Soobin langsung menoleh, sementara Yeonjun mendesah panjang dan menyembunyikan wajahnya di bantal. "Tidak... kenapa bangunnya mereka selalu sempurna sekali? Baru juga aku punya pagi romantis."

Soobin terkikik geli, lalu menepuk pelan bahu suaminya. "Itu artinya mereka ingin ikut meramaikan pagi kita, Jun."

Tak sampai dua detik, tangisan kedua ikut menyusul. Yeonsoo mulai menangis lebih keras, membuat Yeonbin yang tadinya hanya merengek juga tersulut.

Sekarang kamar yang tadinya penuh kehangatan berubah jadi konser dua bayi mungil.

Yeonjun akhirnya duduk, wajahnya setengah putus asa tapi juga pasrah. "Baiklah, baiklah. Tuan Putra Mahkota Yeonsoo dan Adiknya Yang Mulia Yeonbin, Ayah sudah bangun."

Soobin menahan tawa mendengar nada dramatis Yeonjun. "Cepat, Jun. Ambil Yeonsoo, biar aku ambil Yeonbin."

Mereka berdua pun bangkit, masing-masing mengangkat si kecil ke dalam pelukan. Lucunya, begitu berada di tangan mereka, tangisan perlahan reda.

Yeonjun menghela nafa, lalu menatap bayi di pelukannya dengan pura-pura cemberut. "Kalian ini... Ayah baru saja dapat pelukan hangat dari Ibumu, tahu?"

Yeonsoo hanya menatapnya dengan mata bulat, lalu menggeliat kecil sambil mengisap jarinya.

Soobin di sisi lain, mencoba menenangkan Yeonbin yang masih sesekali merengek. "Sayang, kalian benar-benar tidak suka kalau kami berdua punya waktu berdua ya? Kalian harus ikut juga?"

Yeonjun melirik ke arah mereka dan terkekeh. "Mereka persis sepertimu. Cemburuan."

Soobin menoleh cepat, nyaris tersedak tawa. "Jun! Kau mengejek diriku?"

"Ahhh...tidak..tidak bercanda.." ucap Yeonjun cepat, dengan nyengir, Soobin hanya mendengus

lalu mendekat dan menyandarkan kepalanya di bahu Soobin, masih sambil menggendong Yeonsoo. "Mereka pasti turunan ayahnya dan ibunya."

Soobin hanya bisa menggeleng sambil tersenyum geli. Akhirnya, mereka berdiri berdampingan di dekat jendela, memandang matahari pagi yang hangat sambil masing-masing menggendong bayi mereka.

Yeonjun menoleh pada Soobin, matanya berbinar nakal. "Kalau begitu, mungkin aku harus terbiasa ya... bersaing dengan dua bocah ini demi pelukanmu."

Soobin terkekeh, lalu menempelkan keningnya ke kening Yeonjun sebentar. "Tenang saja, Jun. Bagiku, kalian bertiga punya tempat yang sama di hatiku."

Yeonjun terdiam sejenak, lalu tersenyum lebar. "Hm... aku bisa hidup dengan itu."

Setelah beberapa saat, pelayan masuk dengan sopan, membungkukkan badan sebelum meletakkan tumpukan pakaian baru di meja panjang dekat ranjang.

Ada jubah kecil mungil untuk Yeonsoo dan Yeonbin, baju setelan resmi untuk Soobin, serta Yeonjun.

Yeonjun yang masih menggendong Yeonsoo mengernyit bingung. "Uh... apa ini? Kenapa tiba-tiba banyak baju baru?"

Salah satu pelayan menunduk dalam-dalam. "Yang Mulia, hari ini Tuan Muda Pangeran Api pulang dari masa pendidikannya di luar kerajaan. Raja dan Ratu menghendaki seluruh keluarga berkumpul untuk menyambut kepulangannya."

"Pangeran... api?" Yeonjun mengulang dengan suara datar, alisnya bertaut, lalu menoleh pada Soobin seolah minta jawaban.

Soobin memandangnya sejenak, lalu menepuk dahinya sendiri. "Jun... serius? Kau tidak ingat kalau kau punya adik laki-laki?"

Yeonjun langsung melotot, matanya melebar seakan baru tersadar.

"ASTAGA—benar juga! Aku punya adik!" serunya sambil menggaruk tengkuknya yang jelas-jelas tidak gatal. Wajahnya memerah, campuran malu dan kaget.

Different (YEONBIN)Where stories live. Discover now