Kaisar dan Kaira pernah menjalin hubungan. Tak seberapa lama, karena takdir berkata berbeda. Begitu singkat, tetapi tidak sulit untuk mereka ingat.
Kali ini mereka kembali bertemu, empat belas tahun sejak hari itu. Pada satu kebetulan yang lucu. Pa...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Untuk hari ini nggak ada yang urgent kok, Bu. Aku masih bisa tangani semua. Begitu juga untuk besok. Pokoknya Bu Syafira nggak usah khawatir."
Syafira mengangguk. Wanita yang terduduk di tempat tidurnya dengan bersandar ke kepala ranjang itu kemudian menyimak Kaira yang tengah menjelaskan apa saja yang seharusnya menjadi agendanya hari ini. "Terima kasih ya, Kaira. Maaf aku jadi ngerepotin kamu," ucapnya.
"Nggak ada namanya ngerepotin. Ini tuh memang tugasku sebagai sekretaris Bu Syafira," sahut Kaira.
Syafira mengangguk lagi, menyetujui ucapan Kaira. "Ya, walau sejak awal aku menganggap kamu sebagai adikku."
Kaira terkekeh. "Walaupun kelak aku nggak jadi sama Kaisar? Tetap dianggap adik nggak?" balasnya jenaka.
"Oh, kamu pasti jadi sama Kaisar. Nggak boleh nggak!" sahut Syafira serius.
"Aku nggak pernah lho, merasa begitu diinginkan sama orang lain seperti ini, Kak," seloroh Kaira, meski sebenarnya ia terenyuh mendengar ucapan Syafira.
"Lalu Kak, untuk besok juga hanya ada meeting internal di pagi hari. Lanjut pukul satu siang, ada undangan Kajian dari AZ Organizer di Hotel Puspa Mega." Kalimat Kaira terjeda, jari telunjuknya dengan lincah menggulir layar tab di tangannya, memperbesar satu gambar. "Tema kajian : Menggapai Ciri-ciri istri Shalihah sebelum menikah."
Syafira yang menyimak, turut mengernyitkan keningnya melihat ekspresi Kaira sesaat setelah membaca tema kajian itu. "Kenapa, Kai?"
"Sepertinya tema kajian ini kurang cocok buat Kak Syafira, nggak sih?" Kaira kembali membaca tema pada gambar di tab-nya itu.
"Nggak cocok?"
"Iya, Kak Syafira kan sudah menikah dan ... sudah shalihah," jelas Kaira diakhiri dengan senyum yang lebar.
Syafira pun terkekeh. "Bisa aja kamu, Kai. Terus, cocoknya buat yang belum menikah gitu?"
Kaira mengangguk. "Atau untuk yang berencana menikah."
"Seperti kamu?"
Kaira sontak mengangkat kepala, ia meringis sambil mengusap tengkuk.
"Tolong sampaikan ke tim AZ Organizer, aku absen dulu, Kai," pinta Syafira. Mafaza Wear memang menjadi sponsor tetap Event Organizer spesialisasi penyelenggara Kajian itu.
Kaira meninggalkan kamar Syafira tak lama setelahnya. Di depan pintu ia berpapasan dengan Kaisar yang baru saja datang. "Kamu mau ngapain? Kak Syafira mau tidur katanya." Kaira merangsek maju-menutup rapat pintu, membuat Kaisar terpaksa melangkah mundur dari tujuannya.
"Aku cuma mau lihat keadaannya. Kak Syafira sakit apa?" tanya Kaisar.
"Kak Syafira baik, kok!" Kaira menjepit lengan kemeja coklat Kaisar dengan ujung jari telunjuk dan ibu jarinya. Digiringnya lelaki itu menjauh dari depan kamar Syafira. "Biasa lah, rutinitas bulanan perempuan."