Bab 3

11 1 0
                                        

"Berkas yang masih ada kesalahan, tolong diperbaiki ya Kanaya."

Kanaya mengangguk dan membereskan berkas-berkas yang ada di atas meja. Penilaian kinerja kepala sekolah sudah dilakukan oleh pengawas kabupaten. Tidak ada yang sempurna, itu yang bisa Kanaya simpulkan hari ini. Mau sesempurna apapun pekerjaan, masih ada celah kesalahan, namanya juga manusia. Setidaknya tahun ini, sekolah tidak punya kesalahan yang fatal di semua berkas.

Naura berjalan mendekat dan berbisik, "Abis ini ke Hiraya yuk. Nungguin Pak Bambang traktir keburu usus kita meronta-ronta Nay."

Kanaya terkekeh lalu menoleh, "Menu hari ini boleh seafood?"

Naura mengangguk dengan semangat, "Aku juga kepengen seafood Nay." Kemudian ia mengambil beberapa berkas dan mengikuti Kanaya yang sudah melangkah ke ruang guru. "Tumben kepengen seafood? Biasanya sebulan sekali kalau makan. Dan ini juga bukan jadwal kamu makan seafood deh."

"Hafal banget, Nau."

Naura mendecih, "Kita ini sudah kayak anak kembar tauk, saling memahami satu sama lain. Jadi, kenapa hari ini?"

Kanaya meletakkan berkas-berkas di lagi. Kemudian berjalan ke arah mejanya sendiri, ia duduk di sana sebentar, membiarkan Naura mendengus dan mendekat. Dengan tidak sabaran, Naura merengek ke arah Kanaya, "Kamu kenapa mau makan seafood hari ini?"

"Mama masak seafood di rumah."

"Ya terus kenapa masih mau makan di luar kalau di rumah sudah ada."

"Buat Gibran sama Senja."

Naura terdiam beberapa saat. Ia pandangi Kanaya yang masih terlihat biasa saja. "Tante ga nawarin kamu buat makan bareng? Atau sisain sedikit gitu?"

Kanaya menggeleng dan hal itu membuat Naura menghela nafas. Entah ke berapa kalinya Kanaya mengalami hal seperti ini.

"Ya sudah kalau begitu, kita langsung ke Hiraya saja sekarang. Keburu full kalau berangkat nanti."

Kanaya mengangguk lalu mengambil tas ranselnya yang berukuran kecil. Mereka berdua berpamitan ke semua orang yang masih ada di ruang guru sebelum pergi.

Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk sampai di Hiraya, restoran yang sudah berdiri sejak lima tahun lalu itu masih mengokohkan dirinya sebagai restoran dengan pelanggan terbanyak setiap harinya. Di sisi kanan, dibangun cafe minimalis dan berdiri sejak setahun lalu.

Kanaya dan Naura memilih duduk di meja dekat jendela. Seorang pelayan datang dan mencatat menu makanan yang dipesan keduanya. Mereka berdua kembali berbincang sembari menunggu makanan datang.

Kanaya melirik ke arah pintu dan secara kebetulan ia melihat Dewa yang mendorong pintu. Kali ini pakaiannya sangat rapi, dengan kemeja berwarna navi dan celana hitam. Bagian lengan digulung sampai siku, dimana beberapa perempuan yang ada di dalam restoran menjerit tertahan, begitupun dengan Naura.

Dewa terlihat berbincang dengan manajer restoran yang tiba-tiba saja sudah muncul. Kanaya bisa melihat wajah Dewa yang berubah menjadi serius dan terlihat sedikit kesal. Pria itu berbalik mendekati pintu restoran tapi langkah nya terhenti lalu menoleh ke sisi kiri.

Kanaya tersentak kaget karena Dewa dengan beraninya menatap dirinya langsung. Pria itu berjalan ke arahnya membuat Kanaya menoleh ke belakang, mungkin ada temannya di belakang Kanaya, jelas tidak mungkin seorang Sadewa Pangestu menemui Kanaya Nadhira.

