9. A 'Big' Problem

Mulai dari awal
                                        

Sofiee diam sejenak, ia menatap sang Ayah, sang Ayah juga sama menatapnya. Ia paham. Tak lama, Sofiee menggeleng. "Tidak ada, Bunda. Mungkin ini karena hal-hal seperti biasa, masalah dengan Senta. Bukankah hari ini mereka mencetak gol baru dengan menghancurkan lantai. Lalu tadi Senta juga kabur ke bar, dan ... minum."

Sang bunda dan ayah terkejut sesaat tapi setelahnya mereka menggeleng pelan. Tak lama, sang ayah membuka suara. "Ya sudah, yang terpenting Senta tidak menyentuh si kembar. Itu sudah cukup. Ayah yakin, Alva dan Senta tidak akan bertengkar lagi."

Sang Bunda diam cukup lama. Ia tampak murung. "Bunda jadi cemas jika Alva dan Senta terus bertengkar. Semoga saja kali ini tidak lama. Besok Bunda masakan makanan kesukaan mereka berdua saja deh. Semoga mereka bisa berbaikan."

"Boleh, Bunda." Sang Ayah mengangguk setuju. "Ya sudah, kalau begitu, kita bawa Akhtar dan Ashter ke kamar, yuk. Mereka sudah rewel, mungkin sudah mengantuk."

Setelahnya sang Ayah dan Bunda pergi. Kini tersisa Sofiee sendiri di sana. Ia diam menatap pintu kamar Alva. Jika dirasakan lebih lama, memang terasa ada yang tidak beres. Lalu .... "Sayang sekali, masalah mereka kali ini lebih serius." Sebenarnya, apa yang Senta ketahui? Dan apa yang sedang terjadi?

---

Di sisi lain, Senta baru selesai menata belanjaan ke tempatnya. Setelah semuanya selesai, ia tersenyum senang sembari menepuk tangannya beberapa kali. "Semuanya sudah tertata rapi!" bangganya. Setelah itu, ia menatap ke sekitar. Tak ada siapapun. "Hmm, sepertinya hawa negatif ini mempengaruhi orang lain. Sampai-sampai tidak ada siapapun."

Senta diam sejenak. Ia berpikir cukup lama sembari mengusap dagunya. Ia kembali memikirkan hal yang menjadi landasan mengapa Alva bisa seperti ini.

Beberapa saat lalu. Saat di luar, setelah dari bar. Senta tak langsung kembali, ia pergi ke beberapa tempat. Tak dengan kendaraan ataupun mobil, tapi ia lari sendiri, melompati beberapa bangunan perumahan dan gedung-gedung tinggi. Sebagai seorang Enigma, jelas ia memiliki mental dan tenaga lebih untuk sekedar menaiki gedung. Sejak dulu, ia sudah sering berkeliaran seperti itu.

Di satu rooftop gedung, Senta berhenti sembari menghirup udara segar sedalam-dalamnya. Setelah itu, ia menatap sekitar. Insting tajamnya jelas bisa menyadari bahwa ada orang lain yang berada tak jauh darinya. Ia menatap ke arah itu sesaat, lalu beranjak pergi ke tempat lain dan mencoba mendekat sembari bersembunyi.

Di tempat itu, Senta bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berkumpul. Mereka semua menggunakan pakaian serba hitam, dan tampak sangat mencurigakan. Senta tak tahu apakah mereka akan mengganggu kehidupan Edison atau tidak, tetapi mereka terlalu mencurigakan.

Senta berpikir, apa mereka sindikat pembunuh bayaran? Bisa jadi. Tetapi, bukankah sindikat terbesar yang mempekerjakan Ann sudah lenyap? Yang ini siapa lagi? Senta terus berpikir, hingga tak sengaja ia mendengar percakapan mereka. Sebuah percakapan yang baginya cukup mengejutkan.

"Aku tak yakin dia adalah Nitro yang disebutkan Jenderal."

"Tapi dia merespons saat kamu menyebutkan nama itu, kan? Jika dia meresponsnya, maka itu adalah dia."

"Dia memang merespons, tapi dia bersama Enigma itu."

"Benarkah? Jadi maksudmu dia berkhianat?"

"Aku tidak tahu .... Awalnya aku pikir itu bukan Nitro, tapi dia meresponsnya. Setelah itu, aku langsung pergi karena tugasku hanya untuk menyampaikan kabar dan perintah untuk kembali. Aku baru mengetahui dia bersama Enigma itu saat aku sudah menjauh. Aku merasakan keberadaannya."

"...."

"Andai aku tahu dia sudah berpihak pada Enigma, aku tidak akan menyampaikan perintah ini."

I'm not Enigma S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang