Soobin sampai menghela napas panjang, tapi tak bisa menahan senyum geli.

"Bagaimana bisa seseorang lupa kalau punya adik, hm? Bagaimana kalau adikmu tahu."

Para pelayan menunduk, berusaha keras menahan tawa, sementara Yeonjun hanya mengangkat bahu tak berdaya.

"Aku sibuk, oke? Dia saja pergi saat kita baru pulang dari perjalanan, bahkan tidak menunggu saat kita menikah... jadi ya... lupa sedikit lah."

Soobin menggeleng pasrah, "Sebaiknya kita mandi. Kita harus ikut menyambut, jangan sampai terlambat."

Yeonjun mengangguk cepat, sambil masih menggaruk tengkuknya. "Iya, iya... astaga, aku benar-benar kakak terburuk."

Soobin menahan tawa, lalu berbalik pada pelayan. "Siapkan air hangat sevepatnya. Setelah ini, kami akan langsung bersiap akan segera bersiap."

Pelayan menunduk dalam-dalam lagi sebelum mundur keluar.

Begitu ruangan kembali tenang, Soobin menggendong Yeonbin, lalu melirik Yeonjun yang masih tampak linglung.

"Jun, fokus. Mandilah. Kalau kau lupa namanya juga, aku sumpah—"

"Tidak! Tidak akan lupa!" potong Yeonjun cepat sambil mengangkat tangan. "Adikku... adikku... siapa namanya lagi, Bin?"

Soobin langsung saja melempar bantal ke kepala suaminya. Ia tidak akan memberitahunya lagi, biarkan dia mengingatnya, benar-benar saudara yang tidak peka.





Setelah mereka selsai mandi, kamar mereka berubah penuh kekacauan. Soobin sudah selesai mandi dan kini duduk di kursi dekat meja rias. Rambut masih agak basah.

Sementara Yeonjun, yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah kering, sibuk memakaikan pakaian mungil ke Yeonsoo.

Namun, tentu saja itu tidak mudah.

"Yeonsoo—diam sebentar, nak. Ayah cuma mau pasang kancingnya," gumam Yeonjun dengan wajah serius.

Tapi Yeonsoo justru tidak bisa diam, kedua tangannya sibuk meraih mianan yang menggantung di atasnya. Setiap kali Yeonjun hendak mengancingkan bajunya, tangan kecil itu langsung menepis.

Di sisi lain, Soobin menghadapi masalah serupa dengan Yeonbin. Bayi kecil itu sedang berusaha menggapai botol minyak wangi di atas meja. Soobin buru-buru menyingkirkannya, tapi Yeonbin malah meraih rambut Soobin dan menariknya sambil tertawa renyah.

Umur sang kembar lima bulan, yang membuat mereka sekarang sangat aktif, selalu berusaha menggapai benda apapun yang ada di sekitar, bahkan mereka seperti sudah ingin mengangkat tubuhnya dan belajar duduk.

"Aduh, sayang... rambut Ibu bukan mainan," Soobin merengut, tapi ekspresinya luluh melihat tawa Yeonbin yang manis.

Yeonjun melirik sambil menghela napas berat. "Bin, kita calon Raja dan Ratu di masa depan... tapi lihatlah, kalah oleh dua bayi mungil."

Soobin mendelik ke arahnya. "Kau kalah, bukan aku. Aku masih bisa—" kalimatnya terpotong ketika Yeonbin dengan sukses menarik tali di dada baju Soobin hingga terlepas.

Yeonjun tidak bisa menahan tawa. "Masih bisa, katanya!"

Soobin menatapnya tajam, tapi pipinya merona karena malu. "Junnie! Fokus urus Yeonsoo, jangan mentertawakan aku."

"Aku fokus, kok," jawab Yeonjun sambil tertawa, meski tangannya kerepotan sendiri.

Karena Yeonsoo kini berhasil berguling dan bermain mainannya dan melambai-lambaikannya, membuat baju yang belum selesai dikancing malah makin berantakan.

Soobin akhirnya berdiri, mendekat ke arah Yeonjun, lalu menggendong Yeonbin dengan satu tangan.

"Sudahlah, sini. Kita kerjakan bersama. Kau pegang tangannya, aku yang pasangkan kancing."

Yeonjun menurut, menahan kedua tangan Yeonsoo yang terus bergerak, sementara Soobin dengan cekatan menutup kancing kecil satu per satu. Setelah selesai, mereka berdua sama-sama menarik napas lega.

"Fiuh... satu selesai," Yeonjun berucap dramatis, membuat Soobin tergelak kecil.

"Sekarang giliran Yeonbin," kata Soobin, menyerahkannya ke pelukan Yeonjun.

Namun begitu digendong, Yeonbin langsung menggeliat, tangannya berusaha menarik kancing baju Yeonjun yang setengah terbuka.

Yeonjun melongo. "Hei, jangan buka baju Ayah!"

Soobin langsung tertawa terbahak, sampai harus menutup mulut dengan tangan.

"Sepertinya Yeonbin lebih pintar dari yang kita kira."

Yeonjun hanya bisa mendesah panjang sambil memeluk putranya erat.

Soobin tersenyum lembut, lalu merapikan kancing baju Yeonbin satu per satu sambil mengelus pipi mungilnya.

Akhirnya, setelah banyak tawa dan sedikit keluhan, kedua bayi itu berhasil berpakaian rapi.

Yeonjun dan Soobin saling pandang, sama-sama tersenyum..

"Jun..." Soobin berbisik.

"Hm?"

"Lihatlah... ini keluarga kecil kita. Aneh ya, dulu kita hanya dua pangeran keras kepala, sekarang..."

Yeonjun meraih tangan Soobin dan mengecupnya lembut. "Sekarang kita punya dunia kecil kita sendiri. Dan aku tak mau menukarnya dengan apa pun."









🏰~~

Jangan lupa vote dan komen guyss, love you 🤗

Different (YEONBIN)Where stories live. Discover now