Jangan lupa vote dan komen guyss
________________________
Kuda-kuda berderap kencang memasuki jalan berbatu desa. Begitu melihat lambang matahari emas di dada pengawal, para penduduk desa segera bergegas ke sisi jalan, menunduk hormat.
"Pangeran Matahari!" seru beberapa orang.
"Yang Mulia! Selamat datang!"
Suara riuh rendah itu menggema, membuat Yeonjun semakin menggertakkan rahangnya. Ia tidak punya waktu untuk sapaan dan pujian.
Peluh bercampur debu di wajahnya, rambutnya berantakan oleh angin perjalanan. Matanya terus menyapu kerumunan, penuh kecemasan—mencari satu sosok, satu wajah yang ia rindukan.
"Aku tidak datang untuk kehormatan," batin Yeonjun getir, menahan gejolak hatinya. "Aku sedang dalam perjalanan pentng jadi tolong pengertiannya."
Para warga mengangguk dan membubarkan kerumunan, agar tak mengganggu sang pangeran.
Tanpa banyak bicara, ia menepikan kudanya di dekat pasar, langsung turun sambil tetap menggendong Yeonsoo yang terlelap di bahunya.
Elden mendekat, berbisik cepat, "Kita harus membeli bekal, susu, apa pun yang bisa membantu. Tapi tidak bisa terlalu lama."
Yeonjun mengangguk singkat. Mereka bergerak ke kios susu. Si pedagang susu yang tersenyum lebar melihat bayi di pelukan Yeonjun.
"Ohh... tampannya putra Pangeran Matahari," ujarnya penuh kagum, suaranya lantang sehingga menarik perhatian beberapa orang.
"Wajahnya bersih, matanya teduh... persis seperti—" Ia mendadak terdiam, matanya menyipit, seolah mencoba mengingat sesuatu.
Yeonjun berhenti menimbang susu, jantungnya berdegup keras. "Seperti... apa?" tanyanya cepat, penuh tekanan.
Pedagang itu menelan ludah. "Sepertinya aku pernah melihatnya...sebentar...... Bayi itu... astaga, benar-benar mirip. Aku hampir yakin mereka kembar."
Elden segera mendekat, wajahnya tegang. Ia berbisik di telinga Yeonjun, "Pangeran... itu pasti Yeonbin. Putra kedua Anda."
Mata Yeonjun melebar, tubuhnya menegang. "Yeonbin..." desisnya, hampir percaya
Ia langsung menatap pedagang dengan sorot penuh harap. "Apakah ia bersama seseorang? Dua orang dewasa?"
Pedagang itu mengangguk cepat. "Ya, seorang pria muda berambut hitam ikut bersamanya, juga pemuda yang memakai tudung. Mereka terlihat tergesa-gesa."
Darah Yeonjun seakan berdesir deras. Tanpa ragu ia menoleh pada Elden. "Itu mereka. Soobin... Yeonbin... dan Liam. Mereka di sini."
Namun sebelum Yeonjun bisa memerintahkan pasukannya berangkat lagi, suara serak menggema dari kerumunan.
"Pangeran Matahari... tunggu!"
Seorang kakek tua dengan tongkat kayu maju dari antara warga. Jalannya goyah, tapi sorot matanya tajam, penuh keyakinan.
Para pengawal segera berdiri menghadang di depan Yeonjun, menegakkan tombak, khawatir itu ancaman.
Yeonjun mengernyit, matanya menyipit. "Apa maksudmu menghentikanku, Kakek?" suaranya berat, penuh tekanan.
Si kakek menatapnya lama, lalu tersenyum getir. "Aku tahu... aku tahu siapa yang datang pagi ini. Meski semua orang menertawakanku, meski mereka tidak percaya... aku yakin mata tuaku tidak salah. Itu... pasanganmu, Pangeran Bulan."
Kerumunan mendadak gaduh. Bisikan-bisikan mengalir. "Pangeran Bulan? Tidak mungkin... apa pemuda tadi pagi?!"
Yeonjun tertegun, napasnya tercekat. Kata-kata kakek itu menusuk langsung ke dalam jantungnya. Ia melangkah maju, mendekat, matanya memerah.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Different (YEONBIN)
FantastikBulan dan Matahari sesuatu yang sangat berbeda, dua kerajaan yang saling membenci. Namun kegelapan yang muncul seratus tahun sekali mengharuskan dua jiwa berbeda itu bersatu untuk melawan kegelapan dan membuat kedamaian dunia.
