Ia tak tahu apakah patung itu bisa melihatnya, tak tahu apakah ada tuhan yang sudi mendengarkan. Tapi sial, ia mencoba. Tubuh tegap dan gagah membungkuk ke lantai. Dan saat itu, di ruangan yang sunyi itu, sementara dunia luar terus berputar. Lutut yang terasa kaku karena kemandirian yang keras kepala, tertekuk. Kepalanya, yang sering kali tegak menantang, tertunduk. Dan dari tempat yang lebih dalam daripada pikiran, sebuah bisikan kasar dan kasar memecah kesunyian—bukan doa ritual, melainkan penyerahan diri yang putus asa dan sepihak. 

"Please god..." Ia berbisik lirih, napasnya tercekat.

Ia tau, berdo'a bukanlah argumen yang dimenangkan, juga bukan doktrin yang dipahami, melainkan tindakan sederhana dan mengerikan dari seorang pria yang hampir tenggelam, tanpa harapan, meraih tali yang tak terlihat, melemparkan harapannya ke dalam kesunyian yang luas,

Berharap Tuhan Yesus mendengarkannya.
Dan ntuk pertama kalinya seumur hidup, ada sesuatu di sana yang sudi mengantarkan harapannya kepada sang pencipta.

Orion bersujud.

"Tolong... tolong jangan ambil putra saya..." 

Cinta itu telah menjadi siksaan terbesarnya, karena cinta itu telah memberi tuhan kendali tertinggi atas jiwa Orion.

Ia tak meminta kekayaan atau keajaiban. 

"I know I cannot hold back the tide of fate with my two trembling hands. But I am offering them up to you now!" ia berteriak hingga beberapa orang yang ada di dalam ruang do'a itu menatapnya - namun mereka mengerti.

"I will trade my pride, my comfort, my own breath if I must! Just let my son stay. Anchor him - here, in this world, by my side. Let my love be a shelter around him for this time, and let your grace—if you have any—be the unbreakable thread that binds us to life. I am bargaining with a hope I cannot see, placing this fragile life into your unseen hands. please..." 

For the first time in many years...
He prayed.

Dia tak akan bisa hidup, 
Memohon kepada tuhan agar tak memaksanya hidup - di dunia yang hanya menyisakan kenangan - yang bahkan tidak banyak ia miliki tentang sang putra.

Sebab,
Ketakutan itu bagaikan tangan dingin dan sunyi yang mencengkeram seluruh hidupnya di saat-saat paling hening. Bahkan ketakutan yang menyelinap ke dalam pikirannya saat ia melihat Abel tertidur, mengubah setiap tarikan napas mereka menjadi hadiah yang singkat dan sementara. 

Bagai ayah yang telah kehilangan arah, otaknya mulai menimbun momen-momen bak orang kikir dengan emas, ketakutan bahwa setiap kenangan—cara Abel tertawa, suaranya, cahaya redup di mata sang putra yang berwarna bak daun musim gugur ketika mulai mengering —

Orion mendapati dirinya sendiri berunding dengan takdir yang tak ia percayai, menjanjikan apa pun, segalanya, hanya untuk sedikit waktu lagi, mati-matian berusaha menghindari bayang-bayang kehilangan yang bahkan belum terjadi.

_______________________________________________

Hening.

Berjam-jam telah berlalu

Sepanjang waktunya tanpa Abel beberapa minggu belakangan, Semesta tidak pernah merasa se kosong ini. Tatapan matanya memindai kamar Abel dengan serius, sorot sedih dan sendu itu tak bisa ia sembunyikan lagi. Rasa kehilangan dan rasa rindu yang benar benar menggerogotinya dengan dalam.

Dunia tak kiamat dengan ledakan, melainkan dengan keheningan. 

Keheningan yang lebih berat daripada suara apa pun, kekosongan yang menyerbu mengisi ruang tempat tawa mereka dulu berada. 

Lanskap yang familiar, yang dulu terisi tawa dan kebersamaan mereka, tiba-tiba memutih, menjadi peta tak bermakna yang mengarah ke tempat yang tak lagi ada. 

Setiap tarikan napas terasa seperti pengkhianatan, sebuah pengingat kejam bahwa paru-parumu masih menghirup udara sementara paru-paru mereka tidak, dan perjalanan waktu yang tanpa henti dan biasa menjadi penghinaan yang paling mendalam. I meremas rosario yang ada ditangannya.

Kuat, takut.

Ia masih dapat merasakan kehadiran Abel-nya di kamar ini, kehadiran yang terasa kosong. 

Keheningan yang Abel tinggalkan bukanlah keheningan kosong, melainkan kehadiran yang berat dan menyesakkan yang memenuhi setiap rinci kamar. 

Gelas palm sugar latte favorite Abel dari coffee shop favorite cowokitu, tersisa setengah - tak tersentuh di atas meja.

Buku paket kimia dan catatan yang masih terbuka di atas meja belajar

Jaket kulit favoritenya yang masih tergantung di pintu wardrobe

Dunia belum berhenti; dunia telah menjadi museum kehidupan yang nyata, setiap benda adalah relik yang menyesakkan. 

Semesta seperti menyusun pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa ia ajukan, ungkapan rasa sesal karena ia termakan egonya sendiri, 

lanskap kelabu tanpa matahari tempat mereka belajar membangun kehidupan di sekitar lubang yang belum terisi penuh.

________________

Hi, vote yh.
Mff ak sibuk kulyeah awoskowks
Semoga aku bisa update lebih sering ya, do'a in dosen aku bisa manusiawi kalau ngasih tugas reks

J,
1249 words.
With love, Iss.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm The Main CharactersWhere stories live. Discover now