"Aku ingin menjadi CEO perusahaan yang memiliki Seventeen di dalamnya..."
Future is not something we wait for,
It's something we create
Slice of life Seventeen feat Hong Jennifer
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lupakan soal liburan berdua yang sudah lama diidam-idamkan oleh S.Coups....
Lupakan soal perkara mengisi daya sebelum setumpuk jadwal menyibukkan mereka berdua....
Lihatlah, sekarang S.Coups duduk di salah satu kursi di meja makan, menatap dengan wajah cemberut ke arah anggota-anggota grupnya yang sudah berani datang dan mengganggu liburan yang sudah dia rencanakan dengan sematang mungkin.
Untungnya, Joshua serta yang lain-Hoshi, Woozi,Seungkwan dan Dino- tidak datang dengan tangan kosong. Kekurang-ajaran mereka yang datang tanpa pemberitahuan sebelumnya sedikit termaafkan karena mereka datang dengan semeja penuh makanan dan minuman kesukaan S.Coups. Semacam sogokan supaya leader Seventeen itu tidak terlalu emosi. Meskipun, tetap saja mereka yang menikmati seluruh makanan dan minuman tersebut.
Di dapur, aroma kimchi jiggae buatan S.Coups semalam masih menguar, mengisi ruangan dengan kehangatan yang kontras dengan suasana hati sang leader. Jeje dan Joshua berdiri berdekatan di dekat kompor. Joshua, dengan wajah penuh penyesalan, mengusap tengkuknya, gerakan khasnya saat merasa bersalah.
"Mian, Noona..." katanya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh bunyi desing uap dari panci di atas kompor. "Kami benar-benar sudah mengacaukan liburanmu dengan S.Coups."
Jeje hanya tersenyum lembut, seperti biasa. Matanya yang hangat menatap Joshua, penuh pengertian. Dia memang terkejut dengan kedatangan mendadak ini, tapi tidak ada sedikit pun kemarahan di hatinya. Intuisinya mengatakan bahwa Joshua, Hoshi, Woozi, Seungkwan, dan Dino tidak akan datang tanpa alasan kuat. Ada sesuatu yang mendesak, dan mereka membutuhkan S.Coups—sosok yang selalu menjadi sandaran grup selain Jeonghan.
Joshua menghela napas, senyum tipis tersungging di wajahnya, namun matanya masih mencerminkan rasa bersalah telah menganggu privasi kakak angkatnya dengan sang kekasih.
"Aku tidak akan datang tiba-tiba kalau aku bisa menyelesaikan masalah ini sendiri," katanya, suaranya kini lebih tegas, seolah mencoba meyakinkan diri sendiri. "Aku benar-benar butuh pendapat S.Coups. Ini... agak rumit."
Jeje mengangguk, memahami tanpa perlu penjelasan panjang. Dia mengusap lengan Joshua yang kini terlihat lebih berotot, tanda waktu dan latihan keras yang telah dilewati pria itu.
"Noona sama sekali tidak terganggu kok.... Sekarang, lebih baik habiskan dulu makanan kalian," ujarnya sambil mematikan kompor. Uap dari kimchi jiggae masih mengepul, menciptakan suasana rumah yang nyaman. "Kalian pasti lelah setelah perjalanan jauh. Bicara nanti saja, oke?"
Joshua tersenyum lebar, sedikit lega dengan respons Jeje yang selalu penuh pengertian. Dia mengangguk, lalu mengambil panci berisi kimchi jiggae untuk dibawa ke meja. Namun, Jeje tiba-tiba menahannya dengan gerakan halus, memberi isyarat agar Joshua mendekat.