"Kamu makan disini?"

Kanaya mengerjapkan matanya beberapa kali dan dengan ragu ia mengangguk. Beberapa orang memperhatikan mereka dan Kanaya jelas tidak nyaman. Menjadi atensi publik bukan cita-citanya.

Dewa merogoh sesuatu di dalam celana dan kemudian mengulurkan nya kepada Kanaya. Sebuah flashdisk milik Gibran. Kanaya mengerutkan dahinya dan mulai berasumsi kalau Dewa meminta flashdisk nya ini dikembalikan ke Gibran. Bagaimana kalau-

"Tolong berikan ke Gibran. Aku tidak punya waktu bertemu kakak kamu hari ini."

Tidak mau.

Kanaya menggeleng dengan cepat membuat Dewa menaikkan salah satu alisnya. Jelas pria itu merasa aneh dengan adik temannya ini.

"Kamu bisa kasih sendiri di waktu senggang."

"Gibran membutuhkan flashdisk nya."

"Ya kamu bisa kasih sendiri atau dipaketin saja."

"Kalian satu rumah, lebih aman kalau dititipin ke saudara sendiri."

Kanaya melengos. Setiap bertemu Dewa, ia merasa selalu kesal. Sedangkan Dewa masih berdiri menunggu jawaban Kanaya. Pria itu melirik jam di tangannya dan menghela nafas.

"Aku harus ke bandara sekarang, Kanaya."

Kanaya masih diam.

"Berikan flashdisk ini ke kakak kamu."

Tidak mau.

"Aku akan traktir nasi goreng bang Tejo kalau sudah pulang."

Traktir nasi goreng. Artinya Kanaya bisa hemat uang. Perlahan ia menoleh, menatap Dewa dengan curiga, mungkin saja pria ini sedang membodohinya.

"Tiga kali traktiran, baru aku mau kasih flashdisk itu ke dia." Kanaya tidak mau menyebutkan nama Gibran, ia tidak seberani itu menyebutnya.

Dewa mengangguk dengan cepat dan mengulurkan flashdisk ke Kanaya. Tepat saat Kanaya menerima flashdisk, pelayan datang mengantarkan makanan. Pelayan itu sedikit terkejut saat mendapati Dewa yang berdiri di depannya, pria itu hanya diam dan memperhatikan bagaimana si pelayan meletakkan makanan yang dibawanya. Bibirnya terangkat sedikit tanpa diketahui siapapun setelah si pelayan menyelesaikan pekerjaan nya.

Dewa kembali memfokuskan dirinya ke arah Kanaya dan berujar, "Aku pikir kamu tidak suka seafood karena Senja hanya mengupload tiga orang di fotonya."

Dewa ini terlalu cerewet untuk Kanaya.

"Mas masih mau ngobrol disini apa mau ke bandara?"

Dewa menutup mulutnya sebentar dan kembali berkata, "Judes banget kamu, kayak ibu-ibu yang lagi PMS."

Kanaya terperangah kemudian bersiap untuk kembali berdebat tapi sayangnya Dewa lebih dulu berbalik dan pergi dengan terburu-buru.

Naura yang sedari tadi diam saja kemudian mencolek tangan Kanaya. "Aku ga tau kalau kamu kenal sama Sadewa Pangestu."

"Tiba-tiba kenal aja."

"Kamu tau gak siapa dia?"

"Ga mau tau."

Naura mendecih dan memukul lengan Kanaya, cukup keras sampai Kanaya berjengit. "Sakit, Nau."

Naura mengerucut kan bibirnya dan bersedekap.

"Sadewa Pangestu itu yang punya Hiraya."

"Apa?"

"Restoran ini punya dia, Kanaya."

"Terus?"

"Kenapa kamu ga minta traktiran di sini saja daripada nasi goreng Bang Tejo?"

Oh shit.





Aku kembali. Vote dan komennnn

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RED STRINGWhere stories live. Discover now