06 || ALTER EGO

Mulai dari awal
                                    

Melepas napas kesal, aku melihat Nami membuka jendela dari balkonku ini. Wajahnya tampak tidak senang. Ada masalah apa dengannya? What? Kenapa aku harus peduli dengan Nami? Masalahnya tidak penting untuk kuketahui. Aku pun meninggalkan balkon.

Di dapur, Mama sudah terlihat lebih semangat. Dia sedang memasak untuk sarapan kami. Zara membantunya membawa masakan yang sudah jadi ke meja makan.

"Erza, bantu bangunin Gaza ya," kata Mama. "Sarapannya sudah siap."

"Aku aja Ma yang bangunin Bang Gaza," kata Zara yang pasti tidak ingin mendengar keributan jika aku yang membangunkan Gaza. Entah kenapa, itu membuatku malu. Aku tidak bisa memberikan contoh yang baik untuk Zara.

"Ma, Mama baik-baik aja?" tanyaku.

Dia menoleh padaku dengan pandangan bingung. "Apa maksudmu? Mama baik-baik saja." Dia berbohong. "Mama sudah dapat kerjaan baru. Jadi, kamu nggak perlu khawatir lagi."

"Gimana dengan kerjaan rumah?"

"Bisa Mama handle, kerjaan yang baru ini nggak sesibuk sebelumnya. Mama bakal luangin banyak waktu sama kalian," ungkapnya.

Kulihat Zara sudah berhasil membangunkan Gaza. Kami pun duduk bersama untuk sarapan. Gaza sama sekali tidak bicara. Dia makan dengan tenang.

"Gaza, mau tambah lauknya?" tanya Mama yang tidak ditanggapi Gaza.

"Jawab," bisikku sembari menyenggol kakinya dari bawah meja.

"Nggak," jawab Gaza. "Nggak enak masakannya."

"Mana yang nggak enak, Sayang? Biar Mama buatin lagi."

"Nggak usah manggil gue Sayang, lo kan nggak sayang gue," kata Gaza.

Aku menunjuk Gaza. "Minta maaf nggak sama Mama!"

"Gue salah apa coba?" tanya Gaza.

"Jelas-jelas lo udah nggak sopan!"

"Gue cuma jujur, emang faktanya gitu, kan? Emang lo pikir masakan dia enak? Lebih enak dari Bi Mina yang biasa masakin kita?"

Harus kuakui memang masakan pembantu kami lebih enak, tetapi tidak ada alasan bagiku untuk mengatakan hal buruk pada masakan Mama. Dia tidak biasa memasak, itu sangat wajar. Dengan datangnya masalah besar yang menimpanya, dia sedang mencoba untuk menjadi ibu yang baik untuk kami bertiga. Gaza tidak tahu jika Mama mungkin akan menghadapi pengadilan jika dia tak bisa mengatasi kerugian perusahaannya.

"Dia itu ibu lo!"

"Udah Erza," kata Mama padaku.

"Terus kalau ibu gue, gue harus pura-pura apresiasi apa yang dia lakukan? Lagian, dia juga nggak pernah lihat gue ada benernya. Sama aja kayak lo!"

Tiba-tiba, Zara berdiri. "Kenapa sih, Bang Erza sama Bang Gaza nggak pernah akur lagi? Aku capek dengar kalian ribut terus!" Matanya langsung basah, lalu Zara berlari pergi.

"Lo sih!"

"Semua salah lo!"

"Kalian tolong berhenti," pinta Mama.

Gaza membanting sendok ke piring dan kemudian ikut pergi.

Mama tampak gemetaran, itu membuatku benar-benar bersalah.

"Ma, ma-maaf."

"Bukan kamu yang salah. Ini semua salah Mama," ucapnya seraya menahan tangis. "Mama bakal perbaiki masakan Mama, bakal lebih perhatian lagi sama kalian, dan bakal melakukan apa yang seharusnya seorang ibu lakukan."

Aku tidak tega melihatnya seperti itu. Aku juga bersalah, aku tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk Gaza dan Zara.

(◍_◍)

Bad Boy Cafe: Milly 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang