11. Teasing Each Other

241 97 2
                                        

Berdiri bersandar di kusen pintunya, Rendra memperhatikan sosok yang saat ini sedang tengkurap di atas pelampung besar berwarna orange yang mengambang di atas kolam renang. Ada sekilas senyum tipis saat memperhatikan perempuan itu, ada rasa heran yang tak pernah hilang tiap kali perempuan itu melakukan sesuatu di luar ekspektasinya.

Rendra jengah lama-lama berdiri hanya mengamati saja karena tak ada pergerakan sama sekali dari perempuan yang sedang tengkurap itu ia pun merasa khawatir. Akhirnya, Rendra melepaskan kemejanya dan membuangnya sembarangan lalu melompat ke dalam air.

Riak yang keras membuat sosok itu terkejut sampai terduduk.

"Ada apa? Apa ada gempa?"

Vanya melihat ke sekelilingnya, memastikan jika itu bukan gempa. Tapi jika bukan gempa lalu apa? Apakah ada seseorang yang melempar sesuatu ke dalam kolam.

Dalam kebingungan itu, tiba-tiba saja muncul sesuatu dari dalam kolam yang membuat Vanya terperanjat hingga akhirnya terjatuh juga ke kolam. Vanya bangkit dan melihat sosok yang kini begitu dikenalnya sedang menyandarkan diri di pinggir kolam, menunjukkan sisi tubuhnya yang terpahat begitu rapi dan menggoda.

"Apa yang kamu lakukan, mas? Bikin kaget aja!" Vanya menggerutu, tak terima tidur siangnya terganggu oleh seekor Rendra.

"Bukankah saya sudah pernah bilang jangan tidur sembarangan?" tanya Rendra acuh tak acuh.

"Lalu?"

"Lalu saya hanya berusaha membangunkanmu."

"Caranya sangat elegan sekali."

"Jadi kamu mau cara yang seperti apa?" pertanyaan itu meluncur begitu saja selaras dengan Rendra yang melangkah maju ke arah Vanya.

"Ngapain kamu dekat-dekat?" Vanya mengambil langkah mundur, dengan cepat tangan Rendra yang berada di bawah kolam meraih pinggang Vanya dengan mantap, mengangkatnya ke atas dan mendudukkannya di atas pelampung.

"Apa yang kamu lakukan, Mas?" Suara Vanya tercekat, hanya terdengar seperti ayam tercekik.

"Mencoba membangunkanmu dengan cara yang lain, coba kamu tidur lagi."

Kini Vanya terkekeh dengan geli mendengar permintaan Rendra yang tidak masuk akal dan kekanak-kanakan itu. Tak menyangka pria itu memiliki sisi humor yang seperti ini.

"Ayo, kita coba apakah tukang tidur seperti kamu bisa dibangunkan dengan cara lain."

"Oh, maksud kamu aku ini susah dibanguninnya?" protes Vanya dengan bibir cemberut.

"Masih bertanya? Apa kamu ingat saat pertama kali datang ke rumah ini. Kamu bahkan tidak ingat bagaimana caranya kamu sampai di lantai atas." Rendra menyentil hidung Vanya dengan gemas. Hal kecil itu membuat wajah Vanya bersemu dengan merah.

"Kenapa wajahmu memerah?" tanya Rendra lagi. Secara refleks Vanya menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, berusaha menutupi wajahnya yang memerah tanpa tahu sebabnya itu.

"Ah sudahlah, aku sudah puas berenang." Vanya berusaha mengalihkan pandangannya sembari turun dari pelampung itu, nahasnya, pelampung itu tak seimbang dan membuatnya kini terjatuh tepat di tubuh Rendra, membuat kulit mereka saling bersentuhan.

Air kolam yang semula dingin kini terasa menguap karena panas tubuh mereka yang mulai meningkat. Vanya tak beranjak dari tempatnya, ia membeku saat tangan Rendra menopangnya dengan kuat dan tampak seperti menahannya agar tak berpijak pergi.

Vanya bisa merasakan debaran jantung mereka yang berpacu kencang, rasanya terdengar seperti debaran itu lebih cepat dari detik waktu. Ia bisa merasakan detak jantung Rendra di bawah kulitnya — cepat, keras, dan nyata.

OBJECT OF DESIRESDonde viven las historias. Descúbrelo ahora