mastuarna. Tak peduli seberapa sederhananya itu, Madares tidak akan memberikan secara cuma-cuma.

Mada menghela napas, kesabaran di dalam dirinya hampir menuju akhir. “Aku yakin kau bukan orang bodoh, Loury. Jadi jangan buat aku memperlakukan mu seperti salah satunya. Lakukan pernikahan ini, aku tak mau tahu tentang masalah mu.”

End Of EgoWhere stories live. Discover